Dimanfatkan oleh sepasang suami istri, Aira tidak bisa menolak. Ia terdesak oleh keadaan, menukar masa depannya. Apakah pilihan Aira sudah tepat? Atau justru ia akan terjebak dalam sebuah hubungan rumit dengan pria yang sudah beristri?
Selamat datang di karya author Sept ke 23
Yuk, follow IG author biar tahu novel terbaru dan info menarik lainnya.
IG : Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Pait Lidah
Wanita Pengganti Bagian 12
Oleh Sept
Tap tap tap
Bibi lari-lari ke belakang, ia kaget saat mendengarkan keributan. Suara vas pecah, membuat wanita itu langsung keluar dari kamarnya.
"Ya ampun ... ini vas kesayangan non Nita," gumam bibi kemudian membantu Aira yang sedang membereskan serpihan vas.
"Aduh!"
Aira menarik tangannya, jarinya tertusukk serpihan kaca. Membuat darah segar keluar.
"Sudah ... sudah ... biar Bibi saja."
Sementara itu, Farel hanya melihat dari jauh. Kemudian berbalik, pria itu pergi ke kamarnya. Malas melihat Aira. Entah mengapa, dia jengkel sekali bila menatap gadis polos itu.
***
Tengah malam, Nita pulang. Wanita itu langsung mandi dan tidur di sebelah suaminya.
Sadar ada yang naik ke ranjang, Farel langsung membuka mata. Ia mengosok matanya kemudian menatap Nita.
"Malam sekali?"
"Iya, kebetulan ada event fashion week. Kebetulan juga, ketemu sama temen-temen. Gak enak kan kalau langsung pulang?" kata Nita yang sudah mengantuk.
'Mau sampai kapan kamu kejar karir?' batin Farel yang menatap istrinya.
Resiko menikahi model top dengan ambisi yang tidak berujung. Farel harus mengalah, harus menurut kemauan istrinya itu, sesuai dengan perjanjian pra nikah dulu.
***
Malam pun berlalu, berganti hari. Matahari sudah tinggi. Nita belum bangun, kalau saja ponselnya tidak berbunyi nyaring, dia pasti akan melanjutkan tidur sampai malam lagi.
"Aduh, berisik banget. Pagi-pagi siapa yang ganggu!" omelnya sambil mengambil ponselnya yang ada di atas nakas.
"Hallo," sapa Nita dengan suara serak.
"Sayang, kita ada pemotretan satu jam lagi. Kamu juga belum fitting baju ... cepet bangun, aku tunggu ya say!"
"Jam berapa ini? Astaga!" mata Nita membulat. Ia langsung bangun.
"Oke-oke, sejam lagi aku OTW!" sambung Nita. Ia kemudian mematikan sambungnya telepon dari salah satu asistennya. Cowok, tapi lentur.
Malah itu bagus, suaminya tidak akan keberatan. Dia lebih percaya bila Nita ke mana-mana dengan asistennya yang elastis tersebut. Bisa jadi satpam kalau Nita dalam bahaya, bisa jadi teman curhat, karena jiwanya lembut.
Tap tap tap
Nita menuruni tangga, ia ngomel-ngomel pada suaminya yang sedang duduk di meja makan.
"Mas! Kok gak bangunin aku sih?"
"Kamu tadi kelihatan capek banget."
"Aku ada meeting pagi ini, nih ... telat."
Farel hanya menatap datar, kemudian lanjut makan.
"Eh ... Bik. Mana dia?" Nita bertanya pada bibi yang ada di dekatnya. Bibi sedang menyiapkan makan untuk Nita.
"Aira, Non?"
"Iya, siapa lagi?"
"Ada ... di taman belakang."
"Ngapain?"
"Nyapu-nyapu, Non."
"Kan ada tukang kebun? Tapi tidak apa-apa. Biar dia bersih-bersih!" ucap Nita kemudian kembali makan. Sedangkan Farel, ia terlihat kesal.
"Aku berangkat dulu."
"Hemm," jawab Nita santai.
Ketika Farel beranjak, Nita mulai memperhatikan sekeliling. Kok sepertinya ada yang kurang. Namun, ia tidak tahu apa yang membuatnya merasa kurang tersebut. Padahal, ia mungkin tidak melihat vas mahalnya.
Sesaat kemudian
Sambil menelpon lewat headset, Nita berjalan tanpa melihat-lihat. Sampai ia menabrak Aira yang jalan di depannya.
Brughhhh
"Mata kamu di mana?" omel Nita kasar.
Aira langsung jongkok, memunguti isi tas Nita yang jatuh berserakan.
"Maaf, Non."
"Punya mata itu untuk melihat!" oceh Nita tapi masih tersambung di telpon.
"Aku hubungi nanti!" ucapnya lalu melepaskan headset. Ia akan fokus memarahi Aira. Gadis yang ia sewa untuk melahirkan anak Farel.
"Mata kamu mines ya?" sindir Nita sambil menerima uliran tas dari Aira.
"Maaf, Non."
Padahal yang fokus nelpon sambil jalan itu Nita. Tapi wanita itu justru yang marah-marah. Orang Kaya memang selalu benar.
"Ya sudah! Sana ... bau banget kamu. Bau keringat!" Nita terus saja mengeluarkan banyak kata-kata hinaan untuk Aira.
Aira langsung menundukkan wajah. Ia mencoba mengendus bau tubuhnya, apa memang sebau itu? Tapi nggak kok. Mungkin dia tidak sewangi Nita yang model itu. Mungkin dia tidak punya parfum mahal seperti punya Nita. Namun, bau Aira juga tidak separah yang wanita itu katakan. Rasanya cukup berlebihan menghina Aira seperti itu.
"Minggir!" titah Nita kemudian melewati Aira.
***
Rumah kembali kosong, Aira sampai bingung mau apa. Akhirnya ia mencabut rumput liar di belakang rumah lagi. Bingung mau apa. Tiduran di kamar juga rasanya bosan.
Menjelang sore, tumben Farel pulang lebih cepat. Seperti biasa, bibi akan membuat kopi untuk tuannya itu.
"Nita belum pulang?"
"Belum, Tuan."
Farel tidak tanya lagi. Masih sore, dan terasa gerah. Kalau renang, sepertinya boleh juga. Akhirnya, Farel pun memutuskan untuk berenang.
Suasana sangat sepi, sambil menyalakan musik klasik, Farel berenang. Beberapa kali menyelam, dan lama juga muncul ke permukaan.
***
"Jatuh di mana ya?" gumam Aira yang mencari sesuatu. Ia kelihatan sebelah antingnya.
"Apa di taman belakang? Atau ...?"
Aira terus saja bicara pada dirinya sendiri, kemudian mondar-mandir mencari anting yang hilang.
Tap tap tap
Dari jauh ia melihat sesuatu yang berkilau di antara rerumputan.
"Nah itu dia."
Dengan santai Aira terus maju, kemudian berjongkok meraih benda yang berkilau tersebut. Namun, tenyata hanya tutup kaleng yang terbaik.
"Ish!"
BYURRR ...
Kaget, Aira menoleh.
"Sedang apa kau di sana? Kau mengintipku?" tuduh Farel.
Mata Aira menatap sosok pria yang hanya pakai celana renang tersebut.
'Apa yang kamu lihat, Aira!' batin Aira langsung memalingkan badan.
'Gadis mesummm!' omel Farel dalam hati.
Bersambung
Fb Sept September
IG Sept_September2020
Masih seperti tikus dan kucing ya. Tunggu kalau kena virus B plus. Heheheh
karepmu jane piye reeell jalok d santet opo piyee.....😡😡😡😡😡😡😡
waktu penyiksaanmu teko fareelll....gawe trsiksa dsek iku farel thoorr.....ben uring uringan mergo nahan rindu tpi airane moh ktmu gtuu 😀😀😀😀😀