Demi membiayai operasi ayahnya yang terkena serangan stroke, Cleantha terpaksa meminjam uang pada rentenir. Ia berharap bisa mendapatkan pekerjaan untuk membayar hutangnya itu. Namun kenyataan berkata lain. Cleantha gagal mendapatkan pekerjaan dan malah bertemu dengan seorang lelaki misterius dalam sebuah kecelakaan. Lelaki itu memaksanya untuk menjadi isteri kedua sebagai ganti rugi atas kerusakan mobilnya.
Karena ketakutan, Cleantha menolak permintaan lelaki itu dan melarikan diri. Tapi takdir membawanya kembali bertemu dengan lelaki itu, melalui sebuah ajang kompetisi wanita untuk memenangkan hadiah seratus juta.
Cleantha yang keluar sebagai pemenang, dipaksa menjadi isteri kedua Raja Adhiyaksa di atas sebuah perjanjian. Akankah Cleantha mampu menjalani hidup sebagai isteri bayaran, yang hanya dijadikan alat pembalasan dendam oleh Raja atas pengkhianatan isteri pertamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Isteri Seratus Juta
Raja menekan satu tombol merah yang terletak di mejanya. Tak berselang lama, terdengar ketukan di pintu.
"Masuk," seru Raja.
Cleantha hanya duduk mematung saat melihat Dion memasuki ruangan.
Sang asisten yang sama dinginnya dengan bosnya itu, menenteng sebuah map berwarna merah dengan tangan kanan.
"Tuan, ini perjanjian yang Anda minta," kata Dion menyerahkan map itu ke tangan Raja.
"Terima kasih, Dion."
Raja membuka isi map itu dan mengeluarkan beberapa lembar kertas bermaterai.
Ia menyodorkan kertas itu kepada Cleantha sambil menghujamkan tatapan sinis.
"Baca baik-baik perjanjian pranikah ini lalu berikan tandatanganmu."
Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, Cleantha hanya bisa menurut.
Ia membuka lembar pertama surat perjanjian pranikah, dimana tercantum nama Raja dan nama dirinya sebagai pihak yang terikat pernikahan.
Berikutnya tertera banyak sekali pasal dalam perjanjian itu.
Cleantha tidak terlalu memperhatikan detail isinya satu per satu.
Ia hanya membaca isi pasal pertama yang menyatakan bahwa pernikahannya dengan Raja Adhiyaksa hanya berlangsung selama satu tahun.
Kalimat dalam pasal itu membuatnya benar-benar lega. Paling tidak ia masih punya kesempatan untuk terbebas dari pria arogan itu satu tahun lagi.
Cleantha membubuhkan tanda tangannya di setiap lembar perjanjian. Namun ketika sampai di lembar terakhir, Raja tiba-tiba menghentikannya.
"Tunggu dulu, apa kamu paham semua isi perjanjian ini?"
"Sedikit, Tuan," jawab Cleantha lemah.
"Aku heran ada juga penipu yang sebodoh kamu di dunia ini. Kamu menyetujui perjanjian yang tidak kamu pahami isinya," ucap Raja menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku akan berbaik hati padamu untuk sekali ini. Akan kujelaskan point penting dari perjanjian pranikah kita, supaya kamu tidak berpikir macam-macam."
Dengan gaya seorang dosen killer, Raja menerangkan rangkuman isi perjanjian itu kepada Cleantha.
"Pertama kamu dan aku hanya menikah selama satu tahun, sesudah itu aku akan menceraikanmu. Kedua, kita bukanlah suami isteri dalam arti sesungguhnya. Kita tidak akan saling bersentuhan maupun mencampuri urusan masing-masing. Kamu hanya perlu menuruti perintahku jika kita sedang ada di hadapan Zevira, isteri pertamaku."
"Ketiga kamu tidak memiliki hak apapun atas harta kekayaanku. Keempat, selama terikat pernikahan kamu harus tinggal satu atap denganku. Kamu tidak boleh pergi kemanapun, kecuali atas izinku," jelas Raja.
Raja kembali meraih dagu Cleantha agar bisa menatap langsung ke mata gadis itu.
"Dan point terakhir sekaligus yang terpenting adalah...kamu dilarang membocorkan perjanjian ini kepada siapapun. Terutama kepada isteri pertamaku, anggota keluargaku dan juga keluargamu. Jika sampai ada orang lain yang mengetahuinya, maka aku akan menjatuhkan hukuman yang lebih berat untukmu. Mengerti?" tegas Raja.
"I..iya, Tuan, saya mengerti."
"Cepat tandatangani sekarang!"
Dengan jemari yang gemetar, Cleantha membubuhkan tandatangan di lembar terakhir.
"Bagus, akad nikah kita akan segera dilaksanakan," ucap Raja tersenyum puas.
"Maaf, Tuan, boleh saya meminta dua hal sebelum akad nikah diselenggarakan?"
Raja memicingkan matanya.
"Kamu masih berani meminta sesuatu dariku?"
Cleantha menggenggam tangannya erat-erat untuk mengumpulkan keberaniannya yang masih tersisa.
Meskipun ia sudah terjebak dalam perangkap nestapa, ia harus memenuhi tujuan utamanya mengikuti kompetisi ini, yaitu uang seratus juta.
"Maaf, Tuan, saya mengikuti kompetisi untuk memenangkan hadiah seratus juta. Kalau Tuan memilih saya, artinya saya keluar sebagai pemenang. Maka permintaan pertama saya adalah...Tuan bersedia memberikan uang seratus juta itu kepada saya," ucap Cleantha membuang rasa malunya.
Ia tidak peduli jika Raja menganggapnya sebagai wanita paling tidak tahu diri di muka bumi.
"Kamu ini benar-benar gadis mata duitan dan tidak tahu malu," gumam Raja geram.
Raja melangkah mendekati Dion lalu membisikkan sesuatu di telinga asistennya.
Dion mengangguk dan bergegas keluar dari ruangan itu.
"Aku sudah memenuhi permintaan pertamamu. Sebentar lagi aku akan memberimu cek senilai seratus juta. Lalu apa permintaan keduamu?"
"Yang kedua...saya mohon Tuan izinkan saya menemui keluarga saya malam ini. Saya ingin mengucapkan salam perpisahan kepada mereka."
"Salam perpisahan? Bukankah kamu akan mengundang keluargamu untuk menghadiri akad nikah kita?" tanya Raja terkejut.
"Jangan, Tuan. Ayah saya masih dirawat di rumah sakit karena menderita stroke. Kondisinya tidak memungkinkan untuk hadir. Dan untuk kakak perempuan dan ibu tiri saya, mereka pasti tidak setuju jika saya menjadi isteri kedua. Jadi saya harus merahasiakan hal ini dari mereka," ucap Cleantha tertunduk.
"Apa kamu menggunakan alasan ini untuk melarikan diri lagi?" tanya Raja mencengkeram kuat lengan Cleantha.
"Tidak, Tuan. Saya berkata jujur. Saya tidak akan kabur. Tuan boleh mengutus orang kepercayaan Tuan untuk mengawasi saya. Saya berjanji akan kembali ke vila untuk melaksanakan akad nikah besok," jawab Cleantha meringis menahan nyeri di lengannya.
Raja melepaskan lengan gadis itu. Ia berpikir sejenak sebelum mengambil keputusan.
Entah mengapa hatinya mulai melunak setelah mendengar penjelasan dramatis dari Cleantha.
"Baiklah, aku akan mengabulkan permintaan keduamu. Tapi aku tidak bisa membiarkanmu menginap di rumah keluargamu. Malam ini juga kamu harus kembali ke vila. Awas kalau kamu berani membohongiku lagi!" ancam Raja.
Tak lama berselang, Dion kembali dengan membawa buku cek di tangannya. Dion menyerahkan buku cek itu kepada Raja.
"Silakan, Tuan."
Raja mengambil pena berwarna perak dari laci meja.
Dengan cepat, pria itu menuliskan sejumlah angka di atas lembaran ceknya.
Raja menyobek lembaran cek itu dengan sekali sentak, lalu melemparkannya di depan muka Cleantha.
"Ambil ini!"
Meskipun diliputi rasa takut dan malu, Cleantha meraih cek itu.
Cleantha sungguh tidak mempedulikan lagi harga dirinya sebagai manusia. Toh, ia sudah kehilangan semua itu sekarang. Yang terpenting baginya adalah berhasil mendapatkan uang untuk melunasi hutangnya pada sang rentenir.
"Terima kasih, Tuan," ujar Cleantha terbata-bata.
Raja tidak menjawab ucapan terima kasih dari Cleantha.
Ia mengalihkan pandangannya kepada Dion.
"Dion, bawa gadis ini pulang ke rumahnya sekarang. Ajak dua orang pengawal kita untuk ikut bersamamu. Pastikan gadis ini tidak punya kesempatan untuk kabur."
"Baik, Tuan," ucap Dion menganggukkan kepalanya.
"Setelah selesai menemui keluarganya, antar dia kembali kemari. Besok aku akan melakukan akad nikah pukul sepuluh pagi. Jangan lupa siapkan semuanya."
Dion mengangguk sekali lagi.
Ia menghampiri Cleantha yang masih terpaku di kursinya.
"Mari Nona. Kita akan pulang ke rumah Nona sekarang."
Cleantha berdiri lalu mengikuti Dion tanpa banyak bertanya.
Dari balik punggungnya, Cleantha merasa Raja tak lepas memantau gerak geriknya hingga ia meninggalkan ruangan itu.
Kali ini, Cleantha telah menyerah pada keadaannya. Ia tidak mungkin melawan Raja yang memiliki kekuasaan dan kekayaan luar biasa. Harusnya ia bersyukur karena pria itu tidak menuntutnya, tapi malah memberinya uang seratus juta.
Diam-diam Cleantha penasaran apa sesungguhnya motif Raja memaksanya menjadi isteri kedua. Padahal pria itu sudah memiliki isteri yang kecantikannya setara dengan seorang dewi. Bila dibandingkan dirinya, Cleantha merasa bak butiran debu di telapak kaki Zevira Adhiyaksa.
Di sisi lain, jelas-jelas Raja tidak tertarik padanya bahkan begitu membencinya. Terbukti pria itu telah membuat perjanjian aneh sebelum pernikahan mereka dilangsungkan.
"Apa Tuan Raja ini pria hidung belang? Tapi bila benar begitu, dia tidak akan memilih gadis sepertiku. Atau dia hanya ingin mempermainkan aku untuk membalaskan dendam**nya?"
pikir Cleantha bertanya-tanya.
...****************...
Sepanjang perjalanan ke Jakarta, Cleantha terus menggenggam tasnya. Di dalam tas itulah tersimpan hartanya yang paling berharga, yaitu cek senilai seratus juta.
Berkat cek itu satu masalahnya akan selesai, meski masalah lain telah siap menantinya.
Ketika tiba di depan rumah, Cleantha melihat kondisi rumahnya sunyi. Lampu di depan juga tidak menyala. Tempat tinggalnya itu nampak gelap gulita dari luar.
"Kak," panggil Cleantha mengetuk pintu.
Dion dan dua orang bodyguard menjaga Cleantha dari belakang.
"Nona, sepertinya tidak ada orang di rumah Anda. Lebih baik Anda menelpon kakak Anda supaya kita tidak membuang waktu disini," kata Dion memberikan saran.
"Iya, Tuan Dion."
Cleantha mengambil ponselnya dan menekan nomor Keyla.
"Clea, ada apa menelponku? Apa kamu sudah selesai mengikuti kompetisi itu?"
"Sudah, Kak. Kakak dimana sekarang? Aku ingin bertemu Kakak?"
"Aku ada di rumah sakit. Tante Ana mengeluh sejak kemarin karena kecapekan. Karena itu aku menggantikannya sebentar. Dia sedang tidur."
"Kalau begitu aku akan ke rumah sakit menyusul Kakak," ucap Cleantha menutup panggilannya.
"Tuan Dion, tolong antarkan saya ke rumah sakit Citra Husada. Keluarga saya ada disana."
"Baik, Nona."
Situasi jalanan yang tidak terlalu macet, membuat mereka sampai di rumah sakit lebih cepat.
Dion dan kedua anak buahnya terus mengawal Cleantha hingga tiba di depan kamar rawat inap.
Karena pengawalan ketat itu, Cleantha merasa sebagai tahanan yang tertangkap basah dan akan dijebloskan ke balik jeruji besi.
"Nona, silakan masuk ke dalam. Kami akan menunggu disini. Ingat waktu kita terbatas," ucap Dion mengingatkan Cleantha.
"Iya, Tuan Dion. Saya mengerti."
Cleantha bergegas masuk ke kamar rawat ayahnya.
Ia melihat Tante Ana sedang tidur pulas di atas sofa. Sementara Keyla duduk di tepi tempat tidur sambil menyuapi ayahnya.
Keyla terkejut karena Cleantha tiba-tiba memeluknya dengan erat, lalu beralih memeluk ayahnya.
"Semoga Ayah cepat sembuh. Clea sayang Ayah," ucap Cleantha dengan mata berkaca-kaca.
Tuan Sigit balas memandang Cleantha dengan tatapan nanar. Cairan bening nampak memenuhi kedua bola matanya.
"Ada apa ini, Clea?" tanya Keyla merasa ada yang berbeda pada sikap adiknya.
Cleantha melepaskan pelukannya, lalu mengambil selembar cek dari dalam tas.
"Kak, aku datang kesini karena ingin menyerahkan cek ini kepada Kakak."
"Cek apa ini?"
Mata Keyla membulat sempurna ketika membaca nominal yang tertera pada cek itu.
"Seratus juta. Kamu berhasil memenangkan kompetisi, Clea?"
"Iya, Kak. Aku menitipkan cek ini pada Kakak. Tolong dicairkan ke bank lalu bayarkan kepada Tante Puspa. Sisanya bisa dipakai untuk membayar tambahan biaya rumah sakit. Tapi jangan lupa berikan sebagian pada Tante Ana, karena aku sudah janji padanya."
"Pantas saja dia mau menjaga Ayah. Ternyata dia mengharapkan uang darimu," gerutu Keyla.
"Tunggu dulu, Clea. Kenapa kamu tidak melakukannya sendiri, tapi malah menyuruhku?"
"Karena mulai besok aku tinggal di rumah keluarga Adhiyaksa. Aku harus menjalankan kewajiban sebagai pengasuh anaknya Tuan Raja selama satu tahun ke depan," jawab Cleantha berbohong.
"Hmmmm, jadi begitu. Tapi apa kamu tidak boleh keluar dari rumah mereka sebentar saja?"
"Tidak boleh, Kak. Di rumah Tuan Raja peraturannya sangat ketat."
"Oke, aku akan membantumu. Hutangmu pada rentenir itu akan kulunasi begitu ceknya cair," kata Keyla mengalah.
"Terima kasih, Kak. Sekarang aku harus pergi. Tolong sampaikan salamku pada Tante Ana."
Cleantha memeluk ayah dan kakaknya secara bergantian sebelum berpisah dari mereka.
"Aku pamit, Ayah, Kak Keyla."
Keyla ingin menahan kepergian adiknya, namun Cleantha sudah keburu menghilang dari hadapannya.
"Kenapa Clea tergesa-gesa sekali? Apa dia menyembunyikan sesuatu dariku?"
batin Keyla curiga.