Denara baru saja menyelesaikan sebuah novel di sela-sela kesibukannya ketika tiba-tiba dia terikat pada sebuah sistem.
Apa? Menyelamatkan Protagonis?
Bagaimana dengan kisah tragis di awal tapi menjadi kuat di akhir?
Tidak! Aku tidak peduli dengan skrip ini!
Sebagai petugas museum, Denara tahu satu atau dua hal tentang sejarah asli di balik legenda-legenda Nusantara.
Tapi… lalu kenapa?
Dia hanya ingin bersenang-senang!
Tapi... ada apa dengan pria tampan yang sama disetiap legenda ini? Menjauhlah!!
———
Happy Reading ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DancingCorn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tindak Lanjut Kisah Ande-ande Lumut (2)
Setelah mimpi itu, Raden Panji mulai bersiap. Dia bertekad untuk menemukan gadis itu. Gadis yang pergi dalam mimpi, yang membuat hatinya kosong dan dadanya sesak.
Namun dia gagal.
Dia mencari ke seluruh negeri, namun tidak ada satu pun jejak yang membawanya pada sang gadis.
Akhirnya, sayembara itu dilakukan.
Bagi Raden Panji, sayembara bukan lagi sekadar ajang mencari istri, melainkan harapan terakhir untuk bertemu kembali dengan gadis dalam mimpinya. Gadis yang namanya belum dia ketahui, tapi wajahnya telah terukir dalam ingatan.
Namun, seperti mimpi buruk yang terulang, saudari-saudarinya kembali menjebaknya. Mereka mencoba memutar kembali takdir kelam yang telah dilihatnya. Mereka ingin menggiringnya pada kesalahan yang sama, menjauhkan dia dari gadis itu sekali lagi.
Namun kali ini berbeda.
Raden Panji tidak lagi buta oleh harapan kosong atau manipulasi saudari-saudari gadis itu. Dia selalu menyadari permainan mereka, dan dia akan membalasnya, perlahan-lahan, dengan cara yang tidak mereka duga.
Dan gadis itu...
Akhirnya, dia mengetahui namanya.
Klenting Kuning.
Sebuah nama yang sederhana, tapi bersinar seperti cahaya pagi setelah malam yang panjang. Nama yang sekarang terukir di hatinya.
Cerah. Bersinar. Nama yang sangat cocok untuk gadis yang memenuhi hatinya dengan cahaya.
Sayangnya, Klenting Kuning tidak sempat bertemu dan mendengarkan penjelasannya. Dia pergi terburu-buru, menjauh sebelum Raden Panji bisa membuka semua kebenaran.
Dalam keputusasaan, Raden Panji hanya bisa mempercayakan satu hal: dia memohon pada Yuyu Kangkang untuk menemani gadis itu. Tidak seperti di masa lalu, kali ini dia memperingatkan Yuyu Kangkang dengan sungguh-sungguh. Agar selalu berhati-hati. Agar tidak lepas dari pengawasannya.
Hari-hari berikutnya dilalui dalam keresahan.
Dia tidak tahu apakah Klenting Kuning baik-baik saja. Apakah jalan yang ditempuhnya akan membawa pada takdir yang sama seperti mimpinya atau justru akhir yang berbeda.
Dan akhirnya...
Klenting Kuning kembali.
Bersih. Utuh. Hidup.
Berbeda dari mimpinya, kali ini sang gadis kembali kepadanya.
Saat itulah Raden Panji tahu bahwa segalanya akan berbeda. Bahwa mimpinya tidak nyata. Dia tidak mengecewakan kedua orang tuanya dengan menjadi tiran dan orang yang dia cintai kembali hidup-hidup.
Raden Panji merasa masih ada harapan dalam hidupnya.
Setiap hari bersama Klenting Kuning terasa seperti anugerah. Senyum gadis itu menghapus bayangan kelam dalam mimpinya.
Dan ketika Klenting Kuning menerima lamarannya, dunia seakan berhenti sejenak. Bahagia tidak lagi hanya mimpi.
Meski sikap Klenting Kuning berubah sedikit setelahnya, lebih jarang tertawa, dan kurang bisa menikmati hidup seperti sebelumnya. Namun karena orang itu masih sama Raden Panji juga tidak peduli.
Dia tetap mencintai gadis yang berdiri di hadapannya.
Dengan segenap jiwa.
—————
Itulah akhir mimpi Mahen. Setelah Klenting Kuning menerima lamarannya, dia terbangun dari mimpinya.
Andre yang mendengar kisahnya menghela napas panjang.
"Itu... Kamu beneran nggak habis nonton film atau drama gitu?" tanyanya sambil nyengir. "Soalnya ini kayak sinetron gitu nggak sih."
Mahen hanya diam, menatap langit-langit seolah masih tersisa sedikit mimpi di sudut matanya.
"Kalau kamu nggak peduli sama sekali, kenapa datang kesini. Buang-buang waktu saja." Keluh Andre dalam bisikan. Tidak berani bertindak semena-mena di depan sahabatnya ini.
Mahen menoleh sekilas. "Tidak masalah, ini hanya mimpi."
Andre mendecak, lalu nyengir lagi.
"Ya sudah kalau begitu. Kalau ada keadaan lain, bilang padaku."
Mahen tidak menjawab. Dia hanya melirik malam hari melalui jendela ruangan sebelum menutup matanya kembali.