Warning 21+
Dosa tanggung sendiri jika melanggar😚😚
Jonathan, seorang penguasa pemilik Asian Grup, berusaha mencari cinta pertamanya yang bernama Keynara Anastasia, untuk membalas dendam atas pembullyan yang terjadi saat masa sekolah..
Setelah beberapa tahun mencari, keduanya di pertemukan di sebuah acara pernikahan. Jonathan tidak ingin kehilangan lagi, sehingga jeratan pernikahan langsung di lilitkan kuat pada leher Nara..
Setelah pernikahan terjadi, Jonathan baru menyadari jika Nara tidak seperti dulu. Dia bukan lagi Nara yang jahat dan penuh ambisi dan berubah menjadi Nara yang polos bahkan cenderung bodoh..
Namun di balik sikap polosnya, Nara menyembunyikan sisi gelap yang mungkin akan bisa bangkit kapan saja. Sisi yang tidak di ketahui oleh siapapun tidak terkecuali Ayahnya sendiri...
Cerita ini mengandung unsur dewasa💦 Kekerasan 💢dan bahasa yang sedikit fulgar...
Harap bijak dalam membaca...
Ini karya pertamaku...
Silahkan klik ♥️, like dan share sebanyak-banyaknya..
~Tere Liye
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TereLiye21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 11
Haikal tiba di bandara sebab dia memutuskan untuk mengambil cuti panjang, dia sudah lama tidak pulang dan berniat mengunjungi beberapa teman-temannya di kota tempat kelahirannya. Supir sang Ayah menjemputnya di bandara, Haikal segera masuk dan mobil pun melaju dengan kecepatan sedang.
Haikal menikmati perjalanannya, tidak banyak yang berubah sehingga kenangan saat dirinya masih duduk di bangku SMA terpatri jelas.
"Apa langsung pulang Den?"
"Iya Pak, saya masih lelah."
"Hm baik."
Aku akan lama tinggal di sini, siapa tahu aku bisa bertemu dengannya lagi...
_____________________________________________________
Setelah kepulangannya dari rumah sang Pak Anto, sejak tadi Nara tidak bergeming atau berucap satu katapun. Dia merasa kesal karena semua foto Cha Eun Wo di bakar habis oleh Joy padahal mendapatkan foto tersebut begitu sulit. Joy juga tidak ingin kalah, perasaan cemburunya membuatnya terdiam seperti sekarang. Joy sangat egois hingga tidak ingin melihat Nara melirik lelaki lain atau sekedar memikirkannya.
Braaaakkkkk!!!
Nara menutup pintu mobil keras lalu turun, Joy m*ndesah lembut dan mengikuti langkah Nara dengan membawa belanjaannya tadi.
Setibanya di kamar, Nara ingin segera mandi karena merasa gerah. Dia mengambil baju ganti dan membawanya ke dalam kamar mandi dan menguncinya.
Joy meletakan belanjaannya di atas meja, dia duduk di sofa seraya memperhatikan kamar mandi yang tertutup.
"Semakin dia marah, aku semakin kesal! Bagaimana mungkin dia menyimpan foto lelaki banci sampai sebanyak itu!!!" Joy beranjak dan berjalan menuju kulkas. Dia mengambil satu minuman kaleng lalu meminumnya dengan satu kali nafas. Bola matanya tidak berpaling dari pintu kamar mandi, hingga setengah jam berlalu namun Nara tidak juga keluar dari sana. Hal itu membuat Joy gelisah, dia berjalan mendekati pintu kamar mandi dan menempelkan telinganya. Namun tiba-tiba pintu terdorong sehingga Joy memasang wajah malu karena ketahuan mengintip.
Joy ingin menjelaskan namun Nara tidak melihat ke arahnya sedikitpun dan melangkah pergi melewati Joy begitu saja lalu duduk di depan meja rias.
"Segitunya kau membela dia?" Nara tidak bergeming, dia mengeringkan rambut lalu menyisirnya. Itu membuat Joy frustasi sehingga dia berjalan menuju Nara dan berhenti tepat di belakang Nara." Katakan padaku, apa bagusnya dia?" Nara melirik malas dan kembali berdiri tapi Joy menghalangi langkahnya." Lihat aku Keynara. Apa bagusnya dia?" Tanya Joy mengulang.
"Sudah ku bilang, aku akan menyimpannya tapi kau bakar semua padahal itu susah payah ku kumpulkan!" Nara mengusap sebentar dahinya karena nyeri kepala mulai datang.
"Kau tidak membutuhkan itu, kau sudah memiliki aku. Kurang apa aku? Katakan! Wajahnya bahkan mirip seorang wanita."
"Dia tampan! Jadi dia bukan wanita. Kau jahat!!!" Nara mendorong pundak Joy sehingga dia bisa melanjutkan langkahnya.
"Aku semakin tidak terima jika kau terus membelanya seperti itu!!" Nara menoleh sebentar dengan tatapan tajam.
"Silahkan! Silahkan tidak terima!!" Nara keluar kamar dan menutup pintu keras.
Braaaakkkkk!!!
"Aku akan pergi ke Korea dan membunuh lelaki itu!!!" Umpat Joy mengikuti langkah Nara. Dia meraih pergelangan tangan Nara dan menghentikan langkahnya." Kau tidak sopan pada suamimu hanya karena ingin membela lelaki lain." Protes Joy yang tidak memahami jika lelaki itu hanyalah idola bagi Nara.
"Dia Cha Eun Wo, bukan lelaki lain." Joy mengobrak-abrik rambutnya sendiri.
"Kau tahu, kenapa aku bersikap ini?"
"Kau egois! Aku malas padamu! Biarkan aku pergi!!" Nara mencoba melepas tangannya namun tidak bisa.
"Kau malas padaku? Bagus sekali."
"Tidak bagus karena aku malas padamu." Joy semakin frustasi dengan jawaban Nara." Lepaskan, biarkan aku pergi." Imbuh Nara setengah berteriak sehingga membuat keributan di dalam rumah.
"Tidak akan ku biarkan pergi!!!" Bik Yanti datang dan melihat adegan yang terjadi sekarang.
"Bik tolong aku Bik." Teriak Nara.
"Ada apa Aden." Tanya Bik Yanti mengira jika terjadi sesuatu yang serius. Andra pun ikut menyaksikan kericuhan sebab kebetulan dia ada perlu dengan Joy.
"Dia jahat Bik!!" Menunjuk wajah Joy. Andra menahan tawa sementara Bik Yanti mendekati Nara.
"Jahat kenapa atuh Non, kenapa teriak-teriak seperti itu."
"Aku hanya ingin menyimpan foto Cha Eun Wo, tapi dia tidak boleh dan membakarnya. Padahal aku mendapatkan foto itu dengan susah payah Bik. Harus panas-panasan menunggu antrian tapi dia membakarnya Bik." Joy m*ndesah lembut mendengarkan celotehan Nara yang di rasa tidak penting.
"Siapa Eun Cha aduh namanya susah amat Non."
"Dia itu grub K-Pop di Korea Bik." Andra tersenyum sejenak dan berpaling, dia tidak ingin Joy melihat senyumnya itu.
"Jauh amat atuh Non."
"Jauh kan? Dan dia dengan tega membakarnya." Nara kembali menunjuk Joy.
"Di bicarakan baik-baik atuh Non, jangan teriak-teriak begitu."
"Fotonya sudah hilang! Mana bisa bicara baik-baik." Melihat situasinya sekarang membuat Joy menarik kesimpulan jika Nara tidak akan pernah bisa di kalahkan." Agh kepalaku sampai pusing! Ini semua gara-gara dia!! Jahat sekali!!!" Joy menarik nafas panjang, melihat Nara yang mulai terisak seraya memijat kepalanya sendiri.
"Masuk dulu, kita. bicarakan baik-baik."
"Tidak! Aku tidak mau! Fotonya sudah jadi abu, kau jahat!!"
"Kita beli lagi."
"Beli di mana?! Foto itu ku dapatkan dari event, bagaimana mungkin bisa di beli!!" Andra melangkah mendekat dan membisikkan sesuatu pada Joy.
"Aku tidak mau!!!" Tolak Joy pada ide Andra.
"Daripada Nona marah seperti itu Tuan." Nara masih mencoba melepaskan diri dan merengek pada Bik Yanti agar menolongnya. Sehingga mau tidak mau Joy mengucapkan ide dari Andra.
"Kita ke Korea setelah acara reuni." Ucap Joy lemah. Nara menoleh ke Joy dengan mata berbinar-binar.
"Kenapa harus setelah reuni Joy?"
"Agar kita lama di sana."
"Tapi... Buktinya mana?"
"Bukti apa?"
"Tiket! Belikan itu sekarang!!"
"Aku tidak akan berbohong."
"Belikan!!" Joy melihat ke arah Andra, Andra tersenyum seraya mengangguk.
"Oke, Andra pesankan tiket untuk bulan depan." Pinta Joy terpaksa meski sebenarnya dia tidak ingin Nara pergi ke negara lelaki itu.
"Baik Tuan."
"Lalu kapan tiketnya jadi?" Tanya Nara.
"Besok sudah jadi Nona."
"Wah Terimakasih." Nara menjijit sedikit dan mencium pipi Joy sejenak.
Bik Yanti menggelengkan kepala dan beranjak pergi untuk melanjutkan perkerjaannya.
"Ada apa Dra?" Tanya Joy masih memegang erat pergelangan tangan Nara.
"Besok Pak Daniel ingin Tuan menghadiri acara pernikahan putrinya." Andra memberikan sebuah undangan mewah pada Joy.
"Menyusahkan! Kenapa sahabat Ayah selalu saja memberikan undangan bodoh seperti ini. Aku bahkan tidak seberapa mengenalnya!!" Joy merasa risih dengan sahabat Ayahnya yang seolah ingin menarik simpatiknya. Jika Joy hadir di acara mereka, itu akan sangat baik untuk perusahaan kecil mereka." Aku tidak tahu bisa datang atau tidak." Imbuh Joy mengambil undangan dan pergi mengiring Nara masuk ke dalam kamar.
Joy mendudukan Nara di sofa dan membongkar belanjaan kosmetik tadi. Satu persatu Joy membacanya untuk memahami cara pakainya.
"Jika ingin memakai, kau baca dulu aturannya." Tutur Joy fokus melihat-lihat produk.
"Aku sering lupa, dan lagi, untuk apa memakai itu. Cantik dari hati lebih baik." Joy menoleh dan melihat wajah serius Nara.
"Kau benar-benar berubah. Siapa yang mengajarimu berkata itu."
"Tidak ada."
"Aku bahkan sudah melupakan ketulusan, bukankah keindahan fisik lebih baik?" Sejak penolakan dari Nara, sifat Joy berubah. Tidak ada ketulusan, asal punya uang dan tampan, semua pasti bisa di dapatkan dengan mudah." Dan terbukti, aku berubah dan semua orang mendekatiku." Nara tersenyum tipis seraya mencoba krim yang di pegangnya.
"Itu palsu... Semuanya bisa hilang tapi tidak untuk ketulusan. Aku mencarimu Joy, aku mencarimu sejak lama untuk meminta maaf." Potongan ingatan itulah yang melekat pada otak Nara. Hari di mana dia menolak Joy dengan buruk dan pembalasan itu datang begitu cepat dan membabat habis semua kewarasan Nara.
"Kapan itu?"
"Sudah lama, sejak kau menghilang. Aku sempat ke rumahmu tapi keluargamu sudah pindah."
"Kau serius?" Nara tersenyum dan mengangguk.
"Tanyakan pada Della jika tidak percaya. Aku sungguh menyesal melakukan itu. Aku sudah meminta maaf pada semuanya tapi kau tertinggal."
"Mendatangi mereka satu persatu?"
"Hm iya, aku tidak ingin mati dengan membawa dosa jadi aku harus meminta maaf meski mereka tidak bisa memaafkanku sepenuhnya dan syukurlah, hingga sampai saat ini, aku masih hidup dan bisa bertemu denganmu." Joy tidak mengalihkan pandangannya, dia sedang mencari-cari kebenaran yang Nara katakan." Jangan berubah Joy, tetaplah seperti dulu karena ketulusan masih di atas segalanya." Nara tersenyum dan mengusap sebentar pipi Joy.
"Apa yang membuatmu berubah Nara?"
"Kau akan tahu sendiri nanti." Nara melingkarkan tangannya dan bersandar pada dada bidang Joy.
"Aku ingin tahu sekarang."
"Aku tidak ingin mengingat itu, aku takut sakit dan membuat Ayah bersedih."
"Sakit apa?"
"Kita ganti topik Joy, aku benar-benar ingin menikmati ini sebentar saja."
"Apa maksudmu dengan sebentar saja?"
"Aku tidak akan meninggalkanmu sebelum kau meninggalkan aku." Jawab Nara membuat Joy binggung.
"Jangan membuatku binggung."
"Ahhh... Kepalaku rasanya sakit." Joy melemah mendengar itu, dia melirik Nara dari samping. Dia tengah memejamkan matanya seraya bersandar mesrah di pundaknya." Aku akan selalu bersamamu Joy kecuali kau menyuruh aku pergi." Gumam Nara tersenyum.
"Hentikan, jangan bicara jika memang sakit." Tangan Joy terangkat dan mulai memainkan lembut rambut Nara.
Aku benar-benar lemah dan harus mencari tahu sendiri. Melihatnya kesakitan membuatku ikut merasakan sakit.. Apalagi dia berjanji tidak akan meninggalkan aku? Kau memang harus selalu berada di dekatku Keynara..
__________________________________________________
Di sebuah Cafe, Haikal mengadakan pertemuan dengan beberapa teman lamanya. Awal obrolan begitu hangat sebab ketujuh lelaki itu membahas tentang kesibukannya masing-masing, hingga seseorang menyebut nama Keynara dan membuat obrolan mereka berubah panas.
"Di mana kau bertemu dengannya." Tanya Haikal.
"Kemarin temanku tidak sengaja berhenti di sebuah resto dan aku melihat dia menjadi pelayan di sana." Haikal tersenyum kecut mendengar kenyataan itu.
"Lalu kau menyapanya?"
"Malas sekali, dia buruk sungguh buruk hingga aku tidak mengenalnya. Wajahnya kusam, kurus kering mirip pengemis jalanan." Ketujuh lelaki itu terkekeh termasuk Haikal.
"Kenapa bisa begitu?" Haikal tidak tahu menahu soal keterpurukan yang Haikal ciptakan pada hidup Nara dulu. Niatnya hanya memberi pelajaran dan efek jerah. Dia tidak tahu jika akibat perbuatannya sudah merenggut semuanya dari Nara bahkan saat itu Nara hampir merenggang nyawa.
"Aku tidak mengerti Kal, yang aku tahu, dia berubah murung setelah kau lakukan itu."
"Padahal aku hanya bermain-main dan tidak benar-benar menyebarkan video itu. Dan dia sudah seperti itu sendiri."
"Mungkin karma hahaha, kau ingat betapa angkuhnya gadis itu kan. Wajahnya kelihatan lugu tapi selalu main belakang jika ingin membalas. Dia tidak ingin terlibat dan mencari para cowok yang mau di jadikan kambing hitam."
Sudah berapa lama aku melupakan nama itu? Padahal aku tulus menyukainya...
"Kau mau mengantarkan aku setelah ini."
"Kemana?"
"Ke tempat dia berkerja."
"Kau mau apa Kal?"
"Menyapanya, itu hanya masa lalu bukan?"
"Dia buruk sekali sekarang."
"Jika hatinya baik, tidak masalah."
Setelah pertemuan itu, Haikal benar-benar berkunjung ke tempat di mana Nara berkerja. Dia berpura-pura memesan namun tidak menemukan Nara. Akhirnya, Haikal memutuskan untuk bertanya pada salah satu karyawan di sana.
"Maaf Kakak, saya tidak tahu soalnya saya juga baru di sini."
"Ada apa?" Sahut pemilik resto tersebut.
"Maaf Ibu, apa benar Nara berkerja di sini?"
"Keynara?"
"Iya Keynara."
"Anak bodoh itu sudah keluar dari sini, katanya menikah. Tapi aku tidak tahu lelaki bodoh mana yang mau menikahinya." Ucap pemilik depot kasar, dia merasa kesal dengan perkerjaan Nara yang tidak pernah benar.
"Kau mungkin salah orang." Haikal mengenal Nara seorang gadis yang cerdas bahkan kepintarannya melebihi rata-rata tapi mendengar kenyataan yang di ungkap pemilik resto membuat Haikal berfikir jika itu bukanlah Keynara Anastasia.
"Tidak Kal, meskipun fisiknya berubah aku masih sangat mengenali dia."
"Nara tidak bodoh, kau tahu kan?"
"Hm kau benar tapi aku benar-benar melihat Nara waktu itu. Sudahlah, untuk apa di cari. Kau dengar sendiri kan jika dia sudah menikah." Haikal terdiam dan menguyah pelan hidangan di hadapannya.
Semoga itu bukan benar-benar Nara....
_____________________________________________________
Sore hari, Nara terjaga dan masih pada posisi yang sama. Bahkan saat ini Joy tengah membaca buku dengan tidak menggeser tubuhnya sedikitpun. Nara mendongak ke atas dan menatap Joy yang saat ini juga tengah menatapnya.
@Gambar sebagai pemanis..
Dengan manja Nara mengalungkan tangan kanannya dan mencium bibir Joy sejenak.
"Aku ketiduran."
"Hm, aku mulai terbiasa dengan itu. Ini sudah sore, mandilah dulu, aku akan melanjutkan membaca satu halaman lagi."
"Pasti dingin." Nara tidak beranjak dan masih pada posisi yang sama.
"Tinggal memutar keran air panas."
"Setelah itu akan dingin lagi. Kita mandi bersama Joy." Ajak Nara mengelitik perasaan Joy. Cinta Nara adalah ukuran yang pas untuknya. Sikap manja, cara bercinta semuanya menjadi favorit baru untuk Joy. Dia bahkan sudah meninggalkan dunia malamnya semenjak menikah, sebab Nara sudah memberikan semua kebutuhan s*ksnya dengan baik.
"Tunggu aku membaca satu halaman."
"Hm oke." Nara akan beranjak namun tangan Joy mencegahnya.
"Tetap di situ."
"Bukannya berat, aku takut kau kram."
"Ini ringan dan sangat ringan, sebentar oke." Nara tersenyum, mendengar nada bicara Joy yang lembut. Kepalanya kembali bersandar sehingga terdengar jelas detak jantung Joy yang tidak beraturan.
"Aku mendengarnya Joy.."
"Mendengar apa?" Nara mengganti posisinya sehingga kini keduanya saling berhadapan dengan posisi tubuh Nara bertumpu pada tubuh Joy.
"Kau mencintaiku..."
~Tere Liye
itu joy naranya dijaga benar benar jangan disia sia in kasian dia🥰🥰
korban selanjutnya....