Setelah bertahun-tahun pasca kelahiran pangeran dan putri bungsu, mereka tetap berusaha mencari pelaku pembunuh sang ratu. Hidup atau mati! Mereka ingin pelakunya tertangkap dan di hukum gantung!Dapatkah para pangeran dan putri menangkap pelakunya?
*update setiap Minggu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mailani muadzimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyelidikan Snarfluff
"Akhirnya dia tidur juga..." ucap Cedric sambil menghela napas lega.
"Syukurlah, terima kasih Dokter Cedric. Anda memang dapat diandalkan." ucap Gideon sambil tersenyum.
"Napasnya juga sudah agak membaik. Saya juga ingin berterima kasih pada anda, Dokter Cedric. Obat anda memang mujarab," sambung Lilian.
Belum genap Cedric membuka mulut untuk menjawab. Tiba-tiba pintu kamar Liam didobrak masuk, mereka yang ada di dalam kamar Liam sudah hapal pemilik dobrakan ini.
"Brak!"
"Bagaimana keadaan Liam?" tanya Raja Finn. Dia tampak lelah karena sejak tadi berada di ruang kerja, menyelesaikan dokumen-dokumen kerajaan.
"Oh, Baginda. Pangeran Liam baru saja tertidur setelah saya berikan obat suntik dan nebulizer," jawab Cedric.
"Kudengar dia juga demam lagi?" sambung Raja Finn.
"Benar, Baginda. Suhu tubuhnya memang masih tinggi, tapi dibandingkan yang tadi, sekarang sudah mulai turun. Kondisi napasnya juga membaik, meski saturasi oksigennya masih rendah." jawab Cedric.
"Syukurlah. Apakah masih ada pengobatan yang akan kau lakukan?" tanya Raja Finn.
"Iya, Baginda. Sebentar lagi uap nebulizernya akan habis, saya akan memasang selang oksigen jika saturasi oksigennya masih rendah," ucap Cedric sambil menunjuk oximeter yang dipasangkan di jari telunjuk Liam.
"Baiklah. Malam ini aku akan tidur di kamar Liam. Biasanya saat Liam sakit, Harika yang selalu menemaninya, sekarang akulah yang harus menemaninya." ucap Raja Finn sambil duduk di tepian kasur Liam. Sejak tadi Lilian sudah menyingkir dan berdiri di samping kasur.
"Oh, iya. Panggil Vivian kemari!" titah Raja Finn tiba-tiba.
Tentu saja seorang pelayan langsung bergegas memanggil Vivian.
"Ya, Baginda. Saya menghadap." ucap Vivian kemudian.
"Pindahkan ranjang Arka dan Arsha kemari. Malam ini aku akan tidur di kamar Liam," titah Raja Finn lagi.
"Baik, Baginda." ucap Vivian sambil undur diri.
***
Tidak menunggu waktu lama, Vivian datang lagi sambil mendorong keranjang bayi. Di sana ada pangeran dan putri kecil yang sudah tertidur.
"Kau boleh istirahat di ruanganmu, Vivian. Malam ini biar aku yang menjaga bayiku." ucap Raja Finn.
"Baik, Baginda. Saya undur diri." pamit Vivian.
Sementara itu, di saat yang sama, Cedric sedang sibuk memasangkan selang oksigen pada Liam. Sejak tadi saturasi oksigennya masih rendah dan Liam belum bisa bernapas sendiri, padahal uap nebulizernya sudah habis. Namun untungnya Liam tidak terbangun, beberapa kali dahinya mengernyit, mungkin karena napasnya masih agak sulit.
Setelah memastikan Liam bisa ditinggal, Cedric pun undur diri untuk kembali ke Menara Medis. Lilian juga sudah undur diri ke ruangan pengasuh bersama Vivian tadi. Tersisa Deon dan Gideon di sana.
"Kalian boleh mengawal di luar kamar." ucap Raja Finn.
"Baik, Baginda." jawab Deon dan Gideon serempak sambil memberi salam hormat.
Setelah dua pengawal itu keluar kamar. Raja Finn bersiap untuk tidur, namun jika melihat kondisi Liam saat ini, memejamkan mata saja rasanya sulit bagi Raja Finn. Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari, suhu tubuh Liam masih belum turun dan membuat Raja Finn gelisah. Sesekali dia mendengar Liam merintih, mengigau memanggil Mamanya, dan bergumam tidak jelas.
"Liam pasti kesakitan..." gumam Raja Finn sambil mengompres kening Liam.
***
Malam itu terasa panjang. Lalu, entah jam berapa, Raja Finn tanpa sengaja tertidur. Di dalam tidurnya, dia bermimpi bertemu Ratu Harika, istrinya. Di dalam mimpi itu, Ratu Harika tidak bicara sama sekali, tapi mereka bermain dengan kelima anak mereka di taman bunga dengan riang. Itu mimpi yang sangat indah.
Besoknya, Raja Finn terbangun saat sinar matahari masuk ke jendela kamar Liam. Dilihatnya Liam masih tidur dengan kompres dan oksigen yang masih terpasang. Raja Finn sangat senang saat mendapati suhu tubuh Liam yang semalam sangat tinggi sudah kembali normal pagi ini.
Lalu, saat Dokter Cedric datang berkunjung untuk memeriksa kondisi Liam, dia sangat senang karena keterangan di oximeter sudah menunjukkan angka yang stabil.
"Sebenarnya selang oksigennya sudah bisa dilepas, tapi untuk jaga-jaga, biarkan saja dulu sampai Pangeran Liam bangun." jelas Cedric.
Raja Finn mengangguk, "lakukanlah apapun yang terbaik untuk Liam." katanya.
***
Setelah pukul sembilan pagi, Liam akhirnya bangun. Dia bangun dalam keadaan bugar. Para pelayan dan dayang sibuk membantu Liam berganti pakaian.
Sementara itu, saat Liam bangun, Raja Finn dan adik kembarnya sudah tidak ada di kamar. Liam tahu kalau semalam Papa dan adik kembarnya tidur di kamar, meski samar-samar, dia sempat terbangun karena mendengar tangisan adik kembarnya.
***
Pagi itu istana sibuk seperti biasa, salju di luar mulai mencair. Tahun ini salju turun hanya sebentar. Liam menengok keluar jendela, dilihatnya Arka dan Arsha sedang jalan-jalan bersama Vivian dan beberapa dayang, Deon juga mengawal di belakang mereka. Liam tersenyum melihat dua adiknya yang tumbuh dengan baik meski tanpa Mama.
Lilian masuk bersama Dokter Cedric, seperti biasa, Dokter Cedric ingin memeriksa kondisi Liam.
"Oh, Yang Mulia. Anda sudah bangun," sapa Lilian.
Liam menoleh, "Lilian. Aku mau minum susu hangat," ucap Liam.
"Baik, akan saya buatkan." jawab Lilian cepat.
"Anda tampak bugar hari ini, Yang Mulia. Padahal semalam kondisi anda sangat mengkhawatirkan," ucap Cedric sambil memeriksa Liam.
"Iya, Cedric. Ini semua berkat perawatan darimu," jawab Liam ceria.
"Syukurlah. Saya senang melihat kondisi anda membaik." ucap Cedric sambil memasukkan termometer ke mulut Liam.
***
Sementara itu di kamar Ezra, dia sedang disibukkan dengan tugas musim dingin yang diberikan akademi. Melihat deadline tugasnya sebentar lagi, jadi dia terpaksa tidak latih tanding dengan para ksatria dan kakaknya Zayden.
"Semangat, Ezra. Aku sudah bilang padamu dari kemarin, jangan karena libur musim dingin sedang berlangsung, kau santai-santai. Tugas tetaplah tugas." omel Kyrus.
"Berisik! Mengerjakan tugas di ujung waktu itu memacu ide dan membuatku lancar berpikir, tau!" balas Ezra kesal.
Kyrus tertawa mengejek, "mana ada orang yang dapat ide saat deadline pengumpulan tugas sudah tinggal dua jam lagi. Lihat kakakmu, Zayden. Dia pasti sudah selesai mengumpulkan tugasnya."
"Diamlah, Kyrus! Keluar sana! Kak Zayden itu Putra Mahkota, dia harus siap sedia saat Papa minta bantuan tentang urusan kerajaan, makanya dia harus menyelesaikan tugasnya duluan." teriak Ezra.
Kyrus tertawa lagi, "iya, iya. Baiklah. Jangan lupa nanti dikirim lewat portal pos, ya." ucapnya.
"Aku tahu!" jawab Ezra sambil menimpuk buku pelajaran ke wajah Kyrus, namun meleset.
Setelah puas menggoda Ezra, Kyrus pergi jalan-jalan di sekitar istana, dia biasa melakukannya, berkeliling seperti patroli adalah hobi Kyrus. Kadang dia bisa saja menemukan hal aneh dan unik.
***
Di saat yang sama, saat ini Zayden sedang sibuk bersama Raja Finn. Mereka dengan sepuluh ksatria sedang memburu pemilik Snarfluff. Berdasarkan infomasi dari Lysander, pemilik Snarfluff tinggal di bagian utara Hutan Larangan. Siapa sangka, ternyata dibalik isu buruk tentang monster berbahaya yang tinggal di Hutan Larangan, juga ada penyihir berbahaya yang memelihara Snarfluff.
"Baginda, kami menemukan gubuk di sana!" lapor Jay, ketua pasukan ksatria putih.
Raja Finn mengikuti langkah Jay dengan kudanya. Mereka tiba di sebuah gubuk yang sudah reot.
"Apa ada orang yang tinggal di sini?" tanya Zayden.
"Pintunya tidak bisa terbuka, bahkan jendelanya tertutup gorden. Kami tidak bisa mengintip dan memeriksa ke dalam." ucap Jay.
"Kenapa tidak bisa? Ini kan hanya gubuk tua. Dobrak saja!" titah Zayden kesal.
"Maaf Yang Mulia. Kami sudah mencobanya tadi, tapi gubuk ini tetap tidak bisa didobrak, seperti ada kekuatan yang menahan dari dalam." jawab Jay ragu-ragu.
Dahi Zayden mengernyit. Dia heran. Akan tetapi, sejak awal, dia memang merasa ada aura aneh yang menyelimuti gubuk ini. Makanya, sejak tadi dia dan Raja Finn enggan bergerak lebih dekat.
"Papa, sepertinya ada yang tidak beres dengan gubuk ini. Papa pasti juga merasakannya, kan?" ucap Zayden.
Raja Finn mengangguk.
"Aegis, coba periksa." titah Raja Finn.
Aegis adalah nama pelindung suci Raja Finn. Dia berwujud singa. Ketika berubah ke wujud manusianya, dia berambut coklat dengan sorot mata yang tajam. Tingginya sama dengan Raja Finn, rahangnya tegas dan berekor panjang. Aegis punya sifat yang pendiam, dingin dan agak pemalu. Dia jarang ikut berkumpul dengan para pelindung lainnya dan jarang menampakkan diri.
Setelah mendengar ucapan Raja Finn, Aegis mencoba masuk ke dalam gubuk dengan kekuatan menghilang. Dalam wujud menghilang, pelindung suci akan berubah menjadi hewan kecil. Jika singa, artinya Aegis berubah menjadi anak singa. Raja Finn bisa melihat apa yang dilihat oleh Aegis, begitu pula sebaliknya. Aegis sering ikut berperang dan membantu Raja Finn mengusut masalah yang timbul di kerajaan.
Sekali lihat saja, Aegis langsung tahu kalau gubuk itu diselimuti sihir hitam yang kuat dan pekat. Akan tetapi, ini bukan masalah bagi pelindung suci tingkat tinggi seperti Aegis. Mudah bagi Aegis untuk masuk ke sana, dia tinggal menembusnya dengan kekuatan penembus.
Setibanya di dalam gubuk, hal yang dicurigai Aegis ternyata benar. Di dalam gubuk ini penuh dengan peralatan sihir hitam, buku berisi mantra sihir larangan berserak di mana-mana. Sebuah gentong raksasa berwarna hitam diletakkan di tengah ruangan, di dalamnya masih ada sisa ramuan berwarna merah pekat yang menyala terang. Lalu di bagian belakang gubuk, tepat di pojokan ruangan, tampak banyak sekali kandang kecil tersusun rapi dan sudah tidak ada isinya.
Aegis mendekat, dia memperhatikan lebih detail kandang-kandang itu. Dilihatnya ada sehelai bulu berwarna putih di sana, Aegis mengambilnya dan memasukkannya ke dalam plastik penyelidikan. Dia juga menulis detail kapan benda itu ditemukan, sampai dugaan milik siapa bulu itu. Tentu saja, Aegis mencurigai itu adalah bulu Snarfluff.
Aegis kemudian masuk ke salah satu bilik. Di sana terbaring seorang laki-laki muda, badannya penuh luka dan memar. Kondisi laki-laki itu sangat buruk, dia tidak sadarkan diri dan tampaknya baru saja diserang seseorang. Aegis menduga kalau laki-laki itulah yang membuat semua ini, dialah pemilik gubuk.
Setelah memastikan tidak ada yang mengancam, Aegis kemudian membuka pintu gubuk dari dalam. Dia memurnikan sihirnya sehingga pintu gubuk gampang dibuka.
***
Raja Finn mengelus kepala Aegis yang sudah melakukan pekerjaan yang bagus. Pipi Aegis memerah. Lalu, Raja Finn dan Zayden, juga tujuh ksatria masuk ke dalam gubuk. Dua ksatria berjaga di luar.
"Sita semua barang yang ada di sini tanpa terkecuali! Tiga orang, bawa pria itu dan ikat dia!" titah Raja Finn cepat.
Empat ksatria dan juga Zayden, mengumpulkan bukti-bukti yang diduga barang milik penyihir hitam. Tentu saja mereka menyentuh barang-barang itu menggunakan sarung tangan dan semua benda dimasukkan ke dalam plastik penyelidikan.
Zayden merinding saat menyentuh buku mantra sihir terlarang, "orang di balik semua ini, sepertinya bukan lawan yang mudah." pikirnya.
Semua benda-benda aneh dimasukkan ke dalam kereta kuda, tidak lupa dengan laki-laki muda yang tidak sadarkan diri itu. Jika dilihat dengan seksama, sepertinya laki-laki itu tidak beda jauh usianya dengan Zayden.
"Kita kembali! Penyelidikan hari ini sampai di sini saja. Berbahaya jika kita tetap di sini saat malam." titah Raja Finn saat melihat langit sudah mulai senja.
Perjalanan mereka untuk sampai ke wilayah utara Hutan Larangan bukanlah hal yang mudah. Wilayah utara Hutan Larangan adalah tempat paling ujung, yang dikenal dengan banyaknya monster berwujud seram, buas, dan ganas. Sepanjang jalan tadi, entah sudah berapa monster yang mereka habisi.
Raja Finn dan Zayden memimpin di depan. Sementara pasukan khusus ksatria putih mengiringi di belakang dan samping, meski mereka hanya bersepuluh, tapi kekuatan mereka sama seperti seratus orang. Bayangkan betapa kuatnya pasukan khusus ini. Melawan monster dan berperang sudah menjadi makanan mereka sehari-hari. Mereka juga lah yang menghabisi para assasin tahun lalu yang membuat kaki Zayden patah sampai terkena panah beracun, namun mereka tidak di istana saat penyihir hitam menyerang, saat itu mereka ikut bersama Raja Finn melakukan ekspedisi ke Gurunnyan.
***
"Syuk! Sratss!" anak panah melesat tepat di samping Zayden dan mengenai monster beruang yang hendak menerkamnya. Monster beruang itu tumbang, bidikan panah itu tepat mengenai jantungnya.
"Anda tidak apa-apa, Yang Mulia?" tanya Jay. Dia yang menembak barusan.
"Ya. Terima kasih, Jay. Aku hanya terkejut," jawab Zayden.
"Hati-hati dengan sekitar Yang Mulia, monster-monster ini bisa saja menyerang dari arah yang tidak terduga." ucap Jay.
Zayden mengangguk. Dia hanya lengah sedikit tadi.
***
Setelah tiga jam perjalanan, rombongan Raja Finn akhirnya tiba di istana. Barang-barang yang mereka sita dari gubuk tadi di simpan di dalam penjara bawah tanah dengan perlindungan kubah jingga, hal ini dilakukan agar aura negatif dari benda-benda sihir hitam tidak menyebar ke seluruh istana. Sementara itu, laki-laki muda tadi juga dibawa ke penjara bawah tanah, tentu saja dia diobati lebih dulu oleh Ezra dengan kekuatan penyembuhnya.
Ezra memang sudah memulihkan kondisi fisik orang itu, tapi dia melihat bayangan hitam yang lewat begitu saja tanpa diketahui sel darah putih. Ezra terkejut, karena sepertinya orang ini sudah terkena Sihir Pelemah seperti Mamanya. Selain itu, pria ini juga tidak sadarkan diri meski kekuatan fisiknya telah dipulihkan oleh Ezra.
"Bagaimana, Ezra?" tanya Raja Finn.
Ezra terdiam. Tatapan matanya menunjukkan kalau Ezra saat ini sedang sangat terkejut.
"Ezra?" panggil Zayden sambil memegang pundak Ezra.
Ezra tersentak.
"Iya, kakak?" jawab Ezra linglung.
"Apa yang kau lihat?" tanya Zayden.
"Sebaiknya kita memanggil Liam untuk memastikan apa yang kulihat benar atau tidak." jawab Ezra ragu.
"Panggil Liam!" titah Raja Finn.
Bergegas Donovan, pengawal ksatria Ezra menemui Liam.
***
Cahaya berpendar di sekitar Liam dan pria muda itu.
Dua menit lalu, Donovan datang menjemputnya untuk memastikan hal ini.
"Benar. Orang ini terkena Kutukan Sihir Pelemah, dan kondisinya sangat buruk. Lebih buruk daripada Mama..." ucap Liam usai memeriksa tubuh pria itu dengan spirit cahaya miliknya.
Raja Finn dan Zayden terkejut mendengarnya.
"Jadi orang ini...?" tanya Zayden tidak selesai, dia enggan melanjutkan kalimatnya.
"Dia akan mati..." sambung Liam dengan suara bergetar.
"dan sebentar lagi akan muncul garis kutukan seperti Mama, itu menandakan bahwa kutukannya sudah menekan titik vital korbannya." tambah Ezra, dia menatap pria itu dengan tatapan kasihan.
"Siapa orang ini, Papa?" tanya Liam kemudian.
"Entahlah. Dia ditemukan di gubuk milik penyihir hitam, awalnya kami berpikir dia adalah dalang dari penyerangan Snarfluff. Tapi, seperti yang kau rasakan, Liam. Di dalam tubuhnya tidak ditemukan mana sihir hitam sedikit pun, dia lebih kelihatan seperti korban daripada pelaku." jawab Raja Finn.
"Iya, memang tidak ada mana sihir hitam di tubuhnya. Itu artinya dia bukan penyihir," ucap Liam setuju.
"Aegis! Cari identitas pria ini secepatnya." titah Raja Finn kemudian.
Aegis yang sedang dalam mode menghilang pun mendadak muncul. Kemunculannya membuat Zayden, Ezra, dan Liam terkejut.
"Maaf karena membuat anda bertiga terkejut. Saya akan melaksanakan perintah Baginda," ucap Aegis kemudian.
Aegis segera pergi. Dia melesat dengan mode menghilang lagi.
"Dasar Aegis. Dia hobi sekali menggunakan mode menghilang..." gumam Ezra.
Zayden dan Liam setuju, itu mengagetkan.
"Nah, kalian bertiga kembali lah ke kamar masing-masing. Zayden, kau harus mandi karena sudah terkena banyak cipratan darah monster Hutan Larangan." ucap Raja Finn.
"Baik, Papa." mereka bertiga menjawab nyaris serempak.
***