NovelToon NovelToon
Wanita Milik 5 Tuan Muda

Wanita Milik 5 Tuan Muda

Status: tamat
Genre:Tamat / Perjodohan / Cintamanis / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: Momoy Dandelion

Tantangan Kepenulisan Noveltoon

Bagaimana rasanya dijodohkan dengan 5 laki-laki tampan? Tanyalah kepada Irene Abraham.

Cantik, pintar, dan kayaraya membuat kehidupan Irene serasa sempurna. Apapun yang inginkan selalu bisa didapatkan dengan mudah. Hidupnya sangat bebas sesuka-suka hatinya.

Sampai suatu ketika, sang kakek berencana untuk menjodohkannya dengan salah satu putra keluarga Narendra. Ada lima tuan muda yang bisa Irene pilih menjadi pendampingnya, Alan, Alex, Alfa, Arvy, dan Ares. Kelima tuan muda memiliki sifat dan karakter yang berbeda.

Irene yang belum siap menikah, memutuskan untuk menyamar sebagai wanita jelek dan kampungan. Tujuannya satu, agar tidak ada dari kelima tuan muda yang akan menyukainya.

Apakah tujuan Irene berhasil? Ataukah Irene akan jatuh cinta pada salah satu dari kelima tuan muda itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12: Penyamaran Sang Idola

“Arvy, kita sudah sampai,” ucap Marco yang

menjadi manajer sekaligus sopir pribadi Arvy.

Lelaki itu membuka matanya. Ia meregangkan tangan dan kakinya yang kaku. Satu jam tidur cukup membuat badannya lebih bugar. Sebagai artis yang memiliki jadwal kerja tak tentu, ia harus pandai memanfaatkan waktu untuk beristirahat sekalipun hanya beberapa menit. Seperti yag dilakukannya barusan, ia memilih tidur selama perjalanan dari tempat pemotretan ke kampus untuk menjemput Irene. Terpaksa ia

mau mengurusi wanita itu atas desakan kakak-kakaknya.

“Jangan sampai ada yang melihat, aku tak mau jadi repot karenamu!” Marco mengingatkan Arvy agar tidak lagi membuat masalah. Ia kapok saat rumor kencan Arvy sempat mencuat ke permukaan. Untung saja ia cepat mengambil tindakan sehingga berita itu hilang begitu saja teralihkan dengan berita lain yang lebih viral.

Arvy tanpa sepengetahuan Marco ternyata sedang berkencan dengan Adila. Keduanya termasuk artis yang mulai naik daun, akan berimbas besar pada karir jika berita itu mencuat. Apalagi fans Arvy termasuk bar-bar, tidak suka Arvy dekat dengan wanita sekalipun untuk kepentingan syuting. Sulit mencari lawan main Arvy karena mereka harus siap mental terkena hujatan apalagi jika menurut fans

dirasa kurang good looking. Arvy sendiri lebih memilih job pemotretan dan syuting iklan daripada bermain film atau sinetron. Alasannya karena jam kerja yang lebih leluasa dibandingkan dengan film apalagi sinetron.

“Aku sudah tahu. Berhentilah cerewet untuk hal ini. Ocehanmu melebihi ocehan ibu-ibu terhadap

anaknya,” protes Arvy.

“Terserah kamu mau bilang apa, yang penting pikiranku tidak bertambah pusing gara-gara ulahmu. Sudah aku bilang kalau mau menemui Adila hubungi aku dulu, malah nekad menemuinya sendiri. Kamu yang asyik pacaran aku yang pusing memikirkan karirmu.” Marco menggerutu.

“Kamu kan memang dibayar untuk itu, Marco.” Arvy menjawab dengan santainya.

Arvy memasang masker berwarna hitam untuk menutupi wajahnya. Ia juga mengenakan penutup hoodie agar nanti tidak ada orang yang mengenali. Untung saja orang-orang tidak

tahu jika Ares adalah adiknya. Jika semua orang tahu, mungkin ia juga akan semakin tidak nyaman menikmati dunia perkuliahannya.

“Kali ini siapa lagi yang mau kamu bawa dari kampus ini?”

Arvy tak menjawab. Ia langsung keluar dari mobil Marco setelah membenarkan penyamarannya. Marco hanya bisa menghela napas. Seumur-umur menjadi manajer, baru kali ini ia susah untuk mengatur artisnya. Tapi, bayaran yang Arvy berikan memang lebih tinggi

dibandingkan dengan artis-artis yang pernah ditanganinya. Arvy juga royal, suka memberikannya bonus. Setara dengan masalah yang harus diselesaikannya.

Arvy berjalan santai memasuki area kampus. Ia sengaja membawa tas yang disampirkan pada bahu kanannya supaya terlihat seperti mahasiswa lain. Sepanjang koridor yang ia

lalui orang-orang masih belum ada yang menyadari keberadaannya.

Sesampainya di ruang perkuliahan Irene, tampaknya baru saja selesai. Terlihat dari satu per satu mahasiswa yang keluar di ruangan itu.. arvy bersandar pada dinding depan pintu ruangan itu menunggu Irene keluar. Beberapa mahasiswa sempat mengarahkan pandangan padanya, kemudian berlalu begitu saja. Artinya mereka tidak menyadari penyamaran Arvy.

Sampai tidak ada yang keluar lagi dari ruangan itu, Irene belum juga muncul. Padahal ia yakin

ruangan yang ada di hadapannya benar seperti apa yang Irene katakan pagi tadi sebelum berangkat. Terdorong oleh rasa penasarannya, Arvy berjalan mendekat dan melongok ke dalam ruangan dari arah pintu. Terlihat Irene sedang berbincang dengan seorang lelaki berkacamata. Keduanya terlihat akrab.

“Cocok sekali mereka, sama-sama cupu,” ucap Arvy dengan nada lirih.

Merasa Irene tetap belum mau mengakhiri pembicaraannya, Arvy sedikit kesal. Setelah ini dia masih harus datang ke lokasi syuting iklan. Kalau menunggu Irene bisa-bisa dia terlambat ke tempat syuting. Akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri Irene.

“Eh! Apa-apaan ini!” Irene terkejut saat ada orang yang berusaha menariknya. Bian ikut terkejut melihat ada lelaki yang tiba-tiba datang mengganggu Irene.

“Lepaskan tanganmu!” Bian maju memegangi tangan Arvy.

Arvy tak menyangka lelaki yang terlihat culun itu ternyata punya nyali untuk membela Irene. Ia

ingin tertawa melihat kecocokkan lelaki itu. bagus sekali jika keduanya berpacaran, ia tak perlu lagi repot untuk ikut bergiliran mengurusi Irene.

“Irene, ikut aku!” Arvy tetap berusaha menarik Irene, sementara Bian berusaha menjauhkannya.

“Kamu siapa? Ada urusan apa dengan Irene?” tanya Bian.

“Bukan urusanmu!” Arvy menjawabnya dengan nada ketus.

Bian cukup terpancing dengan respon yang Arvy berikan. Ia berusaha lebih keras untuk melepaskan cekalan tangan Arvy. Irene yang penasaran membuka paksa masker yang

menutupi wajahnya.

Ketiganya sama-sama terkejut. Apalagi Arvy yang panik wajahnya sudah terekspose di sana.

Untung saja di ruangan itu hanya ada mereka bertiga. Segera ia ambil kembali masker yang ada di tangan Irene.

“Kamu … Arvy, kan?” tanya Bian heran. Betapa tidak mengherankan, seorang artis yang wajahnya sering muncul di majalah dan televisi tiba-tiba ada di sana, memegang tangan

Irene seperti orang yang sudah akrab.

“Irene, cepat ikut aku!” tegas Arvy.

“Iya, iya ….” Tak berlama-lama lagi, Irene segera membereskan peralatan menulisnya. Ada sedikit

rasa bersalah sudah membuka penyamaran Arvy. Namun, itu juga salah lelaki itu sendiri yang datang tanpa memberitahu. Ia minta nomor ponselnya tidak diberikan. Akhirnya ia tidak tahu jika orang yang tadi berusaha menariknya

adalah Arvy.

“Bian, aku pulang dulu, ya …,” pamit Irene dengan raut wajah kikuk. Besok ia harus memutar otak

untuk menjelaskan kejadian hari ini kepada Bian.

Arvy sudah tidak sabar lagi. Ia tarik tangan Irene dan segera membawanya keluar. Irene harus

setengah berlari untuk mengimbangi langkah kaki Arvy yang lebar.

“Sudah bisa lepaskan tanganmu sekarang? Kalau ada yang lihat akan curiga ada orang yang mau menggandeng tanganku.”

Arvy reflek melepaskan tangannya. Ia lupa kalau jijik untuk berdekatan dengan wanita itu. Bahkan tanpa sadar ia telah memegangi tangannya. Ia jadi merinding dan takut terkontaminasi kejelekan abadi Irene.

“Ikuti aku!” seru Arvy. Lelaki itu kembali berjalan cepat sementara Irene mengikutinya dari belakang.

“Masuk!” Arvy memerintahkan Irene masuk ke dalam mobil milik manajernya saat mereka telah

tiba di area parkiran.

Marco tercengang melihat Arvy yang memilih duduk di sampingnya. Ia lebih tercengang lagi melihat wanita yang baru saja Arvy bawa ke dalam mobilnya. “Dia siapa?” tanya Marco bingung. Bisa-bisanya Arvy menyuruhnya datang ke kampus untuk menjemput wanita

modelan seperti itu.

Wanita berkulit kusam dengan dandanan ketinggalan zaman serta tampang seperti orang kampung. Tidak mungkin dia adalah make up artist Arvy yang baru. Orangnya saja tidak bisa berdandan apalagi mendandani orang lain. Wanita itu lebih cocok mengemis di lampu merah.

*****

1
Depiyanti Oktaviansyah
Luar biasa
GuGuGaGa_90
jalan ceritanya panjang tapi mantap... tapi aku lbh suka ren sama hamish... titik.
GuGuGaGa_90
hmm... dasar pentingkan diri sdri...
hamish tgh sekarat pun sempat lagi bercium... nyampahhhh
GuGuGaGa_90
kamu degil ren...
GuGuGaGa_90
menyerah jelah... awal2 dh aku x setuju ko dgn alan/Proud/
GuGuGaGa_90
Luar biasa
GuGuGaGa_90
baru je jumpa dh bergaduh .. hmmmmm
GuGuGaGa_90
Sorry aku Byk skip sbb terlalu panjang.
GuGuGaGa_90
kesian Alex la... kan Alex yg bersikap baik Dr awal... LG pun Alex x pernah bercium...
GuGuGaGa_90
hmmmm... x nakkkk/Cry/
GuGuGaGa_90
aku x mau irene sama alan/Left Bah!//Right Bah!/
GuGuGaGa_90
irene sama hamisah je
GuGuGaGa_90
jgn sama Alan kerana mulut Alan sudah x suci🤣🤣🤣🤣
Nuratul yurifah
Hamish
Nuratul yurifah
Irene sama Hamish aja!!!
Nuratul yurifah
apa jadinya ya kalo Bryan ketemu Hamish, bisa² langsung ditembakkk🤣
Nuratul yurifah
Kok aku lebih pro ke Hamish ya. gemesss banget sma Irene lebih cocok😉
Nuratul yurifah
Aku malah ngeshipp Irene sama Hamish😁
GuGuGaGa_90: btl2... sbb dh kenal lama... lagi pun hamish syg mati Kat irene
total 1 replies
Sisilia Fonny Alit
lucu dan nakal irene
Sisilia Fonny Alit
nakal sungguh irene tp kocak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!