Kedatangan seorang wanita sebagai manager baru grup Maverick membuat para member terkejut. Terlebih lagi tidak adanya alasan yang tepat untuk menerima manager baru saat ini. Lantas mengapa perusahaan harus merekrut orang di saat mereka sama sekali tidak memerlukan tenaga tambahan?
Namun karena petinggi perusahaan yang memberi keputusan semua hanya bisa diam dan menerima. Awalnya tidak ada yang salah, semua berjalan sesuai rencana, jadwal dan member semua dalam keadaan baik. Sampai bulan demi bulan terlewati dan masalah pun mulai bermunculan. Mulai dari peristiwa penggelapan dana, pergantian CEO hingga penculikan yang bahkan tidak pernah terlintas dalam pikiran.
Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa masalah datang silih berganti bersamaan dengan kehadiran sang manager baru? Apakah ada rahasia di balik ini semua atau memang semua ini adalah rencananya? Lantas bagaimana nasib para member setelah ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achazia_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Di lain tempat, tepatnya di MS Entertainment, para member Maverick bersama dengan Yun Yeong saat ini berada di ruang tunggu rekaman. Sedang bersiap untuk melakukan rekaman tittle track album baru mereka. Suasana cukup ricuh dengan para member yang saling memberi masukan bagaimana cara paling pas menyanyikan bagian mereka. Namun di tengah antusias para member, Taewon terlihat lebih banyak diam, ia hanya terdengar bergumam sambil sesekali menutup mata padahal biasanya ia akan aktif membantu para member untuk menemukan nada yang pas pada bagian mereka.
“Baiklah karena hari ini sudah cukup siang dan kalian baru saja melakukan perjalanan jauh maka hari ini cukup tiga member saja yang akan melakukan rekaman.” Choi Seo Ah memberikan pengumuman setelah tadi sempat berbincang sebentar dengan Yun Yeong, matanya kemudian mengarah ke arah Marvin, “Marvin, apa kau sudah siap?” Marvin yang memang sudah yakin dengan bagian lagunya segera mengangguk. Kini ia masuk ke ruang rekaman dan memulai sesi rekamannya, sedang member lain masih sibuk mempersiapkan bagian mereka masing-masing.
“Tae, apa kau bisa membantuku?” Jones yang saat ini berada di belakang tempat duduk Taewon menepuk bahunya pelan, namun bukannya menoleh Taewon malah mendesis sakit sambil memegang bahunya. Melihat itu jelas Jones panik. “Hey apa aku memukulmu terlalu kuat, Tae? Apa kau baik-baik saja?”
Mendengar rentetan pertanyaan khawatir dari Jones, Taewon menggeleng pelan. “Tidak Jon, bahuku semalam terbentur dan memar. Kebetulan kau memukul bagian itu.”
“Owh, sorry aku tidak tau. Sepertinya parah, apa kau baik-baik saja? Apa sebaiknya kau kembali ke dorm saja?”
“Aku‒” Belum sempat Taewon membalas pertanyaan Jones, kalimatnya sudah dipotong oleh panggilan Hwa Young yang tiba-tiba sudah berada di depan pintu. “Taewon bisa kita bicara sebentar?” Taewon hanya menjawab dengan anggukan, “kalau begitu ikut aku sebentar!” Kemudian, Hwa Young beranjak. Ia membawa Taewon ke luar ruang rekaman.
Di sini mereka sekarang, di ujung lorong dekat ruang rekaman, berdiri saling berhadapan tanpa ada satu pun yang bicara. Hwa Young yang sibuk menelisik badan Taewon dari atas hingga bawah dan Taewon yang bersandar sambil sesekali mendesis.
Puas menelisik badan Taewon, Hwa Young malah menghela napas, terdengar berat dan penuh beban. “Kau tau kita tak bisa melawan ‘dia’ kan Taewon?! Kenapa kau kemarin malah dengan bodoh menentangnya?! Apa kau ingin mati saat itu?!” Nada rendah Hwa Young seakan menunjukkan seberapa marahnya dia.
“Saya hanya… sedikit lelah semalam maka dari itu saya tak bisa ‘bermain’ dengan baik dan tanpa sadar melawannya. Maaf Noona.”
Lagi-lagi Hwa Young menghela napas, “aku tau kau mungkin sudah muak, tapi ingat Taewon kita bukan apa-apa di matanya, kau bahkan bisa mati kapan saja dia mau, “ Hwa Young menyentuh pundak Taewon pelan, “apa luka mu cukup parah?”
Taewon menggeleng pelan, “hanya memar dan bekas cambukan.”
Hwa Young mengangguk. “Baiklah, tahan sebentar lagi setelah ini kau bisa istirahat. Aku akan coba menahannya agar tak bermain denganmu dalam beberapa hari ke depan. Jangan lupa obati lukamu setelah ini.” Itu adalah percakapan terakhir Taewon dan Hwa Young karena setelah itu Hwa Young berjalan kembali ke ruangannya dan Taewon sendiri kembali ke ruang tunggu rekaman untuk sekedar mengistirahatkan diri.
Namun, tidak ada yang tau bahwa sedari tadi Uta mendengarkan percakapan mereka dari balik dinding dekat jendela sebelah Hwa Young berdiri. “Permainan apa yang sebenarnya mereka bicarakan dan siapa ‘dia’ yang Taewon temui hingga membuatnya terluka?”
****
Waktu sudah bergulir, malam hadir dengan cepat tanpa disadari. Alexa dan teman-temannya masih betah berada di ruang bawah tanah, hanya minus Zhang saja, pria china itu sudah pergi entah kemana.
“Evelyn, Samuel apa kalian sudah siap?” Alexa bertanya sambil memakai kembali jas yang tadi ia lemparkan begitu saja di sofa. Sedang Evelyn juga Samuel sibuk menata peralatan mereka mulai dari pisau lipat, pistol colt hingga peralatan kesehatan. Entah apa maksud dari kata ‘siap’ Alexa tapi yang pasti sekarang mereka bersiap seakan ingin berperang.
Melihat dua orang yang ia tanya mengangguk, Alexa kini mengubah atensinya ke arah Samuel yang masih tetap duduk tenang di depan komputernya. “Pastikan kita tetap terhubung, Sam!” Itulah percakapan terakhir Alexa sebelum ia dan yang lainnya pergi lengkap dengan peralatan yang tadi mereka siapkan.
Malam itu mobil hitam yang dinaiki Alexa dan kedua temennya ikut membelah jalanan Seoul bersama dengan para pekerja. Sebenarnya kemana tujuan mereka hingga harus mempersiapkan banyak senjata? Apakah kalian masih ingat dengan Kang Im Soo? Wanita yang harus mereka cari? Itulah jawabannya, malam ini Alexa dan timnya akan menemui Kang Im Soo dan membawanya pergi sebelum ia ditemukan oleh organisasi musuh.
“Eve, berdandanlah yang cantik! Kenapa wajahmu polos sekali? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk memakai riasan?” Alexa membuka percakapan setelah tadi hanya fokus memoles wajahnya dengan make up.
“Apa sebenarnya rencanamu, Al?” Evelyn membalas perkataan Alexa.
“Mengajaknya bicara, meyakinkannya, membawanya pergi dengan kita lalu pulang dan tidur di apartementku sendiri,” jawab Alexa santai, tangannya saat ini bahkan sibuk menyisir rambutnya yang sedikit acak-acakan.
“Kau pasti sedang bercanda,” Evelyn menatap tidak percaya pada Alexa, “kau bilang orang itu kunci penting tugas utama kita. Kenapa kau malah begitu santai?!”
Alexa melirik Evelyn sekilas, sebelum kembali pada aktivitasnya menata rambut. Ia nampak begitu asik mengepang rambutnya hingga menyerupai Elsa pada karakter film Frozen. “Kita akan lihat dulu bagaimana kondisinya Evelyn, baru setelah itu bertindak dan Daniel berapa lama lagi kita sampai?”
Daniel melihat pada hologram di samping kemudinya yang sedari tadi menunjukkan peta lokasi yang akan mereka tuju. “Masih satu jam lagi kita baru memasuki area Jeonju.” Benar, Jeonju adalah area yang akan Alexa datangi. Area dimana Kang Im Soo tinggal selama ini. Sedikit aneh jika boleh jujur karena awalnya Alexa mengira wanita itu akan tinggal di daerah Seoul dimana banyak anggota kepolisian atau interpol negara berada. Akan tetapi, ia malah berada di daerah Jeonju, kota yang katanya masih otentik dengan kebudayaan Korea.
Bukan tanpa alasan Alexa berasumsi demikian karena pastinya Kang Im Soo membuat perjanjian dengan pemerintah Korea untuk melindunginya selama dua tahun sejak ia keluar dari organisasi itu. Entah apakah di sana ada interpol yang diam-diam mengawasinya atau bagaimana Alexa belum tau, yang pasti malam ini ia harus mendapatkan Kang Im Soo sebagai salah satu pionnya atau rencananya akan gagal.
“Percepat laju kendaraan ini Daniel, kita harus sampai Jeonju sebelum jam 10 malam!”
mampir balike ke ceritaku juga "30 hari"
semoga semakin rame yaaa
Trimakasih kak sudah berkunjung 💜