Alika Khumairoh gadis berjilbab nan tangguh yang berubah menjadi gadis diam seribu bahasa karena kecelakaan yang menimpa adiknya. Kesedihan yang mendalam ia rasakan ketika adik satu-satunya terbaring koma karena kecelakaan tersebut.
Dan ketika dia harus bertemu dengan Farel Adiputra Wijaya, manusia menyebalkan menurut Alika.
Farel sendiri adalah putra dari pemilik perusahaan Wijaya Group.
Kehidupan mereka yang berubah drastis karena sifat di antara keduanya yang bertolak belakang.
Sampai akhirnya mereka memulai untuk melakukan kerjasama di perusahaan ayah Farel agar mengetahui siapa dalang di balik runtuhnya perusahaan Wijaya Group.
Akankah mereka dapat memahami satu sama lain?
Dan bisakah keduanya mengungkap siapa yang berkhianat pada perusahaan Wijaya Group?
IG : miena_checil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamera tersembunyi
Alika di sambut beberapa karyawan satu divisinya yang menunggunya di depan lift saat dia baru turun dari lantai teratas kantor Wijaya Group menuju lantai tujuh dimana dia melakukan pekerjaan.
Seorang karyawan wanita terlihat langsung menarik tangan Alika ketika pintu lift baru terbuka. Banyak pertanyaan yang mereka ingin ajukan pada Alika saat tau bahwa Pak Andi dibawa oleh beberapa polisi tadi.
Setelah Alika di dudukkan di tempat kerjanya para karyawan satu divisinya berdiri memutarinya. Dari delapan teman divisinya dua di antaranya adalah Desi dan Nadia. Bu Ratna pun tak ingin ketinggalan berita yang memang lagi hangat-hangatnya untuk di bicarakan.
"Alika sebenarnya apa yang terjadi?"
"Kenapa Pak Andi di bawa polisi?"
"Emang di atas ada kejadian apa?"
"Kamu gak jadi di pecat kan?"
Rentetan pertanyaan muncul dari mulut teman-temannya, melihat mereka semua Alika hanya bisa menghela nafas.
"Emangnya apa yang ingin kalian ketahui?" Alika mencoba untuk bersikap tenang saat teman-temannya menghadiahi dia dengan berbagai pertanyaan.
"Semuanya, dari A sampai Z jangan sampai ada yang terlewat. Saya jadi penasaran kenapa Pak Andi sampai di tahan oleh polisi padahal saya mengira bahwa ini adalah hari terakhir kamu kerja. Secara kamu selalu di marahi habis-habisan oleh Pak Doni atas hilangnya file yang kamu kerjakan," kini Bu Ratna bicara panjang lebar.
Alika tersenyum menanggapi pertanyaan dari Bu Ratna dan teman-temannya.
"Abizar menyelamatkan ku," kata Alika seraya mengusap foto yang ada di atas meja, foto yang menampakkan dirinya dan Abizar.
Semua teman-temannya bingung dengan apa yang di ucapkan Alika, saling menatap satu sama lain. Bukankah adik Alika sedang koma di rumah sakit? Kenapa Alika berkata bahwa Abizar menyelamatkannya. Mungkin kira-kira seperti itu isi pikiran mereka masing-masing.
Alika dapat menangkap raut wajah bingung para teman satu divisinya lalu dia tergelak. "Ini yang ku maksud." Alika mengambil foto itu dan mengambil sebuah kamera kecil yang dia tempatkan di bingkai foto tersebut.
Para temannya seakan tak percaya atas apa yang Alika lakukan.
"Semua berawal dari demo perusahaan yang terjadi beberapa minggu lalu." Alika mulai bercerita.
Flashback on
Setelah makan siang di kantin perusahaan Alika pamit akan pergi ke toilet sebelum kembali berkutat dengan pekerjaannya. Namun alangkah terkejutnya dia saat melihat Pak Andi yang sedang berdiri di dekat dinding dan sepertinya sedang mengamati sesuatu.
Benar, saat ini dia sedang mengamati demo perusahaan. Dia melakukan via telepon berbicara dengan seseorang tentang rekapan palsu keuangan perusahaan.
Degup jantung Alika yang makin keras menambah rasa takutnya akan sesuatu pada perusahaan jika Pak Andi di biarkan begitu saja.
Dengan langkah yang mengendap-endap Alika memberanikan diri merekam semua pembicaraan Pak Andi dengan menggunakan telepon selulernya.
Setelah menyaksikan demo perusahaan pikiran Alika tidak karuan, jika perusahaan ini di biarkan atas ulah Pak Andi maka perusahaan ini benar-benar akan hancur.
Alika dengan tekad bulatnya ingin memberi tau atasannya atas apa yang di lakukan oleh Pak Andi. Tapi sebelum itu Alika harus tau siapa saja orang yang benar-benar setia pada Direktur utama. Salah satunya orang yang selalu berdiri di belakang sang Direktur yakni Pak Doni sekretaris yang merangkap sebagai asisten pribadi Pak Herlambang itu harus benar-benar Alika pastikan jika dia memang layak berada di belakang sang pemilik perusahaan Wijaya Group.
Sampai akhirnya pertanyaan yang tidak seorang pun berani mengatakannya, saat ini dilakukan oleh Alika. "Seberapa setia anda pada Direktur, Pak Doni?"
Tidak tau sudah raut wajah Doni yang sudah menahan geram atas pertanyaan yang di lontarkan Alika. Namun tidak dengan sang Direktur beliau bahkan tertawa mendengar pertanyaan dari Alika.
"Beraninya kau mempertanyakan kesetiaanku pada Direktur?" Doni yang sudah diliputi emosi sudah tidak bisa menahan amarahnya ketika Alika dengan beraninya melontarkan pertanyaan itu.
Terlihat Herlambang masih tertawa dengan lepasnya. "Sudah berapa lama kau bekerja disini?"
"Enam tahun pak," jawab Alika singkat.
Herlambang kembali tertawa. "Kau masih enam tahun berkerja disini tapi kau sudah berani mempertanyakan kesetiaan Doni padaku."
"Saya hanya ingin memastikan kesetiaan orang-orang yang berada di sekeliling anda pak." Alika berkata tanpa ada rasa takut sedikitpun. "Karena saya sudah tau siapa orang yang melakukan penggelapan dana perusahaan dan memakai nama anda sebagai kambing hitam."
Herlambang dan Doni terkejut dengan apa yang di sampaikan oleh Alika, setelahnya Alika memperlihatkan rekaman yang di ambilnya tadi kepada sang Direktur. Pak Herlambang tidak bisa berkata apa-apa, orang kepercayaannya yang memegang penuh keuangan perusahaan tega melakukan ini padanya.
Alika meminta waktu dua minggu untuk menyelesaikan masalah ini. Karena dia harus mempunyai bukti untuk menjebak Pak Andi.
Tak ada yang tau saat Alika menaruh kamera kecil di bingkai fotonya yang berada di atas meja kerjanya, sampai suatu saat ketika dia lembur Alika melihat jam tangannya lalu menghela nafas kasar. "Sepertinya aku terlalu bersemangat bekerja sampai-sampai aku lupa waktu.” Lalu dia melihat foto yang berada di meja kerjanya, foto yang menampakkan dirinya dan adik satu-satunya. "Bahkan hampir saja aku melupakanmu," sekilas Alika tersenyum melihat foto tersebut namun tiba-tiba senyum Alika redup. Alika melihat pantulan dari kaca bingkai fotonya, di belakang dirinya Pak Andi sedang berdiri mengawasinya.
Jantung Alika sudah berirama tidak beraturan, untuk mengusir kegelisahannya Alika bersikap untuk tenang. "Ini sudah jam delapan malam, aku harus pulang menemui Abizar," buru-buru Alika mematikan layar komputernya lalu beranjak pergi dari meja kerjanya. Pak Andi yang berada di belakang Alika tidak tau kalau Alika sudah menyalin semua data nya ke flashdisk.
Di malam-malam berikutnya terjadi hal yang sama ketika Alika lembur Pak Andi selalu mengawasinya. Beruntung dia sudah memasang kamera kecil di bingkai fotonya sehingga itu menjadi bukti yang kuat untuk melaporkannya ke Direktur utama.
Alika sudah sepakat dengan Pak Doni untuk bersandiwara, memarahinya di depan semua karyawan adalah hal yang paling masuk akal untuk memancing Pak Andi keluar dari sarangnya.
Flashback off
"Ahhh aku suka gayamu, kamu sudah seperti detektif kelas atas bisa mengungkap kejahatan yang di lakukan Pak Andi pada perusahaan," kata salah satu karyawan.
"Apaan sih kalian, detektif apanya? Kalian gak tau aja saat aku lembur dan tiba-tiba Pak Andi berada di belakangku rasanya jantungku dag dig dug gak karuan," ucap Alika yang memang takut saat itu.
"Tapi lu hebat loh Al, bisa melakukan semua ini," Desi ikut menyanjung sahabatnya itu.
Ketika para karyawan satu divisi dengan Alika berbincang-bincang perkara Pak Andi suara yang mengejutkan bagi para karyawan terdengar.
"Apa kalian di gaji untuk bergosip?" suara Doni mengangetkan semua divisi personalia.
Seketika itu pula para karyawan termasuk Alika berdiri menunduk di hadapan Doni. Doni memang bukan pemilik perusahaan namun sikap tegasnya membuat para karyawan takut padanya.
"Alika, Direktur ingin menemuimu," kata Doni selanjutnya.
"Baik pak." Alika menjawab seraya berjalan mengikuti langkah Doni.
Apa lagi sekarang, kenapa Direktur ingin menemuiku. Apa aku akan di hukum gara-gara membicarakan Pak Andi barusan?.
Pikiran Alika bertarung dengan sendirinya, mengira-ngira kenapa sampai Direktur memanggilnya padahal masalah sudah selesai.
Bersambung
secara ga langsung, ia mengungkapkan cinta buat Alika🤭
.