Ini hanyalah fiktif belaka.
Surya selalu saja dihina oleh juragan Karya dengan kemiskinannya, dia juga selalu dihina oleh banyak orang di kampungnya karena memiliki wajah yang cacat dan juga sudah berusia tiga puluh tahun tapi belum menikah.
Ada bekas luka sayatan di wajahnya, karena pria itu pernah menolong orang yang hampir dibunuh. Namun, tak ada yang menghargai pengorbanannya. Orang miskin seperti Surya, selalu saja menjadi bahan hinaan.
"Jika kamu ingin kaya, maka kamu harus bersekutu denganku."
"Ta--- tapi, apa apakah aku akan menjadi pria kaya kalau bersekutu dengan Iblis?"
"Bukan hanya kaya, tetapi juga tampan dan memiliki istri yang kamu inginkan."
"Baiklah, aku mau bersekutu dengan kamu, wahai iblis."
Akan seperti apa kehidupan Surya setelah bersekutu dengan Iblis?
Akankah kehidupan yang lebih baik? Atau malah akan kacau?
Yuk kepoin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Abang kok baik banget sih?
Mendekati Heni ternyata tidak mudah juga, Surya harus melakukan pendekatan ekstra. Heni merupakan wanita yang begitu hati-hati, makanya Surya tidak bisa mendekati Heni dengan hanya sekedar rayuan saja.
Ini sudah hari ketiga dia mendekati Heni, tetapi wanita itu masih saja menjaga jarak dengan dirinya. Walaupun terlihat begitu baik, tetapi tetap saja membuat Surya kesulitan untuk menggenggam wanita itu di tangannya.
"Apa aku harus minta bantuan iblis saja?"
Surya yang benar-benar merasa kesulitan akhirnya masuk ke dalam ruangan pemujaan, dia menyalakan kemenyan dan menaburkan bunga kembang 7 rupa. Lalu, pria itu memanggil sekutunya.
Ruangan tanpa cahaya itu tiba-tiba saja seperti terbakar, Surya sudah tidak merasa heran lagi. Karena itu artinya iblis yang dia puja sudah datang, api yang berkobar itu tandanya iblis itu sudah ada di sisinya.
"Ada apa kamu memanggilku?"
"Tolong saya, Tuan. Tolong bantu saya untuk menjerat Heni, dia sungguh sulit untuk ditaklukkan."
"Pelet saja dia, biar nempel ke kamu dan akan lebih gampang untuk dikorbankan."
"Tuan benar, caranya?"
Surya tersenyum penuh arti, karena jika dia bisa memelet Heni, itu artinya dia bisa memiliki wanita itu terlebih dahulu, barulah setelah itu akan dia tumbalkan.
Surya lebih melebarkan senyumnya lagi ketika iblis yang dia puja memberitahukan cara-cara untuk memelet wanita itu, Surya sampai tidak bisa tidur lelap malam ini karena memikirkan apa yang akan ia lakukan pagi hari.
"Hai, boleh masuk gak?"
Surya terlihat berdiri di depan gerbang, dia membawa sebuket bunga dan juga makanan untuk Heni. Heni yang baru saja keluar dari dalam rumahnya nampak tersenyum dan menghampiri Surya.
"Boleh, Bang. Itu Abang bawa apa?"
"Bawa bunga, sama bawa makanan juga. Aku yang masak loh, kalau misalkan boleh pengen sarapan bareng sama kamu."
Heni nampak salah tingkah mendengar apa yang dikatakan oleh Surya, sepertinya wanita itu sudah mulai terpikat dengan pesona Surya.
"Ya udah ayo masuk, kebetulan tadi mau beli sarapan. Tapi gak jadi, ada Abang soalnya."
Heni membuka pintu gerbang, lalu dia mengajak Surya untuk masuk ke dalam rumahnya. Heni dengan cekatan memindahkan makanan yang dibawa oleh Surya ke atas piring dan kini mereka sudah berada di meja makan.
"Makanannya enak," ujar Heni.
"Bagus deh kalau suka, terus bunganya suka gak?"
"Suka dong, Abang romantis banget."
"Makanya jadiin Abang pacar Neng, biar kamu di romantisin terus tiap hari."
"Baru kenal, Bang. Masa udah pacaran aja," ujar Heni.
"Ya udah teman tapi mesra aja, oiya. Kapan ulang tahun kamu?"
"Kenapa nanyain ulang tahun?"
"Mau kasih kejutan, biar kamu tambah suka sama Abang."
Heni merasa kalau Surya benar-benar ingin mendekati dirinya, pria itu terlihat begitu serius sekali. Nyatanya, ada udang di balik batu. Hanya saja Heni tidak mengetahuinya.
"Beneran mau kasih kejutan?"
Heni begitu senang mendengar apa yang dikatakan oleh Surya, sudah sangat lama dia tidak mendapatkan kejutan karena kedua orang tuanya berada di luar negeri.
"He'em," jawab Surya dengan senyum yang begitu manis di bibirnya.
"Bulan depan," jawab Heni sambil menyebutkan tanggalnya.
Wanita itu sepertinya sudah mulai percaya kepada Surya, karena dengan lancarnya menyebutkan hari lahirnya dan bahkan tahun sampai bulannya.
"Bentar lagi dong?"
"He'em, tapi Abang jangan ngomong mulu. Heni lagi menikmati makanan yang diberikan oleh Abang, oke!"
"Sip! Tapi, boleh ya, kalau Abang foto kamu?"
"Boleh," jawab Heni sambil berpose.
Surya dengan cepat memotret wanita cantik yang ada di hadapannya, setelah itu mereka berdua sarapan pagi dengan anteng. Terkadang Surya merayu wanita itu dan membuat pipi Heni merah merona.
"Abang pamit dulu," ujar Surya dengan wajah cerianya.
"Ya, Bang."
Surya langsung pergi untuk mencetak foto Heni, kemudian dia pulang kembali ke rumah dan langsung menyimpan foto itu di dalam ruang pemujaan.
"Ck! Kenapa hari ini terasa begitu lama?"
Surya sudah sangat tidak sabar untuk melakukan ritual, ritual penting untuk menggaet Heni. Surya bahkan dari sore hari sudah menyiapkan apa yang diperlukan untuk ritual malam nanti.
"Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba juga," ujar Surya.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, pria itu masuk ke dalam ruangan pemujaan. Lalu, Surya mulai membakar kemenyan dan menaburkan kembang 7 rupa.
Bukan hanya di dekat dupa saja dia menabur kembang 7 rupa itu, tetapi dia juga menabur kembar 7 rupa di dalam bathtub.
"Ini sudah waktunya," ujar Surya sambil membuka seluruh kain yang melekat di tubuhnya.
Surya yang sudah dalam keadaan polos langsung masuk ke dalam bathtub, lalu pria itu duduk bersila sambil memejamkan matanya. Tak lama kemudian dia mulai membaca mantra dan bermandikan air kembang 7 rupa.
Awalnya hawa yang dia rasakan hanya dingin biasa saja, tetapi tak lama kemudian dia merasa jika bulu kuduknya merinding semua.
"Harus tahan, Surya."
Surya memejamkan matanya dengan kuat, karena dia merasa di sebelah kanan dan juga kirinya ada yang mulai mengganggu dirinya. Hingga tak lama kemudian dia bisa bernapas lega karena bisa menyelesaikan ritual pertamanya.
"Tinggal melakukan ritual kedua," ujar Surya sambil keluar dari bathtub dan menggunakan handuk mandi.
Pria itu lalu kembali membaca mantra dan mulai menabur kemenyan di atas api yang membara, lalu pria itu mengambil foto Heni yang sudah dituliskan tanggal lahirnya.
Pria itu membaca mantra pelet sesuai dengan yang sudah diajarkan oleh sang Iblis, tak lama kemudian dia membakar foto Heni di atas dupa sampai foto itu menjadi abu.
"Lihat saja, Heni. Mulai besok kamu pasti tidak akan bisa berkutik," ujar Surya setelah menyelesaikan ritualnya.
Surya merapikan bekas ritual malam ini, setelah itu dia keluar dari ruangan pemujaan dan segera masuk ke dalam kamar utama. Dia memakai baju dan bersiap untuk tidur.
Ting Tong!
Baru saja Surya merebahkan tubuhnya, tetapi dia mendengar ada bel bunyi dengan begitu nyaring. Padahal, waktu menunjukkan pukul 03.00 pagi.
"Ck! Siapa sih? Kenapa ganggu malam-malam kaya gini?"
Surya turun dari tempat tidur, lalu dia keluar dari dalam kamar utama dan melangkahkan kakinya dengan tergesa menuju pintu utama. Tentunya Surya tak langsung membuka pintu, tetapi dia mengintip terlebih dahulu dari balik gorden.
"Ya ampun! Apa benar itu dia? Masa sih datang jam segini?"