Duar duar duar
Huhhhhhhhhh
suara party Popper dan teriakan para teman-teman sang pemilik pesta memeriahkan malam ulang tahun itu.
malam di mana Seorang wanita cantik mengetahui fakta menyakitkan di dalam hidupnya.
"Aku bersumpah akan merebutnya darimu, cepat atau lambat!" begitulah isi pesan yang di kirim selingkuhan suaminya malam itu
"Lakukan apa maumu! tapi jangan harap bisa mengalahkan ku." Jawab Arneta tak terpengaruh sedikit pun
jika biasanya istri sah akan meraung bahkan tak segan melabrak selingkuhan dari suaminya, Delisa sangat berbeda. ia brani melawan hingga membuat rivalnya berniat untuk mencelakainya.
akankah Arneta dapat mempertahankan pernikahannya? ataukah, Arneta justru kehilangan nyawanya?
simak kisahnya hanya di Novel "Takdir Ke dua"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama sang Gundik
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sembari melangkah kembali ke mejanya, Araneta berusaha untuk menjelaskan niatnya yang tidak ingin larut dan terjerumus ke dalam rencana Bulan.
"Aku justru sadar jika selama ini aku hanya termakan tipu daya janji manis seorang pria, Mira. dan aku ingin memperbaiki semuanya meskipun tidak sama seperti sebelumnya." ucap Arneta sembari duduk bersandar ke atas meja
"Caranya Nona?" Tanya Mira dengan kening yang mengerut
Sebelum menjawab, Arneta menyempatkan diri menoleh kepada Mira sembari tersenyum. "aku yakin Bulan sudah merencanakan ini semua sebelum ia meneror ku. jadi, nari wujud kan keinginannya untuk menjadi seorang Nyinya Vincent Ardiansyah."
Deg
Mira nampak tercengang dengan apa yang baru saja dia dengar. lantas, ia mencoba untuk kembali bertanya apakah Arneta benar-benar serius dengan ucapannya.
"Nona, apa yang anda lakukan? Kenapa? kenapa anda malah ingin membantunya merebut posisi anda saat ini?"
Mira benar-benar tak habis pikir dengan rencana Atasannya itu, yang justru malah ingin mempersatukan suaminya dengan selingkuhannya. jika ia jadi Arneta, maka ia pasti sudah mendatangi Bulan hingga menjambaknya agar menjauhi Vincent.
Namun anehnya, Arneta sama sekali tidak berniat melakukannya. bahkan, Mira yang sempat ingin melakukannya saja di halangi oleh Arneta.
"Karena seorang pengkhianat patut di buang pada tempatnya."
Deg
"No..... nona,..... " Jujur Mira tak lagi dapat berkata-kata setelah mendengar jawaban Mira.
"Apa kau mau membantuku?" Tanya Arneta sembari menatap Mira yang kini juga nampak menatapnya
"Bantu aku mengurus surat perceraian kami, Mira! apa kau bisa?"
Wajah Arneta yang tegas menunjukan ia serius dengan ucapannya, sehingga membuat Mira tidak bisa mengelak lagi.
"Tapi, bagaimana jika Tuan Vincent tau? bukankah akan sangat berbahaya? setau saya, tuan Vincent sangat mencintai anda dan tidak mungkin semudah itu Tuan Vincent mau menceraikan anda, apalagi menandatangani berkas-berkasnya."
"Biar itu jadi urusanku, Mira. kau lakukan saja apa yang aku perintahkan. cari firma hukum terbaik agar proses perceraian kami tidak terendus Media, apalagi anak buah Vincent yang ada di mana-mana." Jawab Arneta sembari tersenyum sinis
Mira akhirnya mengerti dan menyanggupi tugas barunya untuk mengurus semua keperluan Arneta demi bisa bercerai oleh suaminya.
********
Sedangkan di tempat lain, Bulan baru saja keluar dari Bathroom namun sudah di kejutkan oleh Vincent yang sudah bersiap untuk pergi dengan pakaian yang sudah rapi dan kini tengah memasang dasinya sendiri.
Sembari berlari, Bulan menghampiri Vincent, lalu memeluknya dari belakang.
"Sayang, kau mau kemana?" Tanyanya dengan manja
Merasa terganggu, Vincent lantas mencekal kedua lengan Bulan hingga melepaskan pelukan wanita itu dari perutnya.
Deg
Bulan jelas tidak terima hingga berusaha untuk kembali memeluk Vincent. namun sayangnya Vincent keburu mendorong tubuhnya hingga membuat Bulan terjerembab ke atas ranjang dengan cukup kasar.
Lalu, Vincent melangkah mendekatinya dengan tatapan yang begitu dingin seolah keduanya adalah orang yang asing.
"Sayang, ada apa? kenapa kau mendorong ku?" Tanya Bulan sembari memasang wajah sedih
"Aku sudah selesai dengan urusanku di sini, lalu untuk apa aku di sini terlalu lama?"
Deg.
Bulan terkejut mendengar ucapan Vincent barusan. lantas, ia memberanikan diri untuk kembali menjawab ucapan pria itu.
"What? apa maksudnya dengan sudah selesai dengan urusan mu di sini? memangnya, kau anggap aku ini apa?"
"kau hanya selirku, Bulan. Apa lagi?"
"APA?"
Dengan wajah terkejut, Bulan lantas bangkit dari duduknya sembari menatap Vincent dengan tahan.
"Apa maksudmu? kau anggap aku ini apa?" Bulan yang tidak terima pun berusaha untuk mendekati Vincent, namun lagi-lagi pria itu justru mendorongnya hingga kembali jatuh ke atas ranjang.
Bug
"Bulan, jaga batasanmu! Bukankan hubungan kita ini adalah hubungan yang berlandaskan saling menguntungkan? Aku untuk bisa bermain-main dengan mu, sementara kau beruntung bisa berfoya-foya dengan uangku. Apa lagi?"
Mendengar itu, Bulan kembali berbalik dan mencoba bangkit dari posisinya.
"APA? Tidak, bagaimana bisa kau berfikir seperti itu Vincent? aku pikir hubungan kita lebih dari itu. bukankah kemarin kau baru saja melamar ku?"
"Ya Tuhanku, Come on, Bulan. kau fikir aku benar-benar serius mencintaimu?"
Deg
Wajah Bulan seketika panik setelah mengetahui fakta jika Vincent berkata demikian. "A..... apa?" Sembari tergagap Bulan melangkah mendekati Vincent, hingga kini keduanya berdiri saling berhadapan. "Apa kau bilang tadi? Bukankah, selama ini kau memang mencintaiku Vincent?"
Uhukkkk
Sembari menahan tawa, Vincent berbalik hingga melangkah beberapa jengkal sebum kembali berbalik sembari menatap Bulan dengan sorot mata tajamnya.
"Bulan, Bulan. aku jadi teringat pepatah yang mengatakan bagai pungguk merindukan bulan, kau persis seperti itu!"
Deg
Seketika tulang kaki bulan terasa seperti lunak tak bertenaga hingga membuat tubuhnya yang awalnya sehat seketika runtuh ke lantas. rasa percaya dirinya tadi seketika sirna setelah mengetahui fakta jika Vincent tak pernah mencintainya.
Melihat itu, Vincent memutar bola matanya jengah, lalu berusaha untuk menghampiri Bulan hingga mengulurkan tangannya kepada Bulan.
Bulan hanya menatap tangan itu dengan Sinis hingga memilih membuang muka ke arah lain.
"Ayolah Bulan, jangan terkanak-kanakan! Aku tidak memiliki waktu untuk meladeni hal-hal semacam ini. aku harus pergi sebelum Arneta pulang dan mencurigai ku lagi seperti kemarin."
Deg
"Jadi, kau lebih mementingkan Arneta di Bandung anak kita ini?"
"Tentu saja, kau pikir apa la......... " Vincent menjeda ucapannya ketika menyadari ada sesuatu yang ia gagal pahami
Lantas ia menatap Bulan dengan penuh tanya, sementara wanita itu kini nampak tersenyum licik menatap ke padanya.
"A... apa kau bilang tadi? Coba katakan sekali lagi!" Perintah Vincent dengan ragu-ragu
"Kenapa? kau terkejut? kau terkejut jika aku bisa hamil anakmu, sementara wanita m**dul itu tidak."
Deg
Vincent semakin terkejut hingga mulutnya sampai mengaga lebar.
"Apa? Jangan berbohong! Maksudku, apa kau yakin jika itu anakku?"
Vincent sampai menatap perut Bulan yang masih rata. bukannya tidak bahagia jika sampai bulan benar-benar hamil, Itu tandanya akhirnya ia akan menyandang gelar sebagai Ayah. hanya saja, ia bingung bagaimana caranya memberitahukan semua itu kepada Arneta.
Sembari mencoba bangkit, Bulan memutuskan untuk kembali melakukan drama dengan tujuan memanipulasi pikiran Vincent agar kembali bersimpati padanya.
"Tentu saja. bahkan aku berniat memberikan kejutan ini nanti malam, tapi kau menolak sebab malam ini adalah malam pernikahan mu dengan Wanita ma*dul itu. maka dari itu, aku putuskan untuk mengatakannya sekarang." Ucap Bulan dengan lantang, tak ada keraguan sedikit pun yang terlihat di sorot matanya sebab, ia adalah seorang aktris yang pandai bermain drama.
Sehingga bukan hak yang sulit untuk nya untuk berakting di depan Vincent agar percaya dengan apa yang baru saja ia katakan.
"Jaga ucapan mu itu Bulan, sebelum aku menyumpal mulutmu itu dengan tanganku sendiri! " Bentak Vincent sembari bersiap menampar Bulan karena berani menghina Arneta sebanyak dua kali