NovelToon NovelToon
HAWA Hati Wanita

HAWA Hati Wanita

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Poligami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Trysa Azra

Zahra. wanita yang ditinggal oleh lelaki yang dicintainya dihari yang seharusnya menjadi hari bahagia untuk nya dan keluarga.
setelah mengetahui alasan lelaki itu meninggal kan nya entah membuat nya merasa dikhianati atau kembali bersimpati, rasanya dia sendiri tak bisa membaca isi hati nya lagi.
Belum usai rasanya mengobati hati, Zahra justru di hadapkan dengan pilihan menerima pinangan pak kiyai untuk anaknya dan harus rela dipoligami atau menerima mantan tunangan nya kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trysa Azra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sang menantu

Hafidz membawa Aqila ke klinik, raut wajah Aqila terlihat sedikit pucat.

 " siapa Zahra itu mas? Keluarga jauh umi atau Abi? " tanya Aqila penasaran.

 " Dia adiknya Yusuf."

 " Dia mau mondok lagi di pesantren, tapi Abi justru minta dia buat ngajar."

 " Berarti pintar dong mas orangnya sampai Abi yang minta" tanya Aqila lagi menebak.

 " sebelumnya dia sudah pernah mondok enam tahun." cerita hafidz.

" sama umi juga tadi akrab."

" nama nya juga umi, memang beliau mudah akrab kan dengan orang." sahut hafidz.

Aqila hanya mengangguk, namun sebagai menantu yang sudah beberapa tahun masuk ke keluarga suami nya umi pun tak semudah itu akrab meski beliau memang suka mengajak bicara duluan pada orang yang ditemui nya. Entah kenapa ada sedikit rasa cemburu di hati nya karena dia yang menantu umi biasa masih ada kecanggungan diantara mereka.

Di perjalanan mereka pun mengobrol cukup banyak, hingga sampai pada obrolan yang cukup serius.

" mas, aku mau periksa rahim apakah aku mandul atau tidak." ucap Aqila seketika hafidz terkejut.

" Ngapain sih sayang, kamu nggak perlu segitu nya."

Hafidz tau istri nya pasti cukup tertekan karena selalu di tanya Abi soal anak, di pernikahan mereka yang sudah hampir lima tahun tak sekali dua kali Abi menanyakan cucu yang sangat diinginkan nya.

" Biar semua nya jelas, mas." sahut Aqila lagi.

" semua itu nggak menjamin, kalau memang Allah sudah mengizinkan biarpun sudah di nyatakan mandul tetap bisa hamil."

Hafidz masih memberi pengertian.

" Tapi kita juga harus punya ikhtiar kan mas."

jawaban Aqila pun membuat hafidz hanya bisa diam.

Dia tidak ingin membahas nya karena akan membuat perdebatan diantara mereka, tentu saja ini bukan kali pertama mereka membahas soal anak. Hafidz selalu bilang pada Aqila bahwa dia tidak menuntut apa apa pada istri nya terutama soal anak, tapi sebagai perempuan tentu Aqila berpikir berbeda. Cukup sering dia mendengar keluarga besar Abi mempertanyakan anak mereka dan tentu saja demikian karena hafidz adalah satu satu nya anak laki laki kyai Ghafur, beliau sangat ingin mewariskan pesantren ini pada cucu nya. Hafidz mempunyai dua kakak perempuan dan kedua nya sama sama memiliki anak perempuan pula jadi rasanya cukup sukar untuk kyai Ghafur menyerahkan pesantren pada cucu perempuan nya.

Aqila sendiri sebetulnya merasa cukup tertekan karena sejujurnya dia sangat merasa tersisih di keluarga suami nya, dari awal memang pernikahan mereka kurang di restui oleh Abi sebab Aqila bukan dari kalangan pondok. Bisa dibilang Aqila adalah pilihan hafidz sendiri, sebelumnya Abi ingin menjodohkan hafidz pada seorang wanita yang adalah teman beliau namun hafidz menolak dan membawa gadis pilihan nya. Meski begitu sebetulnya Abi dan umi tetap baik dan menerima Aqila sebagai menantu mereka tak pernah membedakan menantu menantu mereka dan memperlakukan seperti anak sendiri tapi tak bisa dipungkiri persoalan anak adalah hal memang cukup sensitif.

" kita bersabar dulu ya sayang ... " kali ini hafidz memohon.

Aqila hanya diam, dia berusaha menenangkan diri.

Mereka akhirnya sampai di sebuah klinik dan segera mengambil antrian, Aqila menunggu dan hafidz mengurus semua nya. Karena klinik ini sudah jadi langganan Aqila dan dokter pun sudah kenal dengan merek dan sebelum nya Aqila sudah mendaftar online, mereka pun tak perlu mengantri terlalu lama.

Di hari yang lain tanpa sepengetahuan hafidz, Aqila memeriksa kan diri nya sendiri pada dokter kandungan. Dia ingin semua jelas bagi nya agar dia tau salah dia dimana karena sebagai wanita perihal hamil dan tidak itu adalah hal yang sangat sensitif dan penting.

Aqila bukan tidak ingin berdamai dengan diri nya dan takdir yang sudah ditetapkan, tapi justru karena dia sudah bisa menerima keadaan dirinya maka dia ingin lebih meyakinkan dirinya. Jika pun ada harapan tentu dia akan mengusahakan dan jika memang kecil kemungkinan dia memiliki harapan maka dia akan benar-benar mengikhlaskan.

" ibu datang sendiri?" tanya dokter.

" iya, Bu dokter."

" sebetulnya akan lebih baik jika anda memeriksa kan diri berdua dengan suami dan sama sama periksa biar tidak ada saling menyalahkan dan bisa saling menguntungkan. Karena apa pun hasil nya itu adalah untuk kedua pasangan. " ujar sang dokter dengan lembut menjelaskan.

" Nanti lain kali dokter saya datang dengan suami, untuk kali ini biar saya dulu saja yang periksa." ujar Aqila menjawab.

"ok. Baiklah. Kita tunggu ya Bu. Semoga hasilnya bagus dan terbaik. Ini hanya pemeriksaan medis, pada dasarnya seakurat apa pun deteksi medis tetap semua kehendak tuhan. Jadi pemeriksaan ini hanya bagian dari usaha kita ya Bu, jangan pernah putus harapan dan berusaha." kembali sang dokter memberi penjelasan yang cukup nyaman di dengar membuat Aqila tidak merasa terlalu gugup.

Aqila pun menjalani semua rangkaian pemeriksaan, tanpa di dampingi sang suami Aqila dengan tekad nya dengan mudah mengikuti semua instruksi dari dokter.

Setelah beberapa pemeriksaan dijalani Aqila pun di perbolehkan oleh dokter untuk pulang, dia merasa lega karena semua berjalan lancar.

" nanti kalau hasil nya sudah keluar kita kabari ya, Bu." ujar Dokter.

Aqila mengangguk.

" ibu jangan stres dan jangan banyak pikiran. Jalani seperti biasa ya... Jangan terlalu tertekan menunggu hasil yang belum keluar." kata dokter menambah kan.

" terima kasih, dok. " ucap Aqila.

" sama-sama, Bu"

Aqila pun segera pulang.

Memang bukan hal yang mudah bagi wanita untuk berdamai dengan keadaan, kadang dia sudah belajar menerima tapi lingkungan dan orang sekitar malah membuat nya jadi tak bisa menerima. Bukan hal tabu lagi di kalangan masyarakat kita bahwa pertanyaan kapan menikah, kapan punya anak dan lain nya di anggap biasa. Padahal tanpa sadar semua bisa saja menjadi beban bagi yang ditanya, pertanyaan yang mereka sendiri tak tau jawaban nya namun dituntut harus bisa menjawab nya.

Seperti itu lah yang di rasakan Aqila, kadang dia merasa sudah kebal dengan semua pertanyaan itu tapi terkadang juga pertanyaan itu membuat nya kepikiran. Merasa bersalah pada diri sendiri sudah tak terhitung lagi, dan me ma'afkan orang yang bertanya tanpa hati pun sudah tak terhitung lagi. sekarang dia hanya ingin punya sedikit kekuatan untuk diri nya sendiri, meski kemungkinan dia pun bisa saja kecewa dengan hasilnya itu tidak mengapa. Setidaknya dia ingin mengakhiri drama pertanyaan kapan dan kapan oleh orang sekitar nya, biar lah orang akan berkata apa karena itu lah cara nya dia bertahan. Orang mungkin tidak mengerti namun dia tau apa yang dia mau.

1
Rahayu Irmayanti
Luar biasa
Trysa Azra: Terima kasih. ikuti terus alur ceritanya ya.. mohon dukungan nya
total 1 replies
Marwah Badriyah
bertanya tanya dari mana bisa membuat kisah ini😁
Heulwen
Saya sangat menikmati ceritamu, jangan berhenti menulis ya author!
Trysa Azra: terima kasih. ikuti terus cerita nya ya
total 1 replies
Codigo cereza
Alur yang penuh dengan pergulatan batin membuat saya terikat.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!