Kata orang, hal yang paling berkesan dan takkan pernah bisa dilupakan adalah malam pertama. Tapi untuk seorang gadis bernama Jaekawa Ayu, malam pertama yang seharusnya bisa ia kenang seumur hidup justru menjadi hal yang paling ingin ia hapus dari ingatan.
Bagaimana tidak, ia melakukannya dengan lelaki yang belum pernah ia kenal sebelumnya.
Lama melupakan kejadian itu, takdir justru mempertemukan Jae dengan lelaki itu di satu tempat bernama Widya Mukti. Apakah Jae akan menagih janji itu atau justru berpura-pura tak mengenalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27# Jokes receh Arlan
Jae sudah benar, meminta mereka untuk tidak berkendara hari ini, terlebih mulai sekarang jika dekat sebisa mungkin mereka harus berinteraksi dengan warga entah itu melakukan perjalanan dengan berjalan kaki atau sekedar membantu hal receh yang tak mengganggu proker kelompok.
Apalagi Rani membawa mobil, terkesan mereka yang sombong tidak mau berbaur menikmati suasana hangat dan keramahan warga. Jadi....
"Kendaraan tinggal aja, kita jalan kaki."
"Seriusan Jae?"
Bianca tak mengeluh secara blak-blakan nan frontal seperti biasanya, namun ia tetap saja menggerutu dengan wajah yang telah manyun prengat prengut. Seandainya tak habis kena masalah dengan Rani kemarin, dan mereka tak menemukan dirinya yang berjalan dari gerbang depan Widya Mukti kemarin, mungkin ia sudah menangis kejer. Disuruh jalan, mana kemarin baru jalan jauh pula betis rasanya mau pecah.
"Cieee pada jalan?!" bukan Arlan, melainkan Jovi yang menggoda para gadis KKN 30 ini. Ia sudah bersiap dengan stelan casualnya, bersama beberapa orang yang baru keluar dari Co-op 21, seperti Senja dan Maru, Jingga dan Shaka. Sementara sisanya ada di beranda untuk sekedar rehat dan menikmati suasana termasuk Arlan.
Alby? Lelaki pecicilan dan sat set itu sudah ada di greenhouse sejak tadi pagi.
"Eh iya nih bang." Angguk Rani, air mukanya juga terlihat sedikit keberatan tapi, ya---okelah! Ia tak bisa menolak jika kordes sudah berbicara. Terlebih Mahadri, abangnya sama sekali tak bersua apapun hanya melihatnya dengan seringai usil.
"Biar lebih berbaur sama masyarakat...." angguk Andara. lembut.
Maru mengangguk membenarkan, "harus." Dimana ia sudah ada di atas motor hendak mengantarkan Senja ke greenhouse untuk menyusul Alby yang tengah panen.
"Semangat ya girls!" tatapnya jatuh pada Bianca dimana gadis itu hanya tersenyum getir, tidak seperti biasanya yang akan bledag bledug macam petasan korek. Efek masalah kemarin begitu berpengaruh. Ia paham, ia pernah merasakan ada di posisi itu.
Di tangan Bianca kipas kecil sudah setia berputar demi mendinginkan wajahnya, padahal udara belum cukup panas, toh masih pukul setengah sembilan pagi. Yaa...matahari sehat lah!
"Biar sehat, ya Jae ya? Saking sehatnya....ntar balik KKN betis gue persis singkong karet." cibir Salsa pada kordes mereka yang berjalan bersisian dengan Rani dan Andara di bagian depan dan sejak tadi jadi pusat perhatian Arlan dan anggota Co-op 21. Memang Jae ini, semacam magnet sepertinya sejak Arlan mengatakan jika ia telah kehilangan keperjakaannya oleh Jae. Lalu tadi pagi, ia dihebohkan dengan membeli tespek, dan kembali dengan wajah senyam-senyum anjayyy.
Bianca tertawa dengan ocehan Salsa. Sementara Jae, yang disindir Salsa justru anteng saja diam, beberapa kali gesturnya hanya membenarkan pad topi sambil terus berjalan.
"Hey, cewek yang pake topi, aku padamu!!" panggil Arlan, "jangan cantik-cantik, nanti cowok disini pada godain!"
Senja yang bersiap naik ke atas motor justru kembali dan menggebuk-gebuk Arlan, "si alan banget, gue jadi pingin pipis!"
Zaltan dan Nalula sudah tertawa tergelak, begitupun Vio dan Shaka, sementara Mei menutup mulutnya dengan tangan.
Dan anggota KKN 30, mereka yang justru salah tingkah sendiri, mau ketawa takut kena damprat Jae, mau di cie-cie in juga ngga enak sama senior. Duhhh! Paling kesiksa jika greget begini tapi harus ditahan, ujungnya suka pengen kentut.
Rani menggeleng senyum tertahan, namun Andara....ia mendorong bahu Jae, "Jae...bales Jae...ih. Gemes gue jadi mau Abang Arlan, atau ee Siddiq?!"
Cukup sudah, Bianca sudah meledakan tawanya, "Si Jae...dighibahin anteng bae! Digodain mukanya malah sebel begitu, senyum Jae...senyum, kasih senyuman manis atau ketawa gitu...Lo manyun terus bau karbit tau..."
Dan bwahahahahah, baik Rani atau Mahadri dan senior mereka sudah tertawa. Jae menatap sinis sambil menggeleng, tengil sekalii mereka termasuk Arlan yang memulai.
Vio masih sedang menggendong Yara disana, sembari tertawa akan candaan Arlan dan Bianca juga Andara.
Jae menghampiri Yara di gendongan Vio, lalu melepas topinya dan gerakan smooth selanjutnya adalah menyugar rambut panjangnya yang berujung membawa mereka ( helaian rambut) itu sedikit ke samping, "hay Yara, kenalan dong sama aku...aku Jae..." senyumnya dibuat semanis mungkin, "begini kan?" tanya nya pada Bianca.
Mereka tertawa, Arlan langsung terjatuh dari kursi selayaknya orang tepar dan kejang-kejang, sama sekali tak ada jaga imagenya di depan Jae, "Yara yang diajak kenalan gue yang klepek-klepeknya."
"Bawa ke RSJ dong, tolong!" pinta Lula.
"Sini gue karungin terus buang di bantaran kali." Zaltan menimpali sang istri.
"Arlan gue tabok ya!" Senja tertawa tergelak geli sekali dengan tingkah si bedebah satu ini, Vio bahkan sudah menendang nendang kaki Arlan sambil tertawa.
"Ngga waras an jing." Umpat Jovi.
"Ancur deh, image abang tampan nan berkharisma yang udah dibangun dengan da rah dan pengorbanan di depan dedek."
"Sorry ya Jae...begini nih kalo lagi kumat." Ucap Lula.
"Hay Jae, dia Yara....aku belahan jiwa." Jawab Arlan. Kembali membuat mereka tertawa ingat dengan lelucon Arlan dan Alby di awal perkenalan mereka sebagai anggota KKN 21.
"Gue kira belahan pan tat?" tanya Zaltan.
Bukan Senja bukan Vio, melainkan Maru yang telah melempar mereka dengan sendal, "ini bini gue ngga jadi-jadi naik ke motor.."
"Hahaha, aduh bentar deh, perut aku pegel sayang."
Mei, ia bahkan sudah memegang perut besarnya dan duduk sejenak karena pegal tertawa, "dasar ngga waras."
Jae menerima senyuman dari Yara dan kembali memasang masker serta topinya, untuk kemudian berdadah ria pada Yara lalu bergabung kembali pada kelompoknya.
"Dah! Hati-hati ya kaka Jae cantik ! Awas jatuh loh, kalo jatuh bangun lagi ya, kalo ada polisi tidur, bangunin..." teriaknya pada Jae masih membuat Salsa, Andara, Bianca, Rani dan Sesil tertawa renyah sementara Jae, menggeleng tersenyum saja.
"Jae, Lo sama bang Arlan ada hubungan ya?" tanya Salsa akhirnya pecah juga, rasa penasaran yang di tahan-tahan sejak pagi tak bisa lagi dibendung, pertanyaan itu mewakili pertanyaan yang lainnya, sementara Rani...
"Yang kemaren itu bang Arlan nembak Lo, ya Jae?" tanya Rani membuat ketiga gadis lain kecuali Sesil praktis terkejut, "hah? Asli? Kapann?!"
Jae menatap bingung teman-temannya itu, sebab...ia tak tau apa statusnya dan Arlan itu. Calon ayah dan ibukah? Pacar, teman...atau hanya teman ranjang semalam?
"Duh, gue bingung jawabnya...ya gitu deh." Jawab Jae membingungkan.
"Lah, kok gitu..."
"Ngga tau lah..." Jae menggidik dan melanjutkan langkahnya, justru terkesan lebih cepat lagi sekarang.
"Aneh deh Jae...jadi, bang Arlan suka sama Lo apa gimana?" tanya Andara, Sesil angkat bicara melihat Jae yang kebingungan dicecar begitu, "udah deh girls. Ngga penting sih, yang penting....do'ain aja kalo memang bener bang Arlan ada rasa sama Jae, semoga dia tulus, baik, dan langgeng .."
"Aamiin jangan, Jae?" tanya Bianca mendapat jiwiran kecil di hidungnya dari Salsa, "amin lah."
"Eh iya, besok acaranya teh Anjeli kan? Kita datang nih?" tanya Sesil.
"Gue ngga bawa baju kondangan." Ringis Jae namun Bianca tersenyum, "ada gunanya juga gue bawa baju berkoper-koper, ntar sore balik proker merapat girls....kita pilih baju!"
.
.
.
.
lah ini apa🤣🤣🤣
coba pas sama jae... mendadak jadi gentleman yg soft spoken berkharisma 😅
gak melok gawe, kok arep susah... Yo wegah🤣🤣🤣🤣🤣🤣