Ashella Zyla Aurora, gadis yang sangat suka membaca komik. Ia sangat suka membaca novel online atau komik, tapi yang paling Ashel suka adalah membaca komik karena ia bisa melihat langsung karakter tokoh yang sangat tampan dengan gambar yang di buat oleh sang penulis.
Namun sesuatu terjadi, ini sangat diluar akal sehat. Bagaimana bisa saat ia sedang membaca komik, ia malah masuk ke dalam komik tersebut. Dan yang paling parah ia memasuki tokoh antagonis yang sering membully, bahkan saat ia memasuki komik tersebut ia sedang membully seorang cowok culun yang memakai kacamata.
"Udahlah Sha, kasian tuh cowok culun udah babak belur."
"Lo ngomong sama gue? "
"Iya Aleesha."
"Aleesha? gue? " tunjuk Ashella pada dirinya sendiri.
"Ya lo lah, yang namanya Aleesha iris Zephyrine kan cuman lo."
Nama yang sangat familiar, Ashel sangat tahu siapa pemilik nama tersebut. Itu adalah nama antagonis perempuan di komik Charm Obsession.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 - Membuat marah?
"Lo gak bisa jadiin Aleesha target," suara dingin terdengar dari pemuda bersurai pirang.
"Jangan ikut campur," ucap Grey meremehkan.
"Gue gak akan biarin itu," tekan Ethan.
"Oh gitu jadi lo mau ikut campur," stok kesabaran Grey sangat tipis. Dengan kasar ia mencengkram kerah seragam Ethan.
Aleesha mendengus kesal melihat tingkah Grey."Urusan lo sama gue gak perlu libatin dia."
"Dia sendiri yang ingin terlibat."
"Gue gak perlu bantuan lo," ujar Aleesha menatap Ethan. Ethan merasa kesal entah mengapa itu terasa mencoreng harga dirinya. Padahal baru kali ini ia mau terlibat melakukan hal tidak berguna seperti ini.
"Dengarkan? " sinis Grey tersenyum mengejek. Tanpa berkata apapun Ethan pergi begitu saja.
Sebenarnya Aleesha merasa tidak enak. Tapi kalau tidak begini sikap asli Ethan mungkin akan muncul. Sekarang tinggal satu masalah lagi, Aleesha menatap tajam Grey, pemuda yang di tatap malah tersenyum miring.
"Jangan liatin gue terus nanti lo minta balikan."
"Gak akan," sinis Aleesha.
"Kita liat aja nanti," ujar Grey menyeringai. Di mata Aleesha itu terlihat menyebalkan.
"Dengar baik-baik, gue gak akan ngulangin ucapan gue. Gue gak akan mau jadi target lo," ucap Aleesha tegas.
"Aleesha, mungkin lo salah paham. Ucapan gue pernyataan bukan pertanyaan. Mau lo mau atau gak mau lo tetap jadi target gue," ucapnya penuh otoriter.
"Oh ya? Kita liat aja nanti," ucap Aleesha tersenyum miring. Grey tidak menyangka Aleesha sangat berani kepadanya. Membuat jantungnya berdebar kencang.
Sial kalau gini terus gue mungkin akan jatuh cinta lagi
Kedatangan seorang murid yang terlihat gugup membuat pembicaraan mereka terhenti."K-Kak Grey di-di pa-panggil ke ruang BK."
"Ruang BK? " tanya Grey memastikan. Selama ini meski ia sering berbuat jahat dan keterlaluan, ia tidak pernah di panggil ke ruang BK. Karena semua guru-guru takut kepadanya.
"I-Iya."
"Di panggil ruang BK tuh," ejek Aleesha. Grey merasa ini ada hubungannya dengan gadis ini. Tanpa banyak kata Grey pergi meninggalkan kelas.
"Kenapa Grey di panggil ke ruang BK?" Sheryn yang sedari tadi diam berbicara.
"Gue laporin dia ke guru BK," ucap Aleesha santai.
"Gila lo, kalau gini urusan lo sama Grey akan semakin panjang," Sheryn khawatir.
"Iya gue juga tahu, tapi setidaknya kalau dia di skors. Dia gak akan gangguin gue untuk beberapa hari," ucap Aleesha. Ia memang sudah memprediksi ini. Tapi kalau menggunakan fisik ia akan kalah telak dari Grey. Jadi hanya ini yang terlintas di otaknya.
"Nekat banget lo, gak habis pikir gue," saat ini rasanya beban pikirannya semakin banyak.
"Tenang aja Sher, gue gak akan kenapa-kenapa. Lo juga gue pastiin gak akan terlibat sama masalah ini."
"Bukan gitu Sha. Gue khawatir sama lo."
Aleesha memegang bahu Sheryn."Tenang Sheryn gue gak akan kenapa-kenapa, percaya sama gue."
"Eh ngomong-ngomong gue baru sadar guru yang ngajar kemana? " Aleesha menatap ke meja guru.
"Ketika lo debat sama Grey, guru itu pamit keluar."
"Kok guru itu gak negur kita ya yang udah ganggu jam pelajaran? " ucap Aleesha bingung.
"Guru itu gak akan berani negur kita. Itu juga berlaku ke semua guru yang ada di sini," Sheryn mengucapkan itu dengan santai. Seakan-akan itu bukan hal yang aneh.
Lagi-lagi gue lupa. Disini kan sekolah dengan sistem kasta sudah pasti mereka tidak akan berkutik dihadapan orang yang berkuasa.
"Oh gitu, ngomong-ngomong kok Theo gak ada ya," Aleesha mengedarkan pandangannya dan tidak melihat keberadaannya.
"Cowok culun? " tanya Sheryn.
"Sheryn mulai sekarang dia teman kita jadi lo jangan manggil dia cowok culun. Panggil dia Theo," ujar Aleesha.
"Temenan? gak salah dengarkan gue?" tanya Sheryn memastikan ucapan Aleesha barusan.
"Iya mulai sekarang dia teman sekaligus tutor gue."
"Lo jadiin dia tutor? "
"Iya soalnya dia kan pintar jadi dia bisa ngajarin gue."
"Perubahan lo ini masih sulit di terima, Sha."
"Sayang, ayo ke kantin," terdengar suara lembut mengalihkan pandangan dua gadis yang sedang berbicara. Mereka menatap pemuda yang berwajah imut itu.
"Iya, ayo Sha ke kantin," ajak Sheryn.
"Malas gue, pasti nanti disana gue jadi nyamuk," dengus Aleesha. Sheryn dan Lucas yang mendengar itu terkekeh.
"Daripada lo disini sendirian mending ikut kita," ujar Lucas.
"Siapa tahu cowok itu siapa sih namanya oh iya Theo, siapa tahu Theo ada di kantin," ucap Sheryn. Mendapat tatapan bertanya dari Lucas.
"Theo? Siapa dia? "
Sheryn mendekati Lucas lalu berbisik."Cowok yang waktu itu kamu anterin dia ke kamar."
"Oh yang itu," bisik Lucas.
"Kalian ngapain sih bisik-bisik tapi suaranya keras," kesal Aleesha. Pasalnya Aleesha bisa mendengar dengan jelas ucapan mereka.
"Seru aja, ayo ke kantin Sha," ucap Sheryn menarik tangan Aleesha.
Karena Sheryn memaksanya Aleesha pun mengikuti mereka menuju kantin. Sesampainya di kantin terlihat ramai. Mungkin karena ini jam istirahat makanya kantin ramai karena semua murid ada disini untuk mengisi perut mereka yang keroncongan.
"Kamu sama Aleesha duduk disini biar aku aja yang ambil makanannya," ujar Lucas menatap sang kekasih.
"Iya sayang," ucap Sheryn tersenyum.
Aleesha menatap kedua sejoli ini kesal, bisa-bisanya mereka melakukan hal seperti ini di depan jomblo. Setelah itu Lucas pergi menuju tempat mengambil makanan. Aleesha mengedarkan pandangannya tapi tetap saja, ia tidak melihat Theo.
"Lo nyari siapa? " Sheryn melihat sedaritadi Aleesha terus melihat sekeliling.
"Theo."
"Sha, kantin ramai jadi mungkin posisi dia duduk gak kelihatan."
"Sher, gimana kalau dia di bully? " Aleesha menatap Sheryn.
"Gak mungkin lagian disini yang ngebully dia cuman lo sama Grey," ujar Sheryn.
"Gimana kalau dia dibully Grey? " tanya Aleesha.
"Grey kan ada di ruang BK, jadi lo tenang aja," Sheryn menenangkan Aleesha.
"Gak bisa gue harus cari dia," Aleesha berniat bangkit dari duduknya namun segera di tahan oleh Sheryn.
"Tenang Aleesha dia mungkin baik-baik aja, lo boleh cari dia tapi makan dulu."
"Tapi Sher-"
"Dengerin gue, Sha."
"Ada apa ini kok suasananya gini," Lucas datang Dnegan membawa nampan berisi makanan.
"Gakpapa, ayo kita makan," Aleesha pun menuruti ucapan Sheryn. Meski dalam hatinya gelisah.
Entah kenapa perasaan gue gak enak
Mereka makan dengan sesekali mengobrol, lebih tepatnya Sheryn dan Lucas yang mengobrol Aleesha hanya diam. Aleesha makan dengan mendengarkan pembicaraan Lucas dan Sheryn. Seorang pemuda tiba-tiba saja datang menghampiri meja mereka dengan raut wajah yang marah.
Pemuda itu menatap Aleesha dengan wajah yang marah."Lo kan yang udah ngelaporin gue? "