Di tengah dunia yang terbelah antara realita modern dan kiamat zombie, Shinn Minkyu—seorang cowok berwajah androgini dengan pesona misterius—mendadak mendapatkan sebuah sistem unik: Sistem Pengasuh.
Dengan kemampuan untuk berpindah antar dunia, Shinn berniat menjalani hidup damai... sampai seorang gadis kecil lusuh muncul sambil dikejar zombie. Namanya Yuki. Imut, polos, dan penuh misteri.
Tanpa ragu, Shinn memutuskan untuk merawat Yuki layaknya anaknya sendiri—memotong rambutnya, membuatkannya rumah, dan melindunginya dari bahaya. Bersama sistem yang bisa membangun shelter super canggih dan menghasilkan uang dari membunuh zombie, keduanya memulai petualangan bertahan hidup yang tak biasa.
Penuh aksi, tawa, keimutan maksimal, dan romansa menyentuh saat masa lalu Yuki perlahan terungkap...
Apakah Shinn siap menjadi ayah dadakan di tengah kiamat? Atau justru… dunia ini membutuhkan keimutan Yuki untuk diselamatkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F R E E Z E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21: Pekerjaan Gila dan Pisang Coklat
Pagi di Shelter Sunyi. Matahari masih malu-malu muncul dari balik awan mendung, tapi di dalam shelter, suasananya malah kebalikannya—rame banget.
"Ada yang mau pisang coklat panggang!" teriak Shinn sambil megang loyang kecil dari dapur mini yang dia pasang di pojok ruang makan shelter.
Yuki yang lagi duduk sambil gambar-gambar langsung noleh. "Aku! Aku mau dua!" Serunya sambil angkat tangan kayak lagi daftar ulang sekolah.
Shinn ketawa kecil. “Oke, tapi nanti kamu harus bantuin papa bersihin senjata ya.”
“Yeeeh! Tapi aku kan anak kecil,” Yuki manyun.
“Justru biar belajar, siapa tahu nanti kamu bisa jadi teknisi senjata kecil paling keren di dunia!” Shinn menaruh pisang coklat panggang di piring kecil lalu menyodorkannya ke Yuki.
“Beneran?” Yuki langsung semangat lagi.
“Beneran banget,” jawab Shinn sambil ngedudukin dirinya di depan terminal sistem.
Hari ini, sistem mengeluarkan misi baru yang bikin Shinn mikir keras.
[Misi Harian Tersedia]
Judul: “Bersih-Bersih Zombie di Area Stasiun Bawah Tanah”
Hadiah: 1200 koin shelter, 1 blueprint jebakan baru, dan… pisang premium?
Status: Sulit - Direkomendasikan minimal 2 survivor dewasa
“Yuki... kamu udah dewasa belum?” tanya Shinn sambil liat ke layar sistem.
“Belum lah! Tapi aku bisa nemenin!” jawab Yuki sambil ngunyah pisangnya.
Shinn geleng-geleng. “Sayangnya ini misi agak berat. Kita perlu bantuan... kayaknya aku harus aktifin drone atau coba rekrut penyintas yang kemarin kirim sinyal darurat.”
Sistem memang beberapa kali kasih peringatan kalau ada sinyal darurat dari penyintas di sekitaran shelter. Tapi karena situasi masih belum stabil, Shinn belum sempat nyamperin.
Yuki tiba-tiba berdiri dari duduknya, “Papa, papa, kalau gitu kita cari orang itu ya! Siapa tahu dia baik terus bisa bantu kita!”
Shinn mikir sejenak, lalu tersenyum. “Oke deh, ayo kita keluar bareng, tapi kamu tetap di dalam armored buggy ya.”
Yuki mengangguk. “Siap! Aku bawa boneka juga, biar dia jaga aku!”
Dua Jam Kemudian — Jalur Utama Menuju Sinyal Darurat
Mobil kecil ala buggy tempur buatan Shinn melaju pelan di antara jalanan rusak dan kendaraan terbengkalai. Di sebelahnya, Yuki duduk dengan bonekanya yang udah dikasih helm kecil dan pelindung dada dari botol bekas.
“Papa, boneka ini namanya Nono, dia juga pengasuh!” kata Yuki dengan bangga.
Shinn menahan senyum. “Oke, berarti aku bukan satu-satunya pengasuh di sini.”
Setelah perjalanan setengah jam, mereka tiba di bekas minimarket yang kelihatannya pernah dijadiin tempat persembunyian. Sinyal datang dari sini.
“Yuki, kamu tetap di buggy ya. Tutup pintunya, jangan buka sampai papa balik atau ngasih kode tiga ketukan.”
“Siap!” jawab Yuki sambil kasih hormat.
Shinn turun, bawa stun blade dan shotgun. Dia masuk dengan hati-hati, langkahnya ringan. Tempat ini gelap dan bau busuk sisa zombie. Tapi yang lebih mengganggu adalah... suara tangisan kecil.
“Siapa di sana?” bisik Shinn.
Tangisan itu makin jelas. Di balik rak minuman, dia menemukan...
...seorang perempuan, rambut panjang awut-awutan, memeluk anak kecil yang sedang pingsan. Matanya melebar saat melihat Shinn.
“Tenang... aku bukan zombie, aku dari shelter,” ujar Shinn perlahan.
Perempuan itu tampak gemetar. “Kau... beneran manusia?”
Shinn mengangguk. “Iya, kami dapat sinyalmu. Kami bisa bawa kalian ke tempat aman. Tapi kita harus cepat.”
Tiba-tiba, suara geraman terdengar dari belakang—zombie-zombie mulai berdatangan.
“Cepat! Pegang anakmu, kita lari ke buggy!”
Mereka bertiga lari sekuat tenaga keluar minimarket. Shinn membuka pintu buggy, Yuki langsung melongok keluar.
“Papa, itu siapa?” tanyanya.
“Nanti dijelasin! Sekarang pegang bonekamu!”
Buggy melaju kencang meninggalkan zombie yang makin banyak di belakang. Shinn memandang lewat spion, memastikan mereka nggak dikejar.
Satu Jam Kemudian — Shelter Sunyi
“Nama aku Mia...” ujar perempuan itu pelan sambil menggendong anaknya yang masih belum sadar.
Yuki melongok dari balik bahu Shinn. “Mia... seperti mama-nya Yuki juga ya.”
Shinn tersenyum. “Iya, tapi dia bukan mama kamu. Tapi... siapa tahu kalian bisa temenan.”
Mia melihat sekeliling shelter dengan tatapan kagum. “Ini... tempat tinggal mu?”
“Iya. Aku bangun ini dari reruntuhan. Aman dari zombie, ada makanan, air bersih, dan juga sistem otomatis,” jelas Shinn.
Mia menunduk, wajahnya lelah. “Sudah berapa hari aku tidak tidur... Terima kasih, Shinn...”
Shinn menaruh tangan di pundaknya. “Tenang, kamu aman sekarang. Istirahatlah.”
Yuki diam-diam mendekat dan menaruh bonekanya di pelukan anak Mia yang sedang tidur. “Biar dia nggak takut pas bangun.”
Shinn menatap anak itu, lalu berbisik pada sistem.
[Pembaruan Shelter: Penyintas Baru Terdaftar]
Nama: Mia (Dewasa) — Status: Potensial Anggota Shelter
Nama: El (Anak) — Status: Butuh Perawatan Medis Ringan
Shelter sekarang menampung 3 Anak, 2 Dewasa.
Shinn menghela napas panjang. “Sepertinya keluarga shelter kita makin besar ya, Yuki.”
Yuki mengangguk pelan. “Tapi... gak apa-apa kan, Papa? Kita tetap bisa makan bareng?”
“Tentu saja bisa.”
Malam Hari — Atap Shelter
Langit malam cerah penuh bintang, angin sejuk bertiup. Shinn duduk sambil menatap langit, Yuki tidur bersandar di bahunya.
Mia datang, membawa dua cangkir teh herbal hasil racikannya dari tanaman shelter.
“Terima kasih sekali lagi, Shinn.”
Shinn menerima teh itu. “Kamu udah lama sendirian?”
Mia menatap langit. “Sejak suamiku meninggal diserang zombie, aku dan El hanya lari dan sembunyi. Hampir kehilangan harapan... sampai aku coba aktifkan sinyal darurat itu.”
Shinn terdiam. “Kamu kuat... Jauh lebih kuat dari aku, kayaknya.”
Mia menatap Shinn, senyumnya tipis. “Kamu yang luar biasa. Seorang lelaki muda, mengurus anak kecil di tengah dunia gila ini, bangun shelter sendiri, dan tetap bisa tertawa. Itu... gak mudah.”
Shinn memalingkan wajah sedikit, malu. “Aku cuma... pengasuh dadakan. Tapi sekarang, aku ngerasa... aku punya tujuan.”
Mia duduk di sampingnya. “Tujuan?”
Shinn menatap Yuki yang tidur nyenyak. “Menjaga mereka tetap hidup. Dan tertawa.”
Penutup Bab
Shelter Sunyi tidak lagi sunyi. Dengan penghuni baru dan keluarga kecil yang terus tumbuh, Shinn tahu... dunia di luar mungkin penuh bahaya, tapi di dalam sini—ada harapan.
Dan tentu saja, pisang coklat panggang esok pagi.
🍌
mampir kak