Kuburan Di Tengah Rumah

Sudah pasti malam ini Lisa tidak mungkin bisa tidur karena rasa takut nya soal Elia yang bisa di bilang menjadi dua, rasa nya tadi ada sangat jelas kalau dia memang memandikan anak nya dan juga memakaikan baju lalu menyuruh Elia agar duduk di atas ranjang lalu Lisa sendiri akan mandi juga.

Niat nya untuk membaca yasin seketika goyah karena dia takut malah akan tambah di ganggu sehingga nanti ia tidak bisa tenang di sini, tapi Harun menasehati nya agar tetap pada niat awal dan nanti Harun juga akan menemani diri nya membaca yasin di depan kuburan Eyang yang ada di tengah rumah.

Harun tidak menyangkal ucapan istri nya walau masih ada juga rasa tidak percaya, nanti kalau semakin di sangkal maka akan semakin naik darah yang ada. jadi lebih baik di iyakan saja agar bisa membaik perasaan Lisa, kalau di sangkal nanti akan menjadi debat yang tidak ada sudah nya.

"Nanti Mas temani, kamu tidak boleh kalah ya sama mereka." Harun membujuk nya lagi.

Lisa menarik nafas karena dia memang sangat ragu sekarang untuk mengambil sikap, tapi kalau takut terus mau bagai mana lagi karena cuma rumah ini yang bisa di pakai untuk tempat tinggal. lagi lagi dia harus merasakan apa yang di namakan simalakama, jelas tidak ada pilihan lain.

"Aku sungguh tidak berani kalau di sini ada hantu nya, Mas." Lisa menggeleng cepat.

"Maka nya kita lawan, kita tidak boleh menyerah." bujuk Harun.

"Haisss kenapa nasib ku buruk sekali begini, sama sekali tidak ada bahagia nya." keluh Lisa sangat pusing.

"Maafkan aku karena sudah membawa mu dalam jurang derita yang sangat besar." Harun juga merasa amat bersalah.

Lisa mengusap wajah nya kasar dan segera mengambil mukena nya agar bisa segera membaca yasin, harus di lawan rasa takut nya agar tidak semakin menjadi. Elia sendiri memilih untuk diam di kamar, karena di sana bisa. Merasa aman saat bermain ponsel.

"Jangan kemana mana ya, sayang." pesan Lisa sebelum turun.

"Iya, Mama sama Papa jangan lama lama." jawab Elia memegang ponsel nya.

"Enggak terlalu lama kok, nanti kalau sudah selesai maka Mama langsung naik." janji Lisa tersenyum manis.

Elia mengangguk paham dan segera Lisa turun kebawah sebelum hari terlalu malam, di sini sama sekali tidak terdengar suara azan dan dia hanya berpatokan dari ponsel nya saja. memang seperti tinggal di hutan belantara, padahal kata Harun di ujung sana ada desa yang sangat ramai dan banyak juga penghuni nya, besok Lisa dan Harun berencana untuk pergi kepasar.

"Duduk sebelah sini saja, kamu yang di sana." Lisa mencari tempat duduk yang menurut nya aman.

Harus cuma menurut dan segera duduk dengan awal mula al fatihah, di kirim kan untuk nama SITI SUNDARI yaitu Eyang nya Harun. Lisa diam dulu dan baru setelah selesai membaca al fatihah maka baru lah mereka berdua sama sama membaca yasin, awal mula memang sangat lancar seolah tidak ada apa apa.

Dreekkk.

Dreeekkkk.

"Mas kok kuburan nya berderak!" Lisa mulai panik melihat kuburan.

Tapi Harun sama sekali tidak mendengarkan ucapan istri nya, dia masih menunduk khusuk membaca yasin seolah sama sekali tidak mendengar atau pun melihat Lisa yang panik melihat kuburan berderak.

"Kamu lihat dong, Mas!" teriak Lisa langsung berdiri.

Bukan cuma kuburan saja yang berderak seolah mau pecah, kini seluruh rumah juga berderak seolah kena gempa yang sangat kencang sehingga tidak bisa membuat Lisa tenang karena sangking takut nya. bisa di bilang tadi Lisa tidak fokus saat membaca yasin sehingga mudah di takuti dengan iblis, padahal suami nya biasa saja.

"Lisa, kamu kenapa?!" Harun mendekati Lisa yang pucat.

"Kuburan nya bergerak dan rumah nya juga mau roboh, Mas." jawab Lisa menatap kesana kemari.

"Ngomong apa sih kamu? ini lah kalau niat baca yasin tapi pikiran malah kemana mana!" Harun memarahi istri nya.

"Kenapa malah kamu yang marah sama aku?!" Lisa tidak terima.

"Yang mau baca yasin kan tadi kamu, tapi kamu malah bengong diam saja." jelas Harun.

"Aku?"

Lisa yang di tuduh begitu oleh suami nya jadi melongo bingung karena dia merasa sedang baca yasin tadi dan tiba tiba saja kuburan berderak seolah mau patah, oleh sebab itu dia bangkit ketakutan melihat kesana kemari dan jadi lah sekarang dia bertambah bingung jadi nya.

"Sebaik nya kamu sholat, ayo kita naik keatas sekarang." ajak Harun agar Lisa bisa tenang dari rasa takut.

"Mas, tapi apa mungkin aku memang cuma halusinasi saja?" Lisa mengucek mata agar bisa melihat terang.

"Enggak kok, wajar lah kamu begitu karena ini juga suasana baru jadi kamu belum bisa menyesuaikan keadaan." Harun berkata lembut dan selalu baik.

Kebaikan dan kelembutan suami nya lah yang selalu membuat Lisa bertahan, padahal kalau di pikir maka tidak akan sanggup hidup dengan keluarga suami yang begitu meraja lela. hanya saja suami nya selalu lembut dan jarang marah apa bila bukan hal yang sangat keterlaluan, jadi Lisa merasa betah dan di sayang oleh suami nya ini dan dia menahan semua badai nya.

...****************...

"Ma, kenapa Nenek Uti memakan daging segar itu?" Arif bertanya pada Alika.

"Daging apa, Nak?" Alika bertanya lemas karena dia sedang sedih.

"Iru di atas pohon mangga Nenek Uti Sri sedang memakan daging, tapi seperti nya kaki Elvan yang di makan." jelas Arif dengan polos nya karena dia baru berusia empat tahun.

"Bicara apa kamu Arif?!" Alika sangat kaget mendengar nya.

Arif menunjuk keatas pohon mangga karena di sana dia memang melihat semua nya dengan cermat, orang yang selama ini dia kenal sebagai Nenek Iti juga kini sedang duduk memakan daging adik nya yang baru tadi pagi meninggal dunia.

Alika mulai bertambah takut akibat dia tau bahwa anak anak bisa melihat setan, sudah pasti ini ulah nya Bu Sri yang marah karena saat itu Alika menyebut nya wanita mandul yang tidak bisa punya anak.

"Tolong jangan ganggu anak ku, hentikan lah semua ini. aku minta maaf padamu!" lirih Alika memeluk Arif erat.

"Siapa, Ma?" Arif tidak tau siapa yang Alika maksudkan.

Alika tidak bisa menjawab nya karena takut nanti Arif malah bilang pula dengan Romo, yang ada Alika akan kena marah lagi oleh Romo. jadi lebih baik diam saja dulu, lagi pula Karnomo sudah bilang bahaa akan mencari dukun yang paten agar bisa menjauhkan arwah nya Sri.