Niken menyaksikan perselingkuhan suaminya dengan perempuan yang lebih dewasa, istri orang, dan tetangga dari suaminya. Bukan Niken saja yang melihat adegan panas Reyfan, sang suami bersama Zahra, selingkuhannya. Melainkan ada seseorang lagi yang melihat adegan panas mereka. Hans, suami dari Zahra ternyata menyaksikan semua itu di belakang Niken yang sedang memergoki Reyfan bercinta dengan Zahra di Bengkel milik suaminya.
Hans menangkap tubuh Niken yang lemas karena melihat pergulatan panas Reyfan dan Zahra.
"Jangan menangis, manusia laknat seperti mereka jangan ditangisi!"
"Om Hans?"
"Kita balas perbuatan mereka!"
"Caranya?"
"Kita selingkuh!"
Niken setuju dengan Hans, mereka membuat suatu perjanjian perselingkuhan. Bagaimana kisah Niken dan Hans? Apa mereka terjebak perasaan saat membalas perlakuan pasangan mereka? Apalagi Hans yang sudah lama jatuh hati pada Niken, sejak Hans melihat Niken pertama kalinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Reyfan dengan mudahnya mencampakkan Niken. Dia yang berkhianat, tapi seolah Niken yang salah karena sudah berani mengajukan surat gugatan cerai. Reyfan benar-benar tidak mau membagi harta gono-gini dengan Niken, karena ia merasa Niken yang mau pisah, silakan pergi, jangan bawa apa-apa karena kamu yang minta cerai. Berbeda jika Reyfan yang menceraikannya tentu Reyfan akan membagi harta gono-gininya dengan Niken.
Niken belum berani bicara dengan keluarganya soal apa yang menimpa dirinya dengan Reyfan, nanti dia akan bicara kalau sudah selesai semuanya. Biar saja Niken pura-pura tinggal di kontrakan jika Reyfan menanyakan tinggal di mana, dan kerja di mana. Niken tidak mau memberitahukan apa yang sekarang ia miliki, karena pasti Reyfan akan mengungkit dan mengitkan dengan harta lainnnya.
“Yakin kamu mau cerai tanpa pembagian harta gono-gini?” tanya Indah.
“Iya, daripada aku ribut, dan pada akhirnya aku tidak bisa pisah dengan dia. Percuma memberi kesempatan lagi, ujungnya akan tetap sama, Indah! Aku memaafkannya, tapi bukan berarti aku harus tetap bersamanya menjadi istrinya!” jawab Niken tegas.
“Aku juga sudah mulai proses mediasi besok, itu semua karena dia yang mau, perempuan itu terus mendesak minta dinikahi suamiku, dan tidak mau menjadi istri kedua, jadi suamiku menceraikan aku, di depan perempuan itu. Miris sekali hidupku, Nik. Aku hanya dapat bagian seperempat dari yang kita miliki dari dulu. Benar-benar kejam sekali, uangku habis untuk renovasi, tapi aku dapat apa, Nik?”
“Kita ini bodoh atau apa ya, Ndah? Atau memang nasib kita punya suami modelan begitu? Sudah, kita tidak usah memikirkan mereka yang menyakiti kita, fokus dengan usaha kita ya, Ndah? Kita pasti bisa hidup tanpa suami kok, daripada hidup dengan suami yang seperti itu?”
“Kamu mending punya rumah, aku gimana?”
“Sudah untuk itu dipikir sambil berjalannya waktu. Rumah ini ada kamar, kalau kamu mau tinggal di sini aku gak masalah, Ndah. Aku kan jadi ada temannya?”
Namun, Indah menolaknya, karena dia sudah mengurus pembelian perumahan dengan sisa uang pembagian dari harta gono-gini. Indah tidak mau merepotkan Niken, apalagi dia sudah baik sekali, karena meminta Indah mengelola cafenya.
**
Hans mendengar kabar kalau Niken akan berpisah dengan Reyfan, tapi Reyfan tidak memberikan sepeser pun harta gono-gini pada Niken. Mobil pun tidak diberikan pada Niken, padahal yang membeli adalah Niken, saat ia masih jaya mendapatkan gaji dari menulisnya.
Hans mendengar semua itu dari Dewa, Dewa tahu semua dari Rio, karena Rio cukup akrab dengan dirinya, dia mekanik andalan Dewa, jika mobil Dewa ada trouble, Rio lah yang memperbaikinya.
“Kasihan Tante Niken, Pa. Dia yang tersakiti karena perbuatan Om Reyfan dan mama, tapi dia minta cerai malah tidak dapat apa-apa!” ucap Dewa.
“Benar-benar Reyfan! Padahal Reyfan bisa seperti itu juga karena Niken!” ucap Hans dengan geram.
Biar saja, toh Niken sudah mendapatkan sesuatu dari Hans saat awal perjanjiannya menjadi selingkuhan Hans. Namun, malah semua itu tidak berhasil dilakukan, karena Hans sibuk dengan urusan pekerjaan, dan Niken tidak mau ke rumah Hans, jika Hans tidak ada. Padahal rumah itu akan diatas namakan Niken.
Hans kali ini sedikit jaga jarak dari Niken, karena biar semua urusannya selesai. Hans juga sedang mengurus proses perceraiannya dengan Zahra yang sebentar lagi mungkin akan selesai, karena Hans tidak mau mempersulit Zahra yang ingin pisah darinya.
**
Sudah beberapa bulan ini Niken menjalani kehidupannya sendiri. Beruntung yang dikhawatirkan Niken tidak terjadi. Saat dirinya mengajukan gugatan cerai, dan mulai sidang perceraian, Niken terlambat datang bulan. Ia takut kalau hamil, beruntung hanya gangguan hormonal saja. Sekarang Niken sudah terbebas dari belenggu Reyfan.
Namun, Reyfan masih saja terus meneror Niken, padahal sudah satu bulan mereka sah berpisah. Reyfan seakan tidak terima Niken mengajukan cerai, ia tantang dengan tidak akan memberikan sepeser pun harta gono-gini supaya Niken tidak jadi menceraikannya. Ternyata Niken tidak peduli kalau dirinya tak dapat apa-apa. Niken tak gentar untuk menceraikan Reyfan. Beruntung saksi dan bukti sangat kuat sekali saat proses persidangan, hingga hakim memutuskan mereka resmi berpisah.
Zahra semakin berani memperlihatkan hubungannya dengan Reyfan. Dia sering berada di bengkel milik Reyfan, sekarang apa pun keperluan Reyfan, Zahra yang melayaninya, termasuk memasakkan untuk Reyfan, karena dia tidak begitu suka makanan cepat saji di restoran atau di tempat makan mana pun.
Zahra merasakan dirinya semakin sulit quality time, karena harus fokus mengatur pola makan Reyfan yang selalu diperhatikan oleh Niken, sedang dulu Zahra tidak terlalu memikirkan semua itu. Ada pembantu di rumah, jadi dia tidak peduli sudah ada makanan atau belum di rumah.
“Rey, kita kapan menikah?” tanya Zahra.
“Menikah? Kamu maunya kapan? Aku baru cerai sebulan, Ra, masa langsung nikahi kamu? Kamu juga pasti masa idahnya belum selesai, kan?” ucap Reyfan.
“Aku ingin secepatnya, Rey.”
“Apa sudah mendapat izin dari anak-anakmu?”
“Mengizinkan atau tidak, aku tidak masalah, toh dia memilih ikut papanya semua? Aku bebas, kan?”
“Hmmm ... iya bebas. Ya sudah aku lapar.”
“Aku sudah masakin ini buat kamu, Sayang.”
Reyfan langsung mengambil makanan yang sudah disiapkan Zahra. Ia menyuapkan makanannya. Ia berhenti mengunyah, karena masakan Zahra rasanya aneh sekali.
“Baru sebulan aku tidak bersama Niken, aku sudah merindukan masakanmu, Nik. Ah ... mungkin aku belum terbiasa!” batin Reyfan.
Jelas kangen dengan masakan Niken, karena sudah cocok dengan lidahnya. Niken selalu menyuguhkan menu yang lezat meski sederhana masakannya. Sekarang, Reyfan benar-benar merindukan masakan Niken.
**
Niken baru saja sampai di rumah Hans. Hans sudah menunggunya, lama sekali karena urusan yang pelik Hans tidak bertemu dengan Niken. Setelah terbongkarnya perselingkuhan Reyfan dan Zahra, Hans malah sedikit memberikan jarak, karena supaya tidak ada yang mengetahui Hans sedang dekat dengan Niken. Seperti biasa, Niken dijemput oleh orang suruhan Hans.
“Ayo masuk,” ajak Hans yang dari tadi menunggu Niken di luar.
“Tumben di luar, Om?”
“Om gak sabar nungguin kamu, Nik. Om kangen,” ucapnya to the point di depan Niken.
“Gombal!”
“Serius, Niken!”
“Kan sudah ada obat kangennya? Setiap hari aku sudah kasih obat kangen dalam bentuk tulisan, bukan?”
“Iya, tapi kurang, karena tidak bertemu orangnya,” jawab Hans.
Hans mengajak Niken masuk. Ia berjalan di samping Niken, agak sedikit berjarak, karena Hans tidak mau memulainya lebih dulu, apalagi status mereka sama-sama baru. Baru berpisah dari pasangannya, dan sudah resmi berpisah.
Meskipun sudah resmi berpisah, Reyfan masih saja mengganggu ketenangan Niken, berbeda dengan Zahra, yang sudah tidak peduli dengan Hans , dan anak-anaknya, apalagi Zahra mendapatkan harta banyak sekali dari Hans saat berpisah.
Setuju bgt klo niken gk maafin lelaki model begitu