"Kau hanya perlu duduk dan menghabiskan uangku, tapi satu hal yang harus kau penuhi, yakni kepuasan!" Sagara Algyn Maheswara.
"Asal kau bisa membuatku keluar dari rumah sialan itu, aku bisa memberikan apapun termasuk yang satu itu, Tuan." Laura Alynt Prameswari.
Laura menderita karena hidup dengan keluarga tirinya, ayahnya menikah lagi dan selama itu dia selalu ditindas dan diperlakukan seenaknya oleh keluarga barunya itu, membuat Laura ingin bebas.
Akhirnya, dia bertemu dengan Sagara. berawal dari sebuah ketidaksengajaan, namun siapa sangka berakhir di atas ranj*ng bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Selepas menemani Laura makan siang, Sagara pun pergi meninggalkan butik. Jam makan siang sudah selesai, rasa rindunya juga sudah sedikit terbayarkan, jadi dia bisa kembali ke kantor sekarang.
"Jadi, kan?" Tanya Lily sambil tersenyum antusias.
"Jadi, dong. Kenapa emang?"
"Takutnya gak jadi, soalnya tadi di datengin sama si Daddy.." Lily cengengesan, membuat Laura terkekeh pelan.
"Nggak kok, tapi dia kesini sekalian habis meeting tadi. Katanya kangen.."
"Cieee, kelihatannya dia bucin banget sama Lo, Lau."
"Aaahhh, masa iya?" Tanya Laura. Jujur saja, dia sendiri meragukan hal itu karena menurutnya itu terlalu mustahil. Apalagi jika mengingat siapa Sagara.
"Hmm, iya. Udah lu kasih pelet apa?"
"Gak ada, belom gue kasih apa-apa."
"Seriusan? Dia gak minta hs?" Tanya Lily sambil mengernyitkan keningnya. Laura menggelengkan kepalanya.
"Beneran?"
"Iya, bener. Kan gue lagi menstruasi."
"Ohh gitu.."
"Tapi emangnya harus gitvan ya?" Tanya Laura pelan.
"Lah, gunanya lu jadi sugar baby apaan kalo gak bisa menuhin kebutuhan biologisnya sebagai laki-laki dewasa?" Tanya Lily sambil tertawa menggoda.
"Iya sih, ada juga di surat kesepakatan."
"Nah, itu tahu. Terus kenapa masih tanya? Kalau udah selesai menstruasi, kasih aja. Lagian endul." Lily terkekeh pelan, membuat Laura menghela nafasnya.
"Sakit gak?"
"First time, iya. Tapi kesananya, enggak kok malahan candu. Gue jamin lu bakalan ketagihan. Apalagi Daddy Lo kan bule, pasti gede."
"Heh, apanya yang gede? Jangan merusak kepolosan gue, Ly."
"Halah, palingan besok satu lusa lu udah di unboxing." Lily tertawa, membuat Laura mendelik.
"Nanti, gue ajarin caranya kok. Santai.."
"Iya, suhu." Jawab Laura. Jujur, dia takut tapi penasaran juga. Ya, namanya juga gadis muda, masih masa penasaran-penasarannya.
Sore harinya, setelah jam pulang kerja tiba, keduanya pun segera on the way ke mall. Sesuai dengan perkataan Laura di awal, dia akan membelikan apapun untuk Lily dengan menggunakan kartu yang diberikan oleh Sagara. Tentunya, atas izin pria itu.
"Gue mau beli tas, boleh?"
"Iya, boleh." Jawab Laura sambil tersenyum. Keduanya bergandengan tangan sambil berjalan melihat-lihat toko yang ada di mall. Sudah pasti toko barang branded yang ada disini, harganya juga tidak main-main, tapi Laura memiliki kartu sakti dari Sagara, dia takkan takut saldonya habis.
"Lau, mau yang itu.."
"Oke, gue beliin." Jawab Laura sambil menarik tangan Lily masuk ke dalam toko tas branded itu. Tanpa ba bi bu lagi, Lily langsung mengambil tas yang dia inginkan.
"Udah.."
"Ini aja?"
"Iya, ini udah cukup. Lagian, gue gak mau disebut aji mumpung."
"Yaudah, ayo ke kasir."
"Lo gak mau beli satu?"
"Lagi gak pengen, kemarin abis dikasih sama Daddy." Jawab Laura sambil tersenyum. Sagara memang memberikan dua buah tas bermerk kemarin, tapi memangnya Laura mau kemana sampai harus mengenakan tas mahal seperti itu?
"Oalah, pantesan. Yaudah, ayo.." Laura pun membayari tas yang diambil oleh Lily, setelah itu keduanya pun melanjutkan acara jalan-jalan mereka.
"Lau, beli itu.." Lily menunjuk toko khusus pakaian dinas perempuan.
"Haruskah? Gue gak pede makenya, Ly. Badan gue gak mulus kayak modelnya.." Laura menunduk pelan, dia tidak percaya diri menunjukkan tvbuhnya pada siapapun, termasuk Sagara.
"Gapapa, seenggaknya Lo udah usaha."
"Gimana kalo Daddy malah gak nafsv sama gue kalo udah liat badan gue, Ly?" Tanya Laura pelan.
"Jangan nethink dulu, Lau. Tapi kalau bisa, menurut gue sekarang Lo harus mulai perawatan biar bekas-bekas luka di badan Lo hilang. Di laser kek.."
"Iya, Ly.."
"Yuk, beli. Satu aja biar lebih hot nanti.." Lily memang kompor dan Laura tergoda untuk menuruti saran dari sahabatnya itu. Akhirnya, dengan sedikit bujukan, Laura pun masuk ke dalam toko pakaian dinas itu dan mengambil salah satu lingerie berwarna merah maroon. Warna basic yang sudah pasti disukai oleh para pria, rasanya Sagara juga akan menyukainya.
Laura memilih model yang agak berbeda, pakaian dinas itu akan terlepas sempurna hahaha dengan satu kali tarikan. Itu akan sangat mempermudah, biasanya kalau sudah panas, selalu terburu-buru, bawaannya ingin cepat-cepat tuntas.
"Cakep."
"Duh, gue udah deg-degan dari sekarang.."
"Emang sekarang udah hari ke berapa?"
"Keempat apa kelima gitu, tapi masih deres. Gak kayak biasanya.."
"Waduh, kalau lebih dari seminggu, periksa yaa. Takutnya lu kenapa-napa."
"Iya, Ly. Thanks udah khawatirin gue.."
"Elah, kayak sama siapa aja. Kita temenan btw, jangan sungkan gitulah, kayak baru kenal aja." Lily menggandeng lengan Laura lalu kembali melanjutkan petualangan mereka, memenuhi semua ekspektasi yang mereka inginkan.
"Bentar, Daddy telpon." Laura berhenti saat merasakan ponselnya bergetar. Lily pun ikut menghentikan langkahnya.
"Hallo, Daddy.."
“Masih dimana, baby?”
"Masih di mall sama Lily, Dad. Kenapa?"
“Asyik ya? Daddy sudah di rumah.”
"Hehe, baiklah. Aku pulang sekarang ya, Dad."
“Hmm, ya.” balas Sagara singkat. Setelahnya panggilan pun ditutup sepihak oleh Sagara.
"Kenapa, Lau?" Tanya Lily.
"Daddy nyuruh balik."
"Yaudah, yok balik." Ajak Lily, keduanya pun memutuskan untuk pulang. Laura memesan taksi secara online untuk mereka berdua, kebetulan apartemen Laura dan Lily tidaklah terlalu jauh, masih satu arah. Bedanya, Apartemen yang ditinggali oleh Laura dan Sagara bisa dibilang gedung VIP. Bukan orang sembarangan yang bisa memiliki unit di gedung itu, karena harganya yang mahal tapi sebanding dengan fasilitasnya.
"Gue duluan ya, Lau. Hati-hati.."
"Iya, Ly." Jawab Laura. Lily turun di depan gedung apartemennya, sedangkan Laura harus melanjutkan perjalanan sekitar sepuluh atau lima belas menitan lagi untuk bisa sampai di apartemen sang Daddy.
Setelah sampai, Laura pun segera turun dari taksi dan berjalan terburu-buru. Dia tidak enak pada Sagara, main sampai lupa waktu padahal Sagara suka saat pulang bekerja, ada yang menyambutnya pulang.
"Daddy.."
"Ohh, sudah pulang hmm?"
"Hehe, maaf ya. Keasyikan tadi.."
"Puas jalan-jalannya sampai lupa pulang, baby?"
"Maaf, Daddy.."
"Ya, it's okay. Ini bukan kesalahan fatal, baby." Jawab Sagara sambil tersenyum. Laura duduk di samping Sagara, dia segera menggelayut manja di lengan pria tampan itu.
"Sudah makan, Daddy?"
"Belum.."
"Aku masakin ya?"
"Kamu sudah makan?" Tanya Sagara. Laura menggelengkan kepalanya. Awalnya, dia dan Lily akan makan lebih dulu sebelum pulang. Tapi Sagara keburu menelponnya meminta Laura pulang, hingga planning itu tidak terlaksana.
"Kenapa gak makan?"
"Tadinya mau makan dulu, tapi keburu Daddy nelpon. Jadinya langsung otw pulang.."
"Kenapa langsung pulang?"
"Kan Daddy udah nelpon, itu nyuruh pulang kan?"
"Bukan itu. Alasan lain kenapa kamu langsung pulang, baby."
"Takut Daddy marah, hehe."
"Hanya itu?" Tanya Sagara. Laura mengiyakan dengan anggukan kepalanya.
"Kalau Daddy marah, kamu mau bujuk Daddy pakai cara apa?" Sagara tersenyum nakal, membuat Laura terdiam sejenak untuk berpikir.
"Emm, pakai cara apa yaa? Kalau tel4njang di depan Daddy, gimana?"
"Hahaha, kamu tahu itu bakalan mempan membuat Daddy luluh, baby?"
"Sepertinya iya, itu akan berhasil."
"Mau dicoba?"
"Masih banjir, Daddy. Tapi aku udah beli ini di mall tadi." Laura membuka paperbag berisi pakaian dinas yang dibelinya tadi. Sagara terkekeh pelan, dia suka warna dan model pakaian itu. Tak sabar rasanya ingin melihat Laura memakai pakaian s3ksi itu.
"Hot sekali, gak sabar pengen lihat kamu pakai baju ini, Baby."
lanjut Thor dobel Napa Thor...