"Apa kurang dari ku, Mas? Kamu dengan tega nya berselingkuh dengan Winda" teriak Mora dengan penuh air mata.
"Kau tidak kurang apapun, sayang" lirih Aron dengan menatap manik mata Mora dengan sendu.
"Kau yang membawa ku kemari , kau yang berjanji akan memberi ku banyak kebahagian, tapi apa Mas? Kau mengkhianati ku dengan teman ku sendiri" tegas Mora.
"Pergilah dan ceraikan aku secepat nya" ucap Mora dengan penuh ketegasan.
DEG.
Aron langsung saja menatap Mora dengan tidak percaya. Wanita yang sangat di cintai nya kini tersakiti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hnislstiwti., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Pagi hari nya, Mora dan Wildan mengantarkan sang Ayah dan Mama nya ke Bandara.
Mereka akan terbang ke Negara A untuk mengurus perusahaan disana, sedangkan disini akan di urus oleh Mora.
Selama di perjalanan , Mora tak lepas dari pelukan sang Mama.
Ia bahkan merasakan perasaan yang sangat sesak sejak tadi pergi dari Mansion.
"Sayang, kenapa?" tanya Wildan menatap sang Istri dari pantulan cermin tengah.
Nyonya Hesti langsung saja menatap Putri nya yang ada di pelukan nya.
"Tidak apa Mas, aku hanya tidak rela saja akan berpisah dengan Mama dan Ayah" jawab Mora lembut.
"Kamu tenang saja, kita bisa kok menjenguk mereka nanti ke sana" ucap Wildan menenangkan Istri nya.
"Apa yang di ucapkan Suami mu benar, Nak" timpal Nyonya Hesti.
"Iyaa Ma, Mas" balas Mora tersenyum.
"Tapi entah kenapa hati ku merasa sangat sesak" batin Mora
Tak lama kemudian, mereka sampai juga di Bandara.
Disana sudah ada anak buah Tuan Darma yang menunggu mereka semua.
"Jaga dirimu baik-baik sayang, Mama dan Ayah pergi dulu" ucap Nyonya Hesti.
"Mama juga disana baik-baik ya, nanti Mora dan Mas Wildan kesana" balas Mora pelan.
Mora memeluk kedua orangtua nya, lalu setelah itu ia menyalami mereka bergantian dengan Wildan.
Tuan Darma dan Nyonya Hesti langsung saja masuk ke dalam pesawat pribadi nya. Mereka melambaikan tangannya pada Putri dan menantu nya.
Setelah pesawat yang membawa kedua orangtua nya pergi, Wildan dan Mora langsung saja kembali ke mobil.
"Kita langsung ke mansion kita ya, sayang" ucap Wildan lembut.
"Tapi barang-barang kita, Mas?" tanya Mora bingung.
"Sudah di urus semua nya sama Hari" jawab Wildan tersenyum.
Mora menganggukan kepala nya tanda mengerti, lalu Wildan melajukan mobil nya dengan kecepatan sedang.
Ia menatap ke arah sang Istri yang sedang melamun dengan tatapan kosong nya.
"Hei" ucap Wildan menyentuh lembut pipi Mora.
Ehh.
"Ada apa, Mas?" tanya Mora kaget.
"Kenapa melamun , hmm?" tanya balik Wildan.
Mora menghembuskan nafas kasar, ia lalu menyandarkan kepala nya di bahu sang Suami.
"Entah kenapa aku merasa cemas, tak enak pikiran dan juga was-was, Mas" jawab Mora lirih.
Wildan lalu menepikan mobil nya terlebih dulu, ia lalu memanggil salah satu anak buah nya untuk menggantikan diri nya menjadi sopir.
"Kenapa Mas?" tanya Mora saat mereka sudah duduk di bangku belakang dan mobil sudah melaju kembali.
"Tidak kenapa-napa, sayang. Sini Mas peluk" ucap Wildan lembut.
Dengan tersenyum , Mora langsung ke pelukan sang Suami.
Saat ini Mora hanya butuh kenyamanan dan kehangatan untuk mereda semua perasaan kacau nya.
"Kenapa ya Mas, aku merasa tak enak hati, terus aku tak enak perasaan" ucap Mora pelan.
"Apa ada yang kamu pikirkan, sayang?" tanya Wildan menatap manik indah Istri nya.
"Entahlah, aku merasa sangat cemas pada Ayah dan Mama" jawab Mora dengan sendu.
Wildan memeluk Mora lembut, ia bahkan memgecup keningnya dengan lama.
"Jangan berpikir yang macam-macam sayang, semoga saja semua nya akan baik-baik" ucap Wildan dengan lembut.
"Ya semoga saja ini hanya perasaan karena aku masih rindu saja pada mereka" balas Mora tersenyum dengan lesung pipi yang sangat indah.
Wildan menganggukan kepala nya, lalu mereka diam sampai akhirnya sampai di mansion milik Wildan sendiri.
Di depan sana sudah ada Roy dan Hari yang sedang menunggu mereka berdua.
Wildan lalu mengajak Mora untuk turun.
"Selamat datang Tuan dan Nyonya" sapa Roy dan Hari bersamaan.
"Hemmm, ayo masuk" balas Wildan dengan wajah datar nya.
Mereka langsung saja menuju ke arah ruang tamu, dan Mora masih saja tetap di pelukan sang Suami.
"Bagaimana dengan pergerakan mereka?" tanya Wildan setelah mendudukan tubuh nya di sofa.
"Tidak ada sama sekali, tetapi kita harus waspada pada Winda" jawab Hari.
"Sesuai dugaan kita, dia dan kedua orangtua nya sedang menyusun rencana" jelas Roy kembali.
Mora hanya diam dengan wajah datar nya, ya dia juga sudah bukan lagi Mora yang ceria dan ramah jika di luar Rumah setelah kejadian Pengkhianatan itu.
"Aku yakin dia akan merebut apa yang aku miliki kembali, karena dia dan orangtua nya hanya memikirkan kepuasan mereka saja" ucap Mora dengan wajah datar.
"Ya anda benar Nyonya, Winda memang sangat menginginkan tahta WidiatmaGroup" timpal Roy.
"Dan yang lebih menggelikan lagi, Winda berpikir bahwa amda wanita bo*oh yang mau menikah dengan Tuan Wildan yang hanya Dokter saja" jelas Hari tersenyum tipis
"Biarkan saja, aku ingin melihat wajah nya yang syok" balas Mora terkekeh dengan senyuman devil.
Wildan sontak langsung saja tertawa kecil saat mendengar ucapan Istri dan Asistennya.
Ia merasa sangat lucu dengan Winda yang notabene nya sangat haus akan kekuasaan.
Mereka terus saja berbincang hingga pada akhir nya Roy dan Hari berpamitan untuk kembali ke perusahaan.
.
.
.
Mu itu untuk Sang Pencipta.
mu itu untuk orang
Nya itu untuk Sang Pencipta.
nya itu untuk ciptaanNya