Menikah merupakan suatu hal yang berbahagia bagi siapapun, tapi tidak berlaku bagi Azura Kalingga. Karena pernah batal menikah membuat Azura berpikir jika pernikahan itu suatu malapetaka.
Sekali gagal, membuat Azura berprinsip tidak akan menikah seumur hidupnya. Sampai akhirnya dia terjebak bersama pria di masa kecilnya.
"Menikahlah denganku!! maka hanya kebahagiaan yang akan kau rasakan."
"Maaf aku tidak berminat!!" ucap Azura cuek.
Apakah Tristan Marvino mampu mengubah pandangan Azura tentang pernikahan?
Yuk ikuti kisah selengkapnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arthi Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari pertama kerja
Sang surya nampak malu-malu keluar dari persembunyiannya. Bias cahaya kuning keemasan mulai terlihat jelas dari ufuk timur langit ibu kota. Siulan burung-burung terdengar merdu bak simphoni indah penggiring lagu.
Dari sebuah rumah mewah terlihat seorang wanita muda tengah bersiap di hadapan meja riasnya. Dia terlihat menguncir rambut panjangnya dengan di cepol keatas. Sedikit polesan bedak dia sapukan di area wajahnya yang sudah terlihat cantik tanpa make up sekalipun. Setelah di rasa semuanya siap Azura mengambil sebuah kacamata berlensa tebal untuk menutupi wajah cantiknya. Jadi kini Azura nampak seperti gadis yang kutu buku dengan kacamata tebalnya.
Menuruni anak tangga rumahnya Azura berjalan menuju ruang makan. Disana sudah ada papah Jupiter, mamah Theolla dan juga Alvero. Papah Jupiter yang tengah menyeruput kopi langsung tersedak begitu melihat Azura datang. Begitu juga dengan mamah Theolla yang terkejut dengan penampilan Azura. Sementara Alvero langsung tertawa keras mengejek saudara kembarnya.
"Sayang apa yang kamu lakukan dengan penampilanmu?" tanya mamah Theolla begitu Azura menarik satu kursi untuk duduk disana.
"Hanya sedikit di modifikasi mah untuk menghindari tatapan nakal para pria." jawab Azura santai. Karena saat bekerja di perusahaan yang dulu para pria banyak yang menggoda Azura dan itu membuatnya risih.
"Tapi sayang tidak seharusnya kamu berpenampilan seperti ini untuk bekerja di kantor papah, jika ada yang berbuat jahat papah sendiri yang akan turun tangan." kali ini papah Jupiter angkat suara.
"Heh! lo sekarang jadi mirip tante-tante yang usianya empat puluh tahunan." kekeh Alvero dia tidak berhenti menertawakan Azura.
"Emang gue sengaja biar gak ada yang naksir."
"Ciih..gak sekalian aja tuh pipi lo di kasih tompel biar jeleknya paripurna."
"Boleh juga ide lo!"
"Azura jangan aneh-aneh! Mamah gak mau anak mamah yang cantik jadi berubah seperti ini." mamah Theolla nampak keberatan dengan tingkah Azura.
"Iya papah juga gak setuju sayang."
"Jika mamah dan papah gak setuju dengan penampilanku ini, lebih baik aku melamar pekerjaan di tempat lain saja."
"Jangan sayang!" seru mamah Theolla dan papah Jupiter bebarengan.
"Sudahlah mah pah biarkan Azura berpenampilan seperti ini, toh ini hanya di kantor saja. Sesuai keinginannya dia tidak ingin orang-orang sampai mengetahui identitasnya kan? mungkin dengan dia berubah jadi cewek aneh orang-orang gak akan berpikir bahwa dia salah satu pewaris Widjaya grup." ucap Alvero mencoba membela Azura.
Azura langsung menatap Alvero dengan mengucapkan "makasih" tanpa mengeluarkan suara hanya dengan isyarat bibir saja. Dia tidak menyangka Alvero mendukung keputusannya dan membelanya di depan mamah Theolla dan papah Jupiter.
"Baiklah papah ikutin kemauan kamu sayang!"
"Makasih pah!" Azura nampak semangat menyantap sarapannya setelah papah Jupiter memberinya ijin.
"Jadi di posisi apa kamu akan bekerja sayang?" tanya mamah Theolla.
"Sesuai kemampuanku aja mah. Yang penting aku ingin merintis dari bawah dulu."
"Papah akan tempatkan kamu jadi wakil direktur kamu gak mau, jadi sekretaris papah juga gak mau. Terus maunya kamu itu jadi apa?"
"Jadi tukang aja pah sekalian!" celetuk Alvero membuat Azura menatap tajam.
"Hei mana ada seorang tukang perempuan! lo yang bener aja Al!" sembur Azura.
"Loh kan lo sendiri yang bilang mau jabatan dari bawah dulu. Ya itu jadi tukang."
"Kalau tukang kerjanya di lapangan kalau gue ya di kantornya Al!!"
"Sudah-sudah kok malah pada ribut. Papah serahin sama kamu aja sayang terserah kamu mau di posisi apa." ucap papah Jupiter.
"Dulu aja mamah pernah jadi arsitek di perusahaan papah, kenapa kamu gak coba di bagian desain produk aja sayang." usul mamah Theolla.
Azura nampak syok mendengar ucapan mamah Theolla "mana bisa mah! aku kuliah jurusan ekonomi gak ada bakat buat menggambar."
"Ya kali aja bakat mamah turun sama kamu sayang."
"Sudahlah mah, bakat mamah sama papah itu turunnya ke aku semua. Dari kecil yang jago menggambar itu aku! Azura malah beda sendiri." ucap Alvero jemawa.
Azura hanya mencibir mendengar ucapan Alvero. Yang di katakan Alvero memang benar semua, dari kecil dia tidak ada bakat menggambar padahal mamahnya seorang arsitek terkenal dan papahnya pengusaha kontraktor sukses. Semua bakat seolah menurun pada Alvero semua. Sementara dirinya bisa lulus dengan nilai biasa-biasa saja sudah sangat ajaib.
"Ya sudah papah tempatin kamu sebagai manager keuangan yah?"
"Jangan manager juga kali pah."
"Lalu?"
"Aku jadi staff keuangan aja sama seperti di tempatku bekerja dulu."
Papah Jupiter dan mamah Theolla hanya bisa menyetujui keinginan Azura.
🍂🍂🍂
Turun dari ojek online yang membawanya dari rumah Azura menatap takjub perusahaan kontraktor terbesar di ibu kota itu bahkan salah satu terbesar di Asia tenggara. Selama hidupnya hanya beberapa kali Azura mampir ke perusahaan papahnya itu pun dulu saat Azura masih sekolah, bahkan setelah lulus kuliah ini kali pertama Azura menginjakan kakinya disini.
Seluruh pegawai papahnya sudah di pastikan tidak ada yang akan mengenali dirinya, melangkah dengan percaya diri Azura pun memasuki area kantor. Setelah mendapat petunjuk dimana ruangannya bekerja Azura melangkahkan kakinya menuju lift khusus karyawan. Setelah sampai di lantai tempat dia bekerja Azura terlebih dulu bertemu dengan manager dari bagian keuangan.
"Jadi kamu Azura Kalingga pegawai yang di rekomendasikan oleh pak Teguh?" tanya bu Anggi. Pak Teguh ini seorang direktur keuangan yang di suruh papah Jupiter untuk merekomendasikan Azura.
"Betul bu."
"Baiklah saya manager kamu disini nama saya Anggi, selamat datang di perusahaan!"
Wanita yang kira-kira berusia empat puluh tahun itu lalu mengantarkan Azura untuk sampai di ruangannya. Disana terlihat ada tujuh karyawan, di antaranya tiga laki-laki dan empat perempuan yang duduk saling berhadapan di masing-masing mejanya dengan sekat sebagai penghalang.
"Ini ruangan kamu dan itu mejanya!" tunjuk bu Anggi pada salah satu meja kosong di sudut ruangan.
"Baik bu terima kasih."
"Sisil kau ajari Azura ya dia anak baru disini." ujar bu Anggi pada salah satu bawahannya. Wanita yang bernama Sisil itu pun langsung berdiri dan tersenyum kearah Azura. Tapi pandangan karyawan yang lain terlihat berbeda saat Azura melangkah menuju meja kerjanya.
bersambung..
🍂🍂🍂
...Jangan lupa tinggalkan jejak dengan like. vote, koment dan masukin ke daftar favorit. Dukungan kalian sangat berharga bagi author makasih🙏😍...
semangattt
mampir juga di karyaku ya kak😊
Dapat salam dari "Dear Sarah"