Sinopsis : Aku tak pernah menyangka akan mendapatkan perlakuan buruk oleh teman - teman sekolah ku, dari SD sampai SMA aku selalu mendapatkan bullying, entah apa yg mereka dapatkan setelah aku hancur, kesalahan apa yg aku pernah perbuat pada mereka? tanda tanya itu sering melintas di benak ku, aku sangat sedih karna aku selalu mendapatkan hal itu, aku terlahir dengan suara kecil, aku tidak seperti anak laki - laki pada umum nya, karna aku memiliki banyak kekurangan.hidup ku sangat menyedihkan, sampai aku menemukan bakat asli ku sebagai penulis . aku memulai karir di Pf yg aku coba . dan dari sana aku bisa menemukan teman baru. ikuti kisah ku ini .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 11" Apakah?
Aku memandangi langit - langit kamar ku, hembusan angin menyelusup ke dalam tubuhku, diri ini bertanya selalu dalam hati. Apakah aku bisa melewati semua ini ? Tanda tanya itu masih ada, aku belum menemukan jawaban nya. Tetapi biarkan lah waktu yg menjawab semua itu.
" Jangan ngelamun, gimana udah mendingan?" Nenek ku baru saja datang, membawa makanan kesukaan ku. nenek dari bapak atau ibunda bapak, usianya sudah mencapai 84 tahun tetapi masih terlihat segar, pipi nya pun berisi. Jalan nya masih ngebut, terkadang aku pernah capek sendiri saat mengantar nya pulang, karna jalan nya terlalu cepat, hingga aku ikut terseret. Karna aku memengangi tangan nya supaya nenek tidak jatuh.
" Udah kok, aku hanya butuh istirahat" aku tersenyum menatap mata yg kini sudah tak seperti dulu lagi, sekarang mata itu memakai kacamata.
"Sabar ya, Semua akan baik - baik aja , apa lagi masih muda, banyak peluang buat bisa sembuh" nenek sambil tersenyum mengeluarkan makanan itu dari tas selempang nya.
" Iya, aku mau sembuh nek, capek , aku juga mau punya banyak temen, meski aku seperti ini, tapi aku ingin sekali bisa bahagia bersama temen - temen" aku menghela nafas sambil memakan salah satu makanan itu.
" Udah, sekarang nenek mau duduk dulu di kursi , pegel kaki nya" Nenek mengangkat bahu nya sambil memengangi tembok , berjalan menuju ruang tamu .
" Pelan nek" aku membantu nya sambil tersenyum, aku pun duduk di kasur yg biasa aku pakai untuk bersantai sambil menonton TV.
"Nih pisang goreng udah siap" Mamah muncul membawa pisang goreng yg masih panas baru saja di angkat dari wajan berisi minyak panas.
" Asik" Aku mengambil satu dengan garpu karna masih panas.
" Tiup dulu, masih panas tau" Mamah menyimpan piring berisi pisang itu di meja. senyum nya mampu membuat ku bahagia.
" Iya" Aku nyengir sambil meniup pisang itu, rasa manis nya sangat pas, membuat aku makin suka dengan pisang goreng.
Mamah menggelengkan kepala nya melihat ku nyengir, kebahagiaan nya terlihat tapi tanpa di sadari dua butiran hangat jatuh ke pipi nya mengingat semua yg terjadi pada ku. Batin nya menangis saat mamah ingat lagi kejadian kemarin aku di bully hingga kejang ku kambuh. Semua begitu menyesakkan bagi mamah, tubuh kurus ku selalu jadi santapan empuk bagi mereka.kekurangan ku menjadi bahan untuk mereka leluasa membuat ku menderita.
Aku tidak di beri izin dulu untuk mengisi dan mengerjakan tugas sekolah karna mamah takut aku kambuh lagi.
Setiap aku melihat kebahagiaan orang lain terlintas satu pertanyaan di benak ku. Yaitu Apakah aku juga bisa bahagia? Lagi - lagi pertanyaan itu mengusik kepala ku, hingga aku lelah mencari jawaban nya.
" No , makin kurus deh" nenek mengelus pipi ku, sambil sibuk mengunyah pisang goreng itu. giginya masih utuh hanya saja sering sakit .
"Iya nek, tapi aku masih ganteng kan?" Aku mengedipkan mata menggoda nenek ,aku cucu kesayangan nya . Karna nenek lebih mengutamakan aku di bandingkan cucu- cucu nya yg lain.
" Masih dong, makin ganteng loh, putih lagi , karna kamu nggak pernah keluar rumah sih , pulang sekolah nggak main lagi. Itu bagus dari pada main yg nggak karuan , nanti yg ada kamu makin parah sakit nya" Nenek mengecup ku . senyum nya masih terlihat.
" Betul tuh bu, Rino lebih baik di rumah, dari pada main , nanti yg ada di bully lagi" Mamah berjalan mendekati sambil membawa air hangat untuk nenek.
" Iya, zaman sekarang anak - anak nya nakal " Nenek meminum air hangat itu sambil tersenyum.
Aku hanya diam , aku masih belum sanggup untuk masuk sekolah , karna aku masih di bayangi rasa takut itu , apalagi mereka tidak suka padaku.