Pertemuan yang tidak sengaja dengan orang yang sangat menyebalkan menjadi awal sebuah takdir yang baru untuk dr. Fakhira Shakira.
Bruukk
"Astaghfirullah." Desis Erfan, ia sudah menabrak seorang dokter yang berjalan di depannya tanpa sengaja karena terburu-buru. "Maaf dok, saya buru-buru," ucapnya dengan tulus. Kali ini Erfan bersikap lebih sopan karena memang ia yang salah, jalan tidak pakai mata. Ya iyalah jalan gak pakai mata, tapi pakai kaki, gimana sih.
"It's Okay. Lain kali hati-hati Pak. Jalannya pakai mata ya!" Erfan membulatkan bola matanya kesal, 'kan sudah dibilang kalau jalan menggunakan kaki bukan mata. Ia sudah minta maaf dengan sopan, menurunkan harga diri malah mendapatkan jawaban yang sangat tidak menyenangkan.
"Oke, sekali lagi maaf Bu Dokter jutek." Tekannya kesal, kemudian melenggang pergi. Puas rasanya sudah membuat dokter itu menghentakkan kaki karena kesal padanya. Erfan tersenyum tipis pada diri sendiri setelahnya.
Karena keegoisan seorang Erfan Bumi Wijaya yang menyebalkan, membuat Hira mengalami pelecehan. Sejak kejadian itu ia tak bisa jauh dari sang pria menyebalkan.
Rasa nyaman hadir tanpa diundang. Namun sayang sang pria sudah menjadi calon suami orang. Sampai pada kenyataan ia sudah dibeli seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilawati_2393, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Some people want it all
But I don’t want nothing at all
If it ain’t you, baby
If I ain’t got you, baby
Some people want diamond rings
Some just want everything
But everything means nothing
If I ain’t got you, yeah
Hira menyenandungkan lagu If I Ain’t Got You dari Alicia Keys. Ia sangat suka lagu itu karena sependapat semua di dunia ini tidak hanya tentang materi. Cukup dengan hadirnya seseorang yang bisa mengerti, memahami, menyayangi dan selalu ada. Itu lebih dari cukup, tapi sayang, dunia ini hanya panggung sandiwara. Terlalu banyak drama di dalamnya.
Some people want it all
But I don’t want nothing at all
If it ain’t you, baby
If I ain’t got you, baby
Some people want diamond rings
Some just want everything
But everything means nothing
If I ain’t got you, yeah
Hira kembali mengulang liriknya. "Tunggu Tante, baby Key ganteng," pekiknya girang.
Malam ini Hira menggunakan long dress gold dengan pashmina senada. Membuat wajahnya menjadi sangat cantik, pujinya pada diri sendiri. Ia memasuki rumah besar disambut oleh seorang perempuan cantik dan wanita paruh baya yang sempat ditemuinya di rumah sakit waktu itu.
Hira datang saat rangkaian acaranya sudah selesai dilakukan, tapi masih banyak tamu di dalam. Ia sengaja berangkat setelah sholat isya, agar tidak kepikiran kalau telat pulang.
"Ayo masuk dr. Hira, dokter sangat cantik malam ini." Puji Ummi Ulfa, menggandeng Hira masuk ke dalam rumah mewah milik keluarga Abi Nazar. Hira sampai berdecak kagum, tapi disembunyikannya kekaguman itu agar tidak seperti orang kampungan.
"Terimakasih pujiannya Tante." Balas Hira sopan, belum ada perempuan yang memujinya seperti itu. Ibu tirinya? Jangan harap sampai mengatakan itu. Melihat wajahnya saja mak lampir itu ogah-ogahan.
"Panggil Ummi saja, ini menantu Ummi, Attisya istrinya Adnan." Hira mengangguk. "Baik Tan... eh Ummi." Hira tercekat melihat pemandangan di depannya. Oh Tuhan, ada Erfan lagi di sini. Mengapa nasibnya begitu apes, dari banyak lelaki di dunia ini kenapa harus Erfan yang selalu bertemu dengannya.
"Nana, dr. Hira sudah datang." Attisya membawa Hira mendekati Elvina. Hira memberikan paper bag yang dibawanya. Baby Key sedang berada dalam gendongan Erfan, bagaimana ia bisa mencubit pipi gemas itu.
"Makasih lho, sudah mau menyempatkan waktunya untuk datang." Elvina memeluk Hira erat, Hira mengangguk sembari tersenyum. "Dokter pasti kangen baby Key kan?"
"Banget," sahutnya masih malu-malu, padahal biasanya malu-maluin.
"Erfan pinjam babyku." Elvina mengambil baby Key dari gendongan Erfan, tapi lelaki itu malah mendekapnya sangat erat. "No," Erfan menciumi pipi Key dengan manja.
"Abaaang...!" Seru Elvina, meminta pembelaan pada suaminya. Erfan mendengus kesal. "Bisanya cuma ngadu...!"
"Erfan, ngalah dulu ada tamu tuh." Ken menunjuk ke arah Hira. Erfan tak peduli, bodo amat mau siapa kek tamunya. Apalagi seorang dokter Hira yang sangat menyebalkan baginya. Ia masih kangen dengan baby ganteng ini. "No...! Key masih mau digendong Papa Erfan," tegasnya.
Ken mengelus dada agar lebih bersabar menghadapi Erfan yang sekarang seperti anak kecil. Entah otak sahabatnya itu sudah kejedot apaan jadi gak jelas seperti ini.
"Dr. Hira, mau liat baby Key, Erfan." Sentak Elvina, Adnan yang menggendong Nasya ikut geleng-geleng kepala. Benar kata Ken, Erfan sekarang jadi aneh dan gak jelas. Mungkin sarafnya sudah banyak yang putus.
"Terus aja berantem, sampai tamu pergi." Tegur Adnan, Ummi sudah pergi meninggalkan mereka setelah mengantar Hira tadi. Hanya mereka di ruang tengah yang berdebat.
"Langsung ambil sendiri aja dok." Attisya menengahi, Erfan sedang menggila dengan dua baby itu. Tak bisa dipisahkan kalau masih kangen.
Hira mengangguk, mendekati Erfan dengan debaran jantung yang menggila. Ya Allah, rasa apa ini? Mengapa jantungnya seakan ingin keluar dari raga. Kenapa ada perasaan seperti ini. Debaran yang tak boleh terjadi. Hira menenangkan dirinya, saat jaraknya sudah semakin dekat dengan Erfan.
"Assalamualaikum baby Key, Tante Hira datang Sayang." Hira mengabaikan debaran jantungnya, ia mencium pipi Key yang berada dalam gendongan Erfan.
Erfan membeku, tak percaya Hira berani mendekatinya sampai sedekat ini. Jantungnya sampai ingin berhenti berdetak. Matanya tak beralih pada kepala Hira saat gadis itu mencium pipi Key yang berada dalam dekapannya. Wangi tubuh Hira merasuk ke hidungnya. Apa yang terjadi dengannya sekarang?
"Pinjam," ucap Hira mengangkat wajahnya. Netra Erfan dan Hira bertemu, saat gadis itu berbicara dengan menatap Erfan tanpa gentar. Menciptakan getaran dahsyat pada kedua insan yang saling tak suka itu. Hira cepat memalingkan wajahnya lalu mengambil baby Key. Erfan melepaskannya dengan suka cita, tanpa penolakan.
"Haha, kalah jugakan sama perempuan." Adnan menyenggol Erfan. Hira membawa baby Key mendekati Elvina.
"Berisik...!" Sentak Erfan, "Nasya, ikut Papa Erfan ya Sayang." Ia merebut Nasya dari Adnan, untuk menghilangkan gerogi. Bahaya kalau Ken dan Adnan melihat perubahan sikapnya. Erfan harus bersikap sesantai mungkin, tak boleh terlihat gagap. Perasaan ini sungguh gila.
"Pusing deh, liat kalian berantem terus." Attisya mencebikkan bibirnya cemberut. Pasalnya setiap kali bersama tiga jagoan itu selalu berebut baby Key.
"Biarin Sayang, jangan dipikirkan." Adnan merangkul pinggang istrinya, lalu mengecupnya di kening dengan mesra. "Maklumin aja, Erfan lagi kurang perhatian." Kekehnya geli
"Calon istrimu belum sampai Fan?" Tanya Ken, acara sudah selesai tapi tidak melihat batang hidung calon istri Erfan yang katanya ingin dikenalkan.
"Gak jadi datang," sahut Erfan datar.
"Oh." Ken hanya ber-oh ria sambil mendekati istrinya. "Sayang ajak dr. Hira makan dulu."
"Kita sama-sama aja, Erfan juga belum makan."
"Perhatian banget sama Erfan!" Ken mencebikkan bibirnya.
"Kan aku sudah bilang KITA Bang. Ih ngeselin banget." Elvina mencubit perut suaminya dengan sekuat tenaga. "Auww sakit Sayang, bercanda." Ken mencium kening istrinya.
"Kalian kalau gak bermesraan di depan umum bisakan? Ngapain juga pamer kemesraan di depan orang." Erfan mendengus kesal.
"Kenapa lo sewot, istri gue. Halal kok, makanya jangan kelamaan sendiri bro." Ken terkekeh. "Kak, ayo kita makan dulu." Ajak Ken, Adnan mengangguk membawa istrinya menuju meja.
"Ayo dok, kita makan dulu." Elvina berjalan di sisi Hira, Ken berjalan sambil merangkul pinggangnya. "Key biar aku pegang dulu, dokter makan aja." Lagi-lagi Hira hanya bisa mengangguk. Mulutnya seakan membisu, kenapa ia jadi canggung begini.
"Biar Mama dan Bella yang gendong Key dan Nasya, Sayang. kalian makan aja." Ujar Mama Kila tiba-tiba datang mengambil Key, Aish menggendong Nasya. Aishabella merupakan saudara sepupu Elvina. Kemudian berlalu pergi meninggalkan anak-anaknya.
"Ekheemm... tumben diam-diaman sepanjang makan jadi canggung gini." Ledek Adnan sembari menyuapi Attisya, begitu juga Ken asyik menyuapi istrinya.
Hira meneguk ludah melihat pemandangan di depan dan sampingnya. Teganya mereka mengumbar kemesranaan di depan jomblo seperti dirinya, sampai ia susah bernapas melihatnya.
udah untung suami mendukung pekerjaan nya,malah mau di bikinin tempat praktek sendiri, kurang apa coba si erfan