Di sebuah kota yang terlupakan,ada sebuah rahasia tersembunyi. Rahasia yang dapat merubah hidup seorang gadis perantau , yang menemukan cinta pertama nya di tempat ia bekerja. Hubungan mereka bermula dari interaksi sederhana di kafe,yang kemudian berkembang menjadi perasaan yang mendalam. Namun, seperti halnya banyak kisah cinta lain nya,ego masing-masing menjadi rintangan yang sulit diatasi.Ketika mereka berdua menyadari kesalahan dan merindukan kebersamaan, tampak nya sudah terlambat.Kehadiran teman dekat yang kini menjalin hubungan dengan orang yang dicintai nya menambah luka di hati gadis itu.Meski perasaan nya belum sepenuh nya hilang,ia menyadari bahwa cinta sejati seharus nya tidak hanya tentang memiliki,tetapi juga tentang merelakan dan berharap yang terbaik untuk orang yang dicintai.Dengan hati yang berat,ia memutus kan untuk melanjut kan hidup nya.Membawa serta kenangan dan pelajaran berharga dari cinta pertama nya. Akan kah kebenaran sesungguhnya akan terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhylara_Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Arti Dari Tatapan Mata Itu??
Hari-hari berganti, seperti biasa Aruna mengerjakan pekerjaan nya, dengan teliti dan selesai lebih awal. Tapi di malam hari nya, bukan nya bekerja, Aruna malah sibuk dan gelisah. Seperti ia mencari sesuatu yang entah apa itu. Hal itu membuat Ariell dan juga Stevanny kebingungan dengan sikap Aruna, yang tidak seperti biasa nya. Dalam lamunan nya Aruna menggumam kan sesuatu, yang tidak sengaja di dengar oleh Stevanny kala itu.
"Tumben rombongan kak Arga ga kelihatan?" Gumam Aruna pelan, yang tidak sadar bahwa Stevanny berada di sebelah nya, dan mendengar apa yang baru saja ia ucap kan.
"Ehem, ciee ternyata dari tadi nyariin kak Arga toh?" Seru Stevanny langsung menggoda kakak nya itu.
"Idih ga ya, mana ada!" Sangkal nya.
"Yaelah kak, bilang aja kak Aruna nungguin kak Arga dateng, kan?"
"Isshhh, apaan sih Van...Gausah sok tau !" Ketus Aruna masih menyangkal perkataan dari adik nya itu .
"Yeee, yaudah maaf kak...kan cuma becanda,"
"Yaudah-yaudah, lanjut kerja aja sana!"
Mereka pun kembali mengerjakan pekerjaan nya masing-masing. Sesekali juga Aruna tetap melirik ke arah pintu, entah siapa yang ia tunggu, sampai-sampai melamun menelantarkan pekerjaan nya.
Seminggu kemudian...
Sekelompok pria yang baru saja datang memanggil salah satu dari ketiga rekan kerja. Yang suara nya sudah tidak asing bagi mereka bertiga.
"Cilll!!"
Aruna menoleh kearah pintu masuk dan berkata. "Hmmm?" gumam nya, benar saja itu adalah Byan yang baru saja datang dengan teman-teman nya.
"Biasa ya cilll !" ucap nya dengan santai berbicara pada Aruna.
"Biasa? Biasa apanya kak? Kek kakak sering kesini aja," ketus Aruna.
"Hhhh iya iya maaf cilll, gue salah. Gue pesan minas sama capucino ya, ingat telor nya separuh mateng, oke ! Yang lain juga sama, kamu ingat kan?"
"Iya Aruna ingat kok...yaudah bentar, Aruna bikinin dulu."
"Nah pesenan temen gue aja lo ingat, kenapa pas tadi gue bilang pesenan gue yang biasa, lo ga tau?" Ucap Byan bicara manja ga terima kepada Aruna.
"Ya sengaja." Kekeh nya menjulur kan lidah, merasa puas mengerjai pria itu. Setelah itu, ia pun langsung pergi meninggal kan meja Byan.
Beberapa menit kemudian...
"Nah silahkan, ini pesanan kak Arga dan ini pesanan kakak yang lain. Selamat menikmati..." Ucap Aruna lembut tersenyum kepada Byan dan yang lain nya.
"Iya, makasih cilll," sahut Byan tersenyum balik kepada Aruna. "Ngomong-ngomong, Wa gue udah lo chat cilll?" Ucap nya lagi menatap pada Aruna.
"Udah kok kak, cuman ga ada balasan tuh dari kakak!" Jawab Aruna ketus menanggapi pertanyaan dari Byan.
"Ya, iya maaf cilll, maklum di tempat gue kerja susah sinyal. Jadi ya, gue ga selalu megang ponsel cilll." Balas Byan, sembari menjelaskan kepada Aruna situasi nya saat berada di lokasi tempat ia bekerja.
"Emang kakak kerja di mana? Sampai ga kebagian sinyal...Kota mana yang ga kebagian sinyal coba, di zaman seperti sekarang?" Tanya Aruna dengan begitu polos nya. Karena ia tidak mengenal wilayah yang ada disana, dan Aruna hanya menetap di tempat ia bekerja. Jarang ada waktu untuk keluar, meski sedang free sekali pun. Kecuali ada yang mengajak nya keluar, barulah ia akan ikut keluar. Itupun hanya menyusuri jalan, habis itu kembali lagi. Keluar palingan hanya untuk membeli kebutuhan darurat.
"Hhhh lo polos banget sih cilll...nih ya, gue jelasin semua detail nya sama lo. Gue kerja di Pt Kayu, dan lokasi nya itu berada dalam hutan rimba yang luas. Makanya di sana susah sinyal, karena ga ada pemancar sinyal di dalam sana. Biasanya sih kalau mau internetan, gue sama kawan-kawan naik puncak dulu. Cari tempat yang agak tinggi biar dapet sinyal." Jelas nya kepada Aruna.
"Oooh gitu ya, kak. Aruna ga tau soal nya, kalau ada pekerja dalam hutan kek gitu." Seru Aruna lagi yang masih kelihatan sedikit bingung.
Byan mengangguk kan kepala. "Oh ya cilll, lo kelahiran tahun berapa?" Tanya Byan melirik Aruna sambil menaikan satu alis nya.
"Coba tebak, kira-kira Aruna kelahiran tahun berapa!" jawab Aruna tersenyum, menantang Byan menebak ia kelahiran tahun berapa.
"Kalau liat wajah sama badan lo sih, kayak nya kelahiran dua ribu sepuluh cilll." Ujar Byan sembari menerka-nerka.
"Hahahah serisan kak? Sebocil itu? Apa iya Aruna kelihatan sekecil itu di mata kakak?" kekeh Aruna yang sudah tak sanggup menahan tawa nya. Yang akhir nya suara Aruna terdengar di seluruh ruangan.
Byan dan teman-teman nya pun ikut tertawa, melihat Aruna tertawa lepas seperti itu. Kayak beda orang, karena biasanya Aruna terbilang kalem plus jutek. Tapi kali ini melihat nya tertawa lepas, hati Byan terasa lega dan serasa tertantang untuk mengenal Aruna lebih jauh. Setelah tawa Aruna mulai mereda, Byan pun kembali bertanya kepada Aruna.
"Hahahah gue serius cilll...emang salah ya? Sebenarnya lo kelahiran tahun berapa sih cilll? Penasaran juga gue jadi nya." Tanya Byan lagi yang masih penasaran dengan usia Aruna yang sebenar nya.
"Umur Aruna udah sembilan belas tahun kak, mau masuk dua puluh desember nanti. Aruna kelahiran tahun dua ribu tiga, desember tanggal sebelas," jawab Aruna kembali tersenyum melirik Byan.
"Lah, yang bener cilll? Kelahiran dua ribu tiga kok kecil mungil gini. Padahal umur lo udah gede itu cilll..." ledek Byan sambil bercanda dengan Aruna.
"Ya wajar sih kak, emang udah keturunan. Ayah sama ibu Aruna juga ga terlalu tinggi, ya ga heran sih kalau badan Aruna juga kecil gini..." Balas Aruna kembali tersenyum kepada byan dan teman nya, yang membuat Byan juga tersenyum puas mendengar jawaban dari Aruna.
Setelah lama mereka bergurau canda, Byan dan teman nya pun bersiap untuk pulang. Karena jam sudah menunjukan pukul empat subuh, yang berarti jam kerja Aruna juga sudah berakhir. Byan pun pamit pulang kepada Aruna, bukan hanya padanya melain kan juga pada Ariell dan Stevanny. Byan yang mulai beranjak pergi dari tempat duduk nya, melambaikan tangan pada Aruna dan mengatakan sesuatu sebelum ia pergi.
"Dah cilll, sampai jumpa besok," Bisik nya tersenyum smirk pada Aruna.
"Deggg..." Aruna yang mendengar bisikan dari Byan seketika terdiam tak bersuara, pupil mata nya membesar dan pipinya mulai memerah. Seakan jantung nya terhenti seketika.
"A-apa, p-perasaan apa ini? Apa yang terjadi dan kenapa, kenapa rasanya jantung ini berdetak dengan sangat cepat, ketika kak Arga bicara begitu dekat sam aku?" Batin nya, ia merasa bingung, apa yang telah terjadi kepada nya. Ariell dan Stevanny yang melihat itu, tersenyum bahagia dan mulai menggoda Aruna.
"Ciee yang udah mulai deket-deketan, pj dong pj." Ucap Ariell cengengesan.
"Dih apaan sih kak, pj apaan coba," balas Aruna ketus mengerut kan kening nya.
"Udah lah kak, ga usah ngelak. Terima aja dia jadi pacar nya kakak, toh kakak juga masih sendiri kan?" Seru Stevanny yang juga ga tahan buat menggoda kakak nya itu.
"Isshhh mana bisa gitu, orang baru kenal jugak. Kalau udah kenal sepenuh nya baru bisa mutusin, mau di terima atau gak nya. Yang jelas buat sekarang ga dulu deh soal pacaran," ucap nya lagi agak sedikit kesal, karena ia merasa di jodoh-jodohin sama orang yang baru ia kenal, yaitu Byan.
Yang sebenarnya Aruna memang gelisah karena hal itu, Aruna juga tidak begitu faham dengan apa yang dirasakan nya. Apakah dia memang sudah mulai menaruh perasaan terhadap Byan, atau itu hanya sekedar mengagumi hubungan pertemanan diantara mereka.
Disatu sisi, Aruna memang sudah mulai merasakan kenyamanan pada sosok Byan. Sementara disisi lain, Aruna belum siap untuk memiliki seorang pasangan. Karena sebelum nya Aruna juga pernah pacaran, namun hubungan nya tidak bertahan lama. Karena itulah Aruna berfikir panjang untuk memulai suatu hubungan dengan seseorang. Yang ada dalam fikiran Aruna, jika menyukai diri nya hanya karena rasa penasaran, lebih baik tidak menjalin hubungan apapun.
Bukan itu saja, Aruna juga memikirkan pesan yang di berikan oleh ayah nya. Karena ayah nya dulu pernah berkata, untuk tidak dulu pacaran. Tapi setelah di fikir-fikir lagi, itu dulu. Waktu ia masih duduk di bangku SMA. Namun sekarang Aruna sudah beranjak dewasa, dan sudah lulus sekolah, bahkan juga sudah bisa bekerja.
Jadi mungkin tidak apa-apa jikalau dia menjalin hubungan lagi dengan seseorang. Lagian dulu juga ia pernah pacaran diam-diam di belakang ayah nya. Jadi sekarang juga bisa begitu, fikir nya. Atau langsung terus terang saja kepada orang tua nya.
"Ga ga ga," ucap Aruna pelan menggelengkan kepala, menyadarkan diri nya. "Aku harus fokus dulu sama pekerjaan, baru nanti pikirin soal pasangan." Gumam nya lagi, seperti ia sedang berdebat dengan fikiran nya sendiri. Di dalam kamar ia hanya diam, berbaring di tepi kasur nya. Menatap langit-langit atap, entah apa yang ada dalam fikiran nya. Hingga ia bahkan tidak mendengar notif ponsel nya, yang sudah berdering berkali-kali. Sampai Stevanny memanggil juga ia tidak nyaut.
"Kak, ada apa?" Ucap Stevanny, menepuk pundak Aruna menyadarkan diri nya yang tengah melamun.
"E-eeh, ha-apa? Kenapa Van, kamu bicara sesuatu? Maaf kakak ga denger kamu bicara." Jawab nya, masih separuh sadar dari lamunan nya.
"Kak Aruna kenapa? Dari tadi kakak ngelamun mikirin apa? Apa ada masalah? Oh ya, aku cuman mau bilang kalau ponsel kakak berdering dari tadi."
"O-oh iya, kakak gapapa kok Van, santai aja. Yaudah kaka periksa dulu siapa yang chat dari tadi," balas nya, langsung memeriksa ponsel nya.
"Pesan dari siapa kak?"
"Pesan dari kak Arga, Van."
"Dia bilang apa? Maaf aku sedikit kepo dengan isi chat nya kak, heheh."
"Cuman nanya in udah tidur apa belum aja sih."
"Lah itu doang? Cuman nanyain itu aja sampe berisik gitu notif nya dari tadi."
"Yaudah lah ga penting juga, mending tidur aja sekarang mah."
"Loh, jangan gitu kak! Balas dulu napa pesan nya. Kasian kan, mungkin dia nungguin balasan pesan dari kakak. Mungkin karena itu juga dia chat kakak berkali-kali..."
"Iya iya, lagian juga udah selesai di bales pesan nya dari tadi. Yaudah tidur dulu," ucap Aruna yang langsung berbaring di kasur nya, dan juga mematikan ponsel nya.
"Iyaa," balas Stevanny, yang juga bersiap untuk kembali ke tempat tidur nya.
Siapa sangka, ternyata Byan langsung membalas pesan yang baru saja Aruna kirim. Namun sayang nya, Aruna sudah tertidur dan ia tidak mendengar kalau ponsel nya berdering. Stevanny yang mendengar juga memanggil Aruna, tapi ia sudah tertidur lelap.
"Kak Aruna! Kak, ponsel kakak berdering lagi tuh! Kakak udah tidur?" ucap nya menggoyang-goyangkan badan Aruna, tapi Aruna tidak bereaksi sedikit pun. "Kakak beneran udah tidur? Cepat banget terlelapnya, padahal baru beberapa menit loh ini kak...udah pulas aja." Gumam Stevanny pelan, menggeleng-geleng kan kepala nya, melihat kakak nya yang sudah tertidur pulas itu.
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩
Mari saling mendukung🤗