Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.
Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.
"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26 - Cerita Astrid
Rangga menatap Astrid. Dia kaget sekaligus cemas. "Kenapa begitu?" tanyanya.
"Kedua orang tuaku bercerai. Awalnya aku tinggal sama ayahku, tapi saat dia menikah lagi, dia mentelantarkanku. Jadi di sinilah aku sekarang. Anak yang tak di inginkan. Tapi setidaknya pamanku juragan beras," jawab Astrid yang bercerita sambil tersenyum.
Rangga ikut tersenyum. "Bisa-bisanya kau tersenyum saat menceritakan kisah sedih," komentarnya.
"Aku hanya mencoba berdamai dengan diriku sendiri dan menjalani hidup. Makanya aku akan pastikan kau juga tidak akan pergi," tutur Astrid. Ia menggenggam tangan Rangga dan mendekat. Perlahan dia cium bibir lelaki itu. Mereka berciuman dengan intens.
Bersamaan dengan itu, terdengar suara mobil yang datang. Astrid dan Rangga sontak berhenti berciuman.
"Pamanku datang!" seru Astrid.
"Terus aku gimana?!" tanya Rangga panik.
"Keluar lewat pintu belakang! Cepat!" suruh Astrid.
Rangga pun berlari keluar kamar dengan di ikuti Astrid. Untungnya dia berhasil keluar tanpa harus ketahuan. Kini Rangga berlari meninggalkan rumah Astrid. Namun larinya terhenti saat mengingat kejadian terakhir saat dia mengintip Dita. Jujur saja, Rangga merasa malu sekali kalau harus menghadapi kakak iparnya. Alhasil Rangga pergi ke gubuk milik Pak Warsito.
Rangga merebahkan tubuhnya di lantai gubuk. Dia bisa saja pergi ke rumah Junaidi atau Ifan. Tapi di jam segini, keluarga kedua temannya itu pasti ada di rumah. Rangga memejamkan mata dan tertidur.
"Rangga... Rangga!" suara perempuan tak asing terdengar sambil mengguncang tubuh Ranggam
Sontak Rangga membuka mata. Betapa kagetnya dia saat melihat Dita di hadapannya.
"Kak Dita!" seru Rangga dengan mata terbelalak. Dia merubah posisi menjadi duduk.
Dita duduk ke sebelah Rangga. "Aku tidak akan marah, Ga. Tapi aku ingin kau mengaku, apa yang jatuhin ember tadi itu kamu?" tanyanya.
"A-aku tadi nggak sengaja, Kak. Aku tadi itu mau nyuci baju. Terus..." Rangga tak sanggup melanjutkan.
"Kau dengar aku mendesah?" tebak Dita.
"I-iya. Tapi aku nggak ngintip kok! Beneran!" kilah Rangga. Ia berusaha menyembunyikan kelakukan nakalnya.
"Nggak apa-apa, Ga. Kau mau ngintip atau nggak, yang malu di sini harusnya aku..." ungkap Dita sambil mendengus kasar. Lalu perlahan dia menatap Rangga.
"Kak Dita kenapa melakukan itu? Apa Bang Firza nggak bisa puasin kamu saat di ranjang?" tanya Rangga.
Dita mengangguk. "Aku nggak tahu. Itu terjadi setelah kami menikah. Aku dan abangmu sudah pacaran cukup lama, sampai akhirnya kami menikah. Tapi aku tak menyangka jadinya begini," ujarnya.
"Begini bagaimana? Bukankah kalian bahagia? Aku lihatnya begitu kok."
"Kan kelihatan dari luarnya saja begitu. Kenyataannya tidak."
Hening menyelimuti dalam sesaat. Rangga tak tahu harus berkata apa. Sampai akhirnya Dita berdiri dan mengajak pulang.
"Kau harus habiskan makananmu. Masih banyak sisanya tuh di meja," ucap Dita.
Rangga mengangguk. Dia dan Dita berjalan beriringan menuju rumah.
"Rangga!" Seseorang tiba-tiba memanggil dari belakang. Rangga lantas menoleh, hal serupa juga dilakukan Dita.
"Astrid..." panggil Rangga saat melihat kalau Astrid yang memanggilnya. Gadis itu berjalan mendekati Rangga.
"Wah, ini temanmu, Ga?" tanya Dita.
"Iya. Dia--"
"Bukan! Aku pacarnya Rangga, Tante!" potong Astrid cepat.
"Tante?..." Dita tersenyum kikuk. Dia sepertinya merasa tersinggung dipanggil tante, karena memang dia merasa tidak setua itu. "Apa wajahku terlihat tua sekarang?" lanjutnya sambil memegangi wajah.
"Panggil kakak. Dia kakak iparku..." bisik Rangga.
"Maaf, Kak. Aku kira tadi tantenya Rangga," ucap Astrid.
"Nggak apa-apa." Dita tersenyum ramah seperti biasa.
"Kalian mau pulang ke rumah ya? Aku boleh ikut?" kata Astrid sambil menatap Rangga dan Dita secara bergantian.
"Tentu saja boleh. Kapan lagi aku bisa melihat Rangga bawa pacar ke rumah. Ayo, Dek!" ajak Dita. Dia berjalan lebih dulu di depan.
Astrid dan Rangga tak langsung mengikuti. Astrid berbisik ke telinga Rangga. "Ayo kita balas dendam..."
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari