"Patuhilah semua peraturan, hanya enam bulan, setelah itu kau bebas melakukan apapun."
"Nona, terimalah. Setidaknya Anda bisa sedikit berguna untuk keluarga, Anda."
Ariel dipaksa menikah dengan Tuan Muda yang selama bertahun-tahun menghabiskan waktunya di kursi roda. Enam bulan, inilah pernikahan yang sudah terencana.
Hingga waktunya tiba, Ariel benar-benar pergi dari kehidupan Tuan Muda Alfred.
Di masa depan, Ariel kembali dengan karakter yang berbeda.
"Kau, masih istriku, kan!"
"Tuan, maaf. Sepertinya Anda salah mengenali orang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Malam Pertama Di Tamam Belakang
Peraturan….
Ariel tidak tahu ini, karena di surat perjanjian pun tidak ada.
“Jika lampu dimatikan, penerang apa yang bisa aku gunakan?” Karena fobia kegelapan, Ariel memberanikan diri untuk bertanya, meskipun dia cukup takut. Tidak mungkin dia tidur gelap-gelapan!
“Tidak ada!” Sahut Alfred dengan entengnya.
Tidak ada….
“Apa aku harus tidur gelap-gelapan?”
Alfred menimpalinya dengan menyeringai, “Ya, jika takut! Tidurlah di taman belakang, karena hanya di tempat itu yang ada cahaya.”
Taman belakang?
Tega sekali dia meminta istrinya tidur di taman…bukankah ini terlalu kejam? Ditambah ini malam pertama mereka sebagai pasangan suami istri.
Tidak ada yang bisa membantu, baik Arthur dan Bibi Imel, hanya diam tidak berkutik. Ini peraturan yang sudah berlaku sejak bertahun-tahun yang lalu.
“Beri penjelasan padanya, dan apa konsekuensinya jika melanggar,” kata Alfred, ini ditunjukkan pada Bibi Imel.
“Ya, tuan. Saya mengerti.”
Alfred kembali menggerakkan kursi rodanya, melanjutkan niat awal yang harus tertunda gara-gara penghuni baru. Diikuti Arthur dibelakangnya.
“Apa peraturan ini, benar?” Ariel yang tidak percaya jika ada peraturan gila macam ini, memastikan pada Bibi Imel.
“Benar Nona, maafkan saya yang tidak memberitahu sejak awal.”
Ariel mengacak-acak rambutnya, ini apes! Tidak masalah diberi kamar yang sempit dan pengap asal ada penerangan.
Apa aku masih bisa bernafas besok pagi, jika memaksa tidur disini.
“Nona, dihari pertama mungkin akan terasa berat. Seiring berjalannya waktu, Anda akan terbiasa.”
Akan terbiasa! Sebelum aku terbiasa mungkin aku sudah mati lebih dulu….
“Jadi, Bibi Imel pun tidur gelap-gelapan?”
“Betul Nona, bukan hanya saya. Tapi semua yang ada di sini tidur dalam ruangan gelap. Termasuk tuan muda sendiri.”
Aneh, jika dia tidak menyukai tempat terang seharusnya tidak melibatkan orang lain, kan!
“Nona!”
“Ya, aku akan mematikan lampunya. Bibi istirahatlah.”
Bibi Imel terlihat ragu, “Anda yakin tidak apa-apa?”
Ariel mengangguk…mau bagaimana lagi, menolak tentu tidak bisa, kan.
“Kalau begitu, selamat malam dan selamat beristirahat, Nona.”
“Terima kasih.”
Bibi Imel pergi, Ariel kembali masuk kedalam kamar. Dia menyalakan ponselnya, “Menggunakan penerang dari ponsel juga dilarang, kan!” Gumamnya, “Baiklah! Tidak apa.”
Ariel mematikan lampu, seketika kamarnya gelap gulita. Apa gadis ini bertahan di tempat gelap, melawan fobianya?
Tentu saja tidak. Ariel paling takut gelap. Dia merasa seperti tercekik jika lama-lama ditempat gelap.
Menggunakan senter dari ponselnya, Ariel mengambil selimut dan bantal. Dia keluar kamar.
“Daripada aku mati di usia muda karena tempat gelap dan itu sangat tidak keren. Lebih baik aku tidur di taman belakang,” ucap gadis ini. Yakin melangkah menyusuri lorong yang gelap menuju taman belakang.
Bukan cuma kamar yang gelap, tapi seluruh ruangan yang ada di kastil benar-benar tidak bercahaya. Gelap! Orang macam apa yang menguasai kastil ini.
“Gila!” Ariel menggelengkan kepalanya berulang-ulang. Saat ini dia sudah ada di taman belakang, “Benar-benar hanya tempat ini yang ada lampunya.”
Wanita bermata bulat ini mengedarkan pandangannya, untungnya taman belakang dikelilingi tembok yang tinggi, tapi tidak menutup kemungkinan akan ada binatang buas yang bisa melompati tembok jika mengendus bau manusia.
“Mati diterkam hewan ganas lebih keren daripada mati kehabisan nafas, di tempat gelap,” kata Ariel bicara pada dirinya sendiri, namun hatinya sangat kesal dengan situasi seperti ini.
Dengan mulut yang komat-kamit membaca puluhan doa yang dia bisa. Ariel meletakkan bantal di kursi panjang, Alfred masih berbaik hati dengan menyediakan kursi taman cukup lebar.
“Ya Tuhan, lindungi aku di malam pertama ini.”
Badan yang ringan itu sudah direbahkan, Ariel menutupi badan kecilnya dengan selimut berwarna abu-abu.
Dua bola mata yang memiliki bulu lentik, menatap langit malam tanpa bintang, udara pun sangat dingin karena Kastil terletak di pegunungan.
Ariel kembali berdialog dengan dirinya sendiri.
“Sepertinya…akan turun hujan…tapi bukankah bagus jika hujan, kawanan binatang buas jadi tidak mencari mangsa malam ini.” “Huh! Sungguh Ariel, tidak apa kamu seperti ini, yang penting mereka baik-baik saja. Setelah semua ini berakhir, aku pastikan kalian tidak akan menderita lagi.”
Cukup lama mengobrol dengan dirinya sendiri, lama-lama wanita ini mengantuk juga dan dalam hitungan detik dia tertidur lelap.
Menjelang pagi. Tanpa semua sadari, ada pergerakan dari hutan belakang Kastil. Suara kaki yang menapak dengan begitu cepat, seperti berlari. Situasi sangat sunyi, suara sekecil apapun akan terdengar jelas.
Ariel terbangun mendengar suara-suara disana. Matanya tertuju pada sumber suara yang semakin jelas. Suara itu mendekatinya.
Ariel menatap tembok yang sudah berlumut dengan perasaan was-was. Degup jantungnya tidak karuan. Takut sudah pasti, Ariel mengira itu langkah kaki binatang buas yang mengendus keberadaannya.
TAK!
Itu suara ranting patah yang terinjak.
Ariel membuka selimutnya turun dari kursi, dia ingin masuk menyelamatkan diri, sebelum hewan diluar sana melompat dan menerkamnya.
Tapi langkahnya terhenti, saat dia kembali melihat ke arah tembok. Tampak sepasang tangan manusia, tengah meraba-raba bagian atas. Ya…benar! itu sepasang tangan manusia yang sedang berusaha memanjat tembok. Jadi…bukan binatang buas!
Jelas ini membuat Ariel semakin takut bercampur heran. Pertanyaannya? tangan siapa itu?
Di subuh seperti ini!
Tukang kebun? Tapi untuk apa memanjat tembok, dia bisa masuk lewat pintu, kan!
Pemburu?
Atau…perampok?
Ariel yang reflek, mengira itu penjahat spontan berteriak! “Siapa di sana!”
BUG!
Suara terjatuh terdengar nyaring, orang yang mencoba memanjat tembok Kastil terjatuh. Mungkin terkejut dengan teriakan Ariel.
Ariel yang diliputi rasa penasaran menghilangkan rasa takutnya. Dia, berlari menghampiri tembok penghalang. Saat gadis ini berlari, suara serupa pun terdengar. Orang dibalik tembok ikut berlari dengan cepat.
“Nona! Apa yang Anda lakukan disini?” Suara pengurus kebun, mengejutkan Ariel.
Pengurus kebun keluar dari pintu belakang Kastil, itu artinya orang dibalik tembok bukan pengurus kebun.
“Ada orang yang mencoba masuk,” kata Ariel dengan panik.
Orang….
Pengurus kebun langsung mendekati Ariel.
“Nona, ini masih gelap. Apa yang Anda lakukan, masuklah!” Ucap pengurus kebun yang malah tidak menggubris ucapan Ariel, meminta Nonanya masuk.
“Itu tidak penting, Pak, ada orang yang berusaha memanjat tembok. Aku juga mendengar suara berlari, itu pasti orang yang ingin berbuat jahat.”
Disaat yang bersamaan, Bibi Imel datang. Sama seperti pengurus kebun, satu pertanyaan dilontarkan, “Nona, apa yang Anda lakukan, di sini?”