Dealova, Transmigrasi Ke Tubuh Petanì

“Aku ketiduran Ma.. sangat capek dan kenyang ketela bakar dan katak bakar..” ucap Kakak Antony sambil tersenyum lebar..

“Apa masih Kak?” Suara imut Anjel yang mendengar Kakak Antony nya kekenyangan ketela bakar dan katak bakar, sementara perut dia memang sudah sangat lapar.

“Itu masih! Aku tadi dapat banyak katak di kebun, guk guk juga makan itu.” Ucap Antony sambil menunjuk ke suatu tempat di luar kolong rumah..

Dealova dan Anjel pun menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Antony, memang ada sisa sisa kayu bakar, bekas tempat pembakaran ketela dan katak yang dibilang oleh Kakak Antony tadi. Anak anak kecil masyarakat tidak mampu di desa itu sudah terbiasa membakar katak yang mereka dapat untuk dimakan..

Anjel pun segera berlari ke tempat itu, Jendro yang sudah turun dari gendongan Sang Mama nya turut berlari sempoyongan mengikuti Kakak perempuan nya..

“Mam.. Mam.. Mam...” celoteh Jendro sambil terus berlari

Di tempat pembakaran itu masih ada ketela pohon yang dibakar beserta kulitnya, juga beberapa ekor katak yang juga dibakar berserta kulit nya.. jari jari mungil Anjel sudah terampil mengupas kulit kulit itu dan memakan daging di dalam nya. Dia pun menyuapi mulut mungil adiknya.

Kedua mata Dealova berkaca kaca menatapnya, namun terlihat Anjel dan Jendro begitu menikmati nya..

“Kakak Antony yang memanen itu semua sendiri? Kakak tadi tahu tidak kalau laki laki tukang mabok di depan kebun?” ucap Dealova selanjutnya yang masih penasaran.

“Iya Ma aku dan guk guk itu Ma, mereka sangat pintar mengeruk ngeruk tanah , menggali tanah di sekitar tanaman, jadi aku tinggal mengambil ketela ketela Ma..” ucap Kakak Antony sambil tersenyum lebar.

“Itu sudah banyak Ma, tadi mau aku angkut pakai gerobak dorong, tapi perutku sudah sangat lapar.. aku tunggu Mama kok tidak datang datang.. itu bisa dijual dan Mama dapat uang lagi..” ucap Kakak Antony dengan serius.

“Ooo pintar sekali, memang ada guk guk yang pintar menggali tanah, mungkin juga mereka sudah terlatih.. “ gumam Dealova sambil menoleh ke arah lima guk guk yang masih terbaring leyeh leyeh sesekali kepala mereka mendongak macam tahu sedang dibicarakan.

“Terus apa Kakak lihat laki laki mabok itu tadi di depan?” tanya Dealova lagi.

“Iya Ma, aku dengar suara motor, guk guk juga menggonggong, mereka lari ke depan, aku ikuti mereka, saat aku tahu itu Papa dan Om Gobet.. aku ajak guk guk balik lagi, aku takut Papa memaksa aku harus buka pintu pagar. aku mendengar Papa dan Om Gobet mau menunggu Mama di depan pintu, mereka takut masuk karena ada guk guk.”

“Tapi aku tidak mendengar suara mobil Mama mungkin aku sudah tidur..” ucap Kakak Antony lagi..

“Syukur lah, kalau kamu baik baik saja aku tadi sangat khawatir. Sekarang aku mau ambil ayam ayam di mobil, kita buat kandang sementara di kolong rumah ini.” Ucap Dealova sambil bangkit berdiri..

“Mama beli ayam ayam? Mau dipelihara?” tanya Kakak Antony dengan sorot mata berbinar binar.

“Iya satu nya disembelih buat di makan? Apa Kakak bisa motong ayam? Aku tidak bisa, tidak tega Kak.” Ucap Dealova sambil tersenyum nyengir.

“Bisa sih Ma..” ucap Kakak Antony sambil melangkah di samping sang Mama.

Namun tiba tiba terdengar suara imut Anjel dengan lantang..

“Ma, ayam nya jangan dipotong! Kasihan Ma, mereka tadi mau dilempar Nenek di jalan biar mati ketabrak mobil, biarkan mereka semua hidup saja Ma, aku sudah makan daging katak kok.. “

“Okeylah.. nanti goreng telur saja.” Gumam Dealova sambil melangkah. Dia yang kini memikirkan untuk mencari banyak uang untuk biaya pengacara pun mulai mikir untuk menghemat pengeluaran dan otak nya terus berpikir cara mendapatkan uang lebih banyak.

“Nenek mau melempar ayam Mama?” tanya Kakak Antony dan Dealova pun sambil melangkah menuju ke mobil menjelaskan yang sudah terjadi hingga mereka pulang sampai siang.

Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di bak mobil..

“Kak, nanti jagung jagung taruh di bak mobil dan ketela disimpan di kolong dulu ya..” ucap Dealova saat Kakak Antony mengambil ayam ayam di atas box mobil..

“Iya Ma, Mama makan dulu saja, itu aku tadi bakar ketela banyak. Aku urus ayam ayam ini, aku kasih makan jagung dan aku buatkan kandang..” ucap Kakak Antony sambil menaruh ayam ayam itu di atas angkong lalu dia dorong ke kolong.. Dealova pun juga mendorong satu angkong yang berisi lima ekor ayam..

“Kasihan juga kalau disembelih.. Ayam ayam penuh history.. kalau tidak karena engkau aku tidak ke kantor polisi hari ini dan ada niat untuk melaporkan Nenek Lampir itu..” gumam Dealova di dalam hati sambil terus mendorong angkong..

Malam hari pun telah tiba. Dealova dan ketiga anak kecil itu sudah kenyang perut nya. Dealova memasak sup jagung diberi kocokan telur. Ketiga anak itu makan dengan lahap nya karena baru pertama kali lidah mereka merasakan masakan sup jagung.

Anjel dan Jendro sudah tidur, sedang kan Kakak Antony masih belajar penuh semangat dengan penerangan lampu pelita, meskipun tubuh lelah tapi dia sangat bahagia..

Dealova duduk di atas kasur menyandarkan tubuhnya di dinding kayu yang kuat..

“Gimana ya cara nya agar uang cepat terkumpul.. dan saat belum panen berikut nya masih ada pemasukan.. “ gumam Dealova di dalam hati dan ujung telunjuk jari nya mengetuk ngetuk kening nya sendiri.. untuk mencari ide ide cemerlang..

Sesaat Antony menoleh menatap Sang Mama yang sedang mengetuk ngetuk kening..

“Mama sakit? Kepala pusing lagi?” tanya Antony sambil menatap Sang Mama dengan ekspresi wajah khawatir

“Tidak.” Jawab Dealova yang masih mengetuk ngetuk keningnya..

“Mama kok mengetuk ngetuk kepala Mama?”

“Oooo biar otak yang kopyor kembali ngumpul he... he... he...” ucap Dealova sambil tertawa kecil, dan sudah tidak lagi mengetuk ngetuk kening nya.

“Cari ide Kak agar kita tetap dapat uang saat menunggu masa panen berikutnya tiba.. “ ucap Dealova lagi sambil tersenyum lebar..

“Biasa nya Mama kan cari rumput untuk dijual ke juragan juragan yang punya sapi Ma..” ucap Antony sambil menutup buku nya karena sudah selesai belajar..

“Sekarang tidak, aku besok pagi setelah mengantar kamu ke sekolah aku ke pasar untuk menjual jagung habis itu aku mau cari alat alat.. semoga saja di pasar ada. Kalau tidak ada aku akan ke pasar kota.” Ucap Dealova sambil masih tersenyum lebar dan sorot mata berbinar binar di dalam keremangan lampu pelita. Karena dia sudah mendapatkan ide cemerlang menurut nya.

“Mama mau beli alat apa?” tanya Antony kepo..

“Lihat saja besok, sebab sangat syusah untuk dijelaskan.. aku sekarang mau menghitung uang ku dulu semoga ditambah hasil jual jagung besok cukup..” ucap Dealova lalu dia mengambil dompet lusuh milik Regina Jelita tempat menyimpan uang nya dan mulai menghitung nya..

Sedangkan di tempat lain, di rumah Nenek Lili. Nenek Lili dan Stefani baru pulang dari kota kabupaten. Mereka berdua ikut naik truk milik dealer mobil yang mengantar mobil baru yang mereka beli secara kredit.. Mereka duduk di dalam mobil baru nya yang diangkut oleh truk. Stefani duduk di jok kemudi serasa sudah bisa menyetir mobil, padahal mobil hanya diam di dalam bak truk yang berjalan.

“Hati hati! Jangan sampai ada yang lecet!” ucap Nenek Lili saat petugas dealer mobil menurunkan mobil dari truk.

“Ma.. kita jadi adakan pesta dan mengundang Dokter Anthony kan?” tanya Stefani dengan senyuman di bibirnya ..

“Iya dong, besok kamu yang datang sendiri ke puskesmas atau ke rumah nya untuk mengundang dia. Jangan lupa bawakan kue kue itu untuk dia.” Ucap Nenek Lili sambil menatap kotak kotak kue yang dipegang Stefani. Mereka tadi di kota kabupaten juga membeli kue kue terlezat untuk Dokter Anthony. Dua pelayan yang mengantar tadi pun juga membawa banyak barang belanja an dan mereka sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah.

Sesaat dari dalam rumah muncul seorang pelayan sambil berlari lari ke arah mereka yang masih berdiri di dekat truk milik dealer mobil..

“Nek.. Nek... ini dapat surat!” teriak pelayan itu sambil membawa satu amplop ber kop suatu instansi..