"Mulai sekarang, kamu adalah istri saya Feby Ayodhya Larasati. Apapun yang ada di dalam diri kamu, hanyalah milik saya!" Kalimat yang keluar dari mulut pria tampan di hadapannya ini membuat seluruh bulu kuduknya berdiri. Jantungnya berdebar kencang saat pria itu semakin menatapnya dengan tatapan intens.
.....
Feby Ayodhya Larasati gadis cantik dan periang yang duduk di bangku SMA.
Tak hanya parasnya yang cantik, dia juga memiliki prestasi yang sangat bagus di sekolah. Impian dalam hidupnya hanya satu, yaitu mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri.
Kehidupannya selama ini selalu berjalan lancar namun, tidak saat ia bertemu dengan pria bernama Arka William Megantara.
Pertemuan yang berawal dari mimpi, kini berubah menjadi nyata. Pertemuan yang berawal dari kesalahpahaman, kini berubah menjadi hubungan pernikahan.
.....
Arka William Megantara, seorang CEO muda yang memiliki paras tampan, tubuh tegap, tinggi, dan atletis. Dia adalah satu-satunya pewaris tunggal di perusahaan Mega
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Briany Feby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Rencana busuk Clarisa
Matahari bersinar menyinari seluruh penjuru bumi. Angin berhembus menerbangkan dedaunan kering dan kicauan burung menyambut aktivitas semua manusia di pagi hari.
Sinar matahari masuk lewat celah jendela kamar Feby. Hal itu membuat Feby yang masih tertidur pulas langsung menggeliat pelan karena merasa terusik oleh sinar matahari.
Feby membuka kedua matanya perlahan. Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.
Feby berusaha mengambil hp miliknya untuk melihat sekarang sudah pukul berapa. Kedua mata Feby langsung membulat sempurna saat melihat angka jam yang tertera di layar hpnya.
Pukul 07:10 pagi.
"Astaghfirullah! Hari ini kan berangkat aku sekolah!"
Ucap Feby dengan wajah panik.
Gadis itu berusaha untuk bangun dari tempat tidurnya namun kepalanya terasa begitu sakit. Rasanya seperti sesuatu berdenyut-denyut di dalam kepalanya.
"K-kepalaku kenapa sakit sekali?"
Feby memegangi kepalanya seraya terus mengingat-ingat apa yang terjadi semalam hingga membuat kepalanya terasa sangat sakit.
Namun semakin ia berusaha mengingatnya, kepalanya semakin berdenyut sakit.
"Aww.. aduhhhhh! Kenapa kepalaku sakit sekali? Aku sudah terlambat berangkat sekolah!"
Feby menangis seraya memukul kepalanya berkali-kali agar rasa sakitnya hilang. Akan tetapi bukannya menghilang, justru terasa semakin sakit.
Ceklek...
Tiba-tiba saja pintu kamar Feby terbuka. Seorang pria tampan masuk ke dalam kamar Feby karena mendengar suara tangisan gadis itu. Arka berjalan menghampiri Feby yang saat ini tengah terduduk dengan memegangi kepalanya.
"Ada apa? Apa yang terjadi?"
Tanya Arka pada Feby.
"Entah kenapa kepalaku rasanya sangat sakitttt sekali..." Jawab Feby seraya kembali memukul kepalanya dengan tangan.
Melihat itu Arka langsung menghentikan Feby agar gadis itu tidak memukul kepalanya sendiri. Arka memegang erat tangan Feby.
"Apa yang kamu lakukan?!"
"Kepalaku sakit Mas dan aku juga sudah terlambat berangkat ke sekolah. Aduh bagiamana ini? Kenapa Mas Arka nggak bangunin aku sih?!"
Rengek Feby seraya menangis layaknya seorang anak kecil.
Arka menghembuskan napasnya melihat kelakuan Feby. Rengekan gadis itu membuat telinganya terasa sakit. Tak mau mendengar Feby merengek lagi, ia pun segera mengambil tindakan. Arka tanpa aba-aba langsung menggendong tubuh mungil Feby.
"A-apa yang Mas lakukan?! Turunkan aku!" Teriak Feby seraya berusaha memberontak.
Namun sayangnya kekuatan gadis itu tidak sebanding dengan kekuatan Arka. Arka menggendong tubuh mungil Feby dengan gaya bridal style menuju garasi mobil.
Sejujurnya jantung Feby saat ini berdebar kencang dengan apa yang Arka lakukan padanya. Di dalam pelukan Arka, ia bisa leluasa mencium aroma maskulin dari tubuh pria itu. Aroma itu benar-benar terasa menenangkan.
Tanpa mengatakan apapun, Arka membawa Feby masuk ke dalam mobil lalu menjalankan mobilnya. Feby terus bertanya-tanya kemana Arka akan membawanya pergi. Akankah Arka mengusirnya keluar dari rumah? Atau Arka akan membawanya kembali ke rumah orang tuanya?
Mobil yang mereka tumpangi membelah jalanan pagi menuju suatu tempat. Tak lama kemudian, mereka berdua pun sampai.
Feby langsung membuka kaca jendela mobil. "Rumah sakit? Kenapa kita ke rumah sakit?" Tanya Feby pada Arka.
Namun tidak ada jawaban sama sekali yang keluar dari mulut Arka. Hal itu membuat Feby merasa semakin kesal dengan sikap Arka.
"Kalo ada orang nanya tuh dijawab! Jangan diem aja! Mas pikir aku ini radio rusak apa?!" Sungut Feby.
Namun masih tidak ada respon apapun pada Arka. Begitu Feby menoleh ke samping, ternyata Arka sudah tidak ada. Pantas saja pria itu tidak menjawab pertanyaannya.
Jadi sejak tadi ia bicara dengan sendiri?
Lalu kemana Arka? Kenapa ia ditinggal sendirian begitu saja?
Ceklek...
Feby terkejut bukan main saat pintu mobilnya terbuka tiba-tiba. Dan ternyata Arka lah yang membuka pintu mobil dari luar. Pria itu berdiri seraya mengulurkan tangannya pada Feby agar gadis itu keluar.
"Kenapa Mas bawa aku ke rumah sakit? Memangnya siapa yang sakit?" Tanya Feby.
"Keluar dulu, nanti saja jelaskan" Titah Arka.
Gadis itu langsung menggelengkan kepalanya mendengar itu.
"Nggak! Aku nggak mau keluar sebelum Mas Arka jawab pertanyaanku!" Elak Feby.
"Kalau begitu, kamu mau keluar sendiri, atau saya gendong?" Ancam Arka sontak Feby pun terpaksa langsung keluar dari mobil dengan wajah ditekuk.
Ia berjalan melewati Arka begitu saja seraya menghentak-hentakan kakinya dengan keras untuk menyalurkan emosinya. Arka hanya mampu geleng-geleng kepala melihat tingkah Feby yang begitu kekanak-kanakan.
Arka sengaja membiarkan Feby berjalan jauh di depan sana.
Ia hanya memperhatikan gadis itu dari kejauhan. Namun tak lama kemudian, Feby menghentikan langkahnya. Ia berdiri di tempatnya cukup lama. Awalnya Arka masih memperhatikan Feby dari jauh. Namun tiba-tiba saja, tubuh gadis itu ambruk dia atas tanah.
Melihat itu sontak Arka langsung berlari menghampiri Feby dengan wajah cemas. Arka pun menggendong tubuh Feby yang tak sadarkan diri dan membawanya masuk ke dalam rumah sakit.
"P-pak Arka? Ada apa pak? Apa yang terjadi?" Tanya seorang suster begitu melihat Arka yang tengah menggendong Feby.
"Cepat panggilkan dokter! Istri saya pingsan!" Titah Arka pada suster tersebut membuat semua orang yang ada di sana langsung menatapnya dan Feby.
...🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️...
Arka berjalan mondar-mandir di depan ruangan Feby. Pria itu terlihat begitu cemas. Tiba-tiba saja, hp di dalam saku celananya berdering. Memecah keheningan.
Pria tampan itu langsung merogoh saku celananya dan mengambil benda pipih tersebut. Ternyata, ada sebuah panggilan masuk namun bukan dari hp Arka melainkan dari hp Feby.
"Evandra"
Terpampang nama tersebut di layar hp Feby.
Entah kenapa raut wajah Arka langsung berubah seketika. Ia ingat bahwa Evandra adalah teman Feby yang sepertinya menyukai Feby.
Arka enggan mengangkat panggilan tersebut sampai akhir layar hp Feby kembali mati.
Namun beberapa detik setelahnya, hp Feby kembali berdering. Dan nama Evandra masih terpampang di layar hp Feby.
Arka pun akhirnya mengangkat panggilan tersebut seraya menghembuskan napasnya.
"Halo Feb? Lo kenapa nggak masuk sekolah? Lo baik-baik aja kan? Lo sakit atau gimana? Gue khawatir banget sama Lo Feb"
Sambar Evandra begitu Arka mengangkat telepon.
"Feb? Lo baik-baik aja kan? Kenapa Lo diem aja Feb? Jawab pertanyaan gue! Jangan bikin gue tambah khawatir!"
"Apakah perlu saya jawab semua pertanyaan itu untuk Feby?"
Tandas Arka membuat Evandra lah yang justru menjadi diam seketika.
"Loh? Kok bukan Feby? Dimana Feby? Ini siapa kenapa pegang-pegang hp pacar gue?!" Tanya Evandra dengan nada tinggi.
Hal itu membuat rahang Arka langsung mengeras.
"Jika kamu mengaku sebagai pacar Feby, maka saya adalah suami Feby!" Jawab Arka seraya mengepalkan tangannya.
"Ini siapa sih? Kenapa hp pacar gue ada di Lo?! Lo jangan ngaku-ngaku jadi suami Feby! Semua orang di sekolah tau kalau Feby cuma milik gue, Evandra!" Evandra mulai tersulut emosi mendengar jawaban dari Arka.
Tak mau berdebat lebih panjang dengan bocah ingusan seperti Evandra, Arka pun segera mematikan sambungan telepon sepihak. Kekesalan di wajah tampan Arka tersirat begitu jelas.
Kedua tangan Arka mengepal menahan amarah yang bergemuruh di hatinya. Entah mengapa ia hampir saja kehilangan kendalinya saat berbicara dengan Evandra. Rasanya ia ingin sekali meninju wajah bocah ingusan itu hingga babak belur!
"Pak Arka, istri anda sudah sadar"
Kalimat tersebut membuat amarah Arka langsung reda seketika.
Ia langsung menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruangan Feby.
"Bagaimana kondisinya dok?"
Tanya Arka pada dokter.
"Dia baik-baik saja tapi maaf sebelumnya saya ingin bertanya, apakah semalam ia mengkonsumsi sebuah obat? Seperti... Obat per*s*ng?" Tanya dokter.
Kening Arka langsung berkerut.
"Obat?"
"Iya efek samping dari obat per*ngs*ng yang istri anda minum tadi malam membuat dia mengalami sakit kepala dan dehidrasi.
Tubuh istri anda tidak kuat menahannya sehingga dia sampai pingsan. Tolong jangan biarkan dia mengkonsumsi obat-obatan seperti itu lagi karena usia istri anda masih sangat muda. Ya sudah saya permisi dulu..." Jelas dokter tersebut lalu melenggang pergi.
"Terima kasih, dok" Jawab Arka.
Kecurigaan Arka ternyata benar. Clarisa sebenarnya memiliki niat busuk. Namun mengapa ia menambahkan obat per*ngs,*ng di dalam minuman itu? Apa tujuannya?
"Halo Vin, tolong kamu selidiki seorang model bernama Clarisa Agistya secara detail saya ingin informasinya hari ini juga"
Titah Arka pada Kevin-asisten pribadinya lewat telepon.
"Baik Pak, hari ini saya akan menyelidikinya" Jawab Kevin.
______________________________________________
Helo ketemu lagi bareng author!
Gimana malmingnya? Seru? Kalian malam Minggu ngapain aja? Jalan-jalan?
Kalo author mah di rumah aja nulis hehe.
.
Bab selanjutnya bakalan lebih seru! Jangan lupa pantengin terus!
Kalian dapet salam dari Mr. Arka katanya, suruh kasih love ♥️ buat cerita ini biar bisa terus berkembang!
.
Love you all!