(Bukan) RAHIM PENGGANTI

Tidak ada seorang ibu manapun yang mau menyerahkan anaknya jika bukan karena terpaksa.Begitu juga Dita. Setelah menyantap sarapan, Dita pergi ke balkon kamar dan duduk sambil memandangi pemandangan laut. Hotel yang mereka tempati berada dekat pantai.

Dita teringat kembali tentang pernikahannya dengan Raffa. Setelah bayi ini lahir, Dita akan mengurus perceraiannya dengan Raffa. Tidak pernah Dita menduga jika pernikahannya dengan Raffa akan berakhir seperti ini.

Dita yang hidup sebatang kara harus mencari nafkah dengan menjadi buruh cuci piring di sebuah restauran. Walau ekonominya serba kekurangan, kecantikan dirinya tidak bisa disembunyikan. Banyak pria yang menaruh hati dengan Dita. Namun, pilihannya jatuh pada Raffa. Pria yang awal berkenalan sangat baik dan ramah.

Dita menghapus air matanya, mengingat jalan hidupnya yang penuh dengan cobaan. Mungkin suatu saat akan ada keajaiban, akan indah pada waktunya.

Mungkin hari ini bukan waktu terbaik untuk diriku. Banyak kesulitan yang terus kuhadapi. Namun aku yakin semua akan indah pada waktunya. Terkadang untuk bisa memperoleh suatu kebahagiaan, Tuhan menguji manusia dengan berbagai kesedihan yang menyakitkan. Karena Tuhan hendak melihat apakah kita pantas mendapat kebahagiaan tersebut. Ketika mengharapkan tanaman bunga, terkadang Tuhan justru memberikan tanaman kaktus yang penuh duri. Namun waktu demi waktu berjalan kaktus akan menumbuhkan bunga yang indah melebihi tanaman bunga yang diminta. Itulah cara Tuhan menunjukkan kalau semuanya akan indah pada waktunya.

Seberat apapun masalah yang didapat, yakinlah kalau setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Karena gembok tidak akan dibuat tanpa adanya kunci untuk membukanya. Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan kita.

Dita kaget saat merasakan ada pelukan dari belakang tubuhnya. Dibaliknya badan, dan tersenyum melihat Rendra.

"Apakah Bapak sudah merasa baikan?" tanya Dita.

"Sudah, mandilah. Kita pergi jalan sekalian beli bajumu."

"Baju saya sudah banyak dibelikan Pak Dicky kemarin."

"Kamu mau membantah ucapanku!" ucap Rendra dengan suara sedikit tinggi. Dita menggelengkan kepalanya.

Rendra melihat mata Dita merah dan masih tersisa air mata di sudut matanya. Rendra tiba-tiba menggendong tubuh wanita itu dan mendudukan di atas meja.

Rendra menghapus air mata Dita dan mengecup kedua mata dan bibir wanita itu. "Jangan menangis. Ingat jika kamu sedih, itu akan memengaruhi perkembangan bayi."

Dita langsung memeluk Rendra, tangisnya pecah dipelukan pria itu. Rendra menjadi salah tingkah melihat wanita itu yang terisak.

Dita tahu, Rendra salah satu orang yang membuat hidupnya menderita, tapi entah kenapa dirinya merasa nyaman berada dipelukan pria itu.

"Pak Rendra, apa salahku sehingga semua pria tidak pernah mencintai aku dengan tulus. Aku tidak pernah menuntut apapun pada pria yang aku cintai. Aku hanya mengharapkan mereka membalas cintaku saja."

Rendra hanya diam tidak tahu harus menjawab apa. Dia bukan pria romantis yang bisa merayu wanita dengan kata-kata. Dia juga tidak ingin terjebak dengan permainannya sendiri.

Ini saja diakui Rendra, jika dirinya telah melewati kesepakatan dengan Anggun. Istrinya itu dulu mengizinkan Rendra mencari wanita untuk dijadikan rahim pengganti. Setelah hamil, Rendra tidak diizinkan berhubungan badan atau apapun juga. Biar Dicky yang mengurus semuanya.

Namun Rendra masih saja berhubungan dan menjadikan Dita teman tidurnya. Dia bahkan memperlakukan Dita sangat manis.

"Jika nanti waktunya aku pergi, aku mohon Pak Rendra bisa melepaskan aku dengan baik. Jangan jual aku lagi dengan pria lain. Aku akan membayar sisa hutang suamiku. Aku nggak akan kabur dari tanggung jawab. Aku mohon, jangan beri aku dengan pria kejam lainnya."

Rendra membalas memeluk Dita. Tidak pernah terbesit dalam hatinya untuk menjual wanita ini lagi. Bagaimanapun seperti kata Dita tadi, dia adalah ibu dari anaknya. Rendra bahkan telah meminta Dicky membelikan rumah dan akan memberi sejumlah uang untuk modal usahanya.

...****************...

Bersambung