Jatuh cinta pada pandangan pertama ? siapa yang percaya ?
Ziva bersyukur bisa terlepas dari mantan toxicnya atas bantuan Arshaka, tapi suatu ketika karena mantan toxicnya juga hubungan yang sedang mereka jalin harus berakhir.
Setelah kejadian buruk itu Ziva jadi trauma berat. Dan semakin berat pula hidupnya karena hubungannya dengan Arshaka berakhir di waktu yang sama.
Satu tahun terlewati tanpa saling berkomunikasi, mereka tidak sengaja di pertemukan lagi.
Akankah cinta yang selama ini Ziva jaga dan tertanam untuk Arshaka harus dia perjuangkan atau harus dia relakan ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyiem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11.
Hingga satu jam sudah terlewati dan waktu bermain mereka sudah habis.
“Kita makan dulu ya” ajak Arshaka
“Tapi aku yang bayar ya kak”
“Hem”
“Iya gak ?”
“Iya”
“Iya apa ?”
“Iya terserah kamu mau makan apa”
“Kak.. haish..”
“Mau makan apa ?”
“Tapi aku yang bayar ya”
“Mau makan apa sayang ?”
“Ah gak tau lah, nyebelin banget”
Saat baru duduk di dalam mobil, Ziva baru menyadari ada foto seorang gadis berbingkai kecil yang tergantung di spion bagian dalam mobil Arshaka.
“Ini pacar kak Shaka ya ?”
“Bukan”
“Masa sih ? terus foto siapa cewek cantik begini kalau gak ada hubungan apa-apa ?”
“Cemburu ?”
“Kenapa jadi ke sana coba ? orang cuma tanya”
Arshaka menyodorkan ponselnya pada Ziva, “apa lagi ?” tanya Ziva
“Selfie”
“Buat apa ?”
“Nanti aku cetak dan gantung disitu biar orang-orang tau kalau itu foto pacarku”
“Agak lain lah kak Shaka ini, nih hp nya”
“Selfie dulu”
“Gak mau”
“Sayang”
“Kak, tau gak kalau ini termasuk pelecehan”
“Dari mananya pelecehan ?”
“Ya dari semua ucapan dan sikap kakak ke aku malam ini”
“Aku atau kamu tersangkanya ?”
“Kakak lah”
“Kamu gak ingat sama kejadian tadi ?”
“Ke-Kejadian apa ?” Ziva langsung memalingkan wajahnya dari pandangan Arshaka
“Benar gak ingat ?”
“Eum.. lapar nih kak, bisa cepat sedikit gak ?”
“Ingat gak ?”
“Astaga.. iya iya aku ingat, aku minta maaf, tadi gak sengaja”
“Sengaja juga gak papa, selama cuma sama aku, paham ?”
“Kak-”
“Iya aku tau aku terburu-buru, tapi ke depannya aku gak akan desak kamu lagi, oke ? cukup bisa ngobrol dekat kaya gini di luar kerja, gimana ?”
“Ingat pacar kakak ini loh kak” seru Ziva menunjuk foto yang tergantung tadi
“Udah dibilang itu bukan pacarku”
“Terus yang mana pacar kakak ?”
“Ada, masih sama cowok lain”
“Hah ?”
“Dia masih punya pacar, Ziva”
“Jadi kakak selingkuhannya ?”
Arshaka terkekeh mendengar ucapan Ziva. Gemas sekali dia sampai mencubit pipi Ziva yang berisi seperti kelinci.
“Sakit kak” keluh Ziva mengusap pipinya
“Salah sendiri gemesin”
“Ck, tukang aniaya” gerutu Ziva
“Lama-lama kamu aku culik mau ? aku bawa pulang”
“Gak ! gak ! gak !”
“Dari tadi gak ada habisnya loh Zi, kamu mau makan apa ? nanti tambah malam”
“Oh iya, ya udah apa aja kak”
“Ya udah makan disini aja ya” ucapnya bersamaan dengan masuknya mobil ke halaman parkir sebuah kafe
“Kak, ingat loh, aku yang bayar”
“Kalau kamu mau bayar, cukup luangkan waktu kamu buat hubungin aku. Aku gak akan biarin kamu nunggu balasan chat aku lebih dari satu menit. Kapanpun kamu butuh teman ngobrol, telepon aku, video call aku, aku pasti angkat”
Ziva tertegun mendengarnya. Selama ini hal seperti inilah yang dia butuhkan. Perhatian-perhatian kecil yang dia harapkan dari pasangannya terhadap dirinya.
“Ayo, udah malam.. aku gak mau kamu pulang kemalaman dan kurang istirahat karena besok yang isi materi kebanyakan dari para manager hotel, aku sama Bagas cuma jadi perantara aja”
“Oke”
..
Saat menunggu pesanannya tiba, lagi-lagi ponsel Ziva berdering dengan penelepon yang sama.
“Apa ?”
“Nyokap lo telepon gue, anaknya ke mana jam segini belum pulang juga !” teriak Bianca di seberang sana
Arshaka sampai menahan tawanya melihat ekspresi Ziva saat menjauhkan ponselnya dari telinganya.
“Iya gue belum pulang, lagi makan”
“Sendiri ? galau banget sih lo, kadal kaya begitu aja lo galauin”
“Ck, gak ada hubungannya sama dia”
“Ya terus ? lo makan dimana ? gue sama Kenny ke sana deh”
“Gak usah, sebentar lagi juga gue pulang”
“Curiga gue”
“Apa sih ?”
“Gue yakin nih lo gak sendiri, iya kan ?”
“Bi”
“Kan.. lo makan sama siapa ?”
“ Orang, Bi”
“Siapa juga yang kira lo bakalan makan sama jin, Zivana Kirani ?!!”
Teriakkan Bianca bahkan bisa terdengar ke telinga Arshaka yang duduk di depan Ziva.
“Gue gak budeg ya !”
“Ya lagi jadi manusia kok nyebelin banget”
“Dah jangan ganggu gue”
Tuutt..
“Kenapa gak bilang aja ?”
“Bilang kalau aku makan sama kakak gitu ?”
“Iya”
“Kayanya kakak berharap gendang telinga aku ini pecah ya ?”
Arshaka terkekeh pelan, baginya, interaksi antara Ziva dengan Bianca sangat menghibur dirinya yang selama ini tinggal di hutan pedalaman.
Keduanya makan malam bersama tanpa mengeluarkan suara. Itu karena Arshaka sadar ini sudah cukup malam dan dia tidak mau menyita waktu Ziva lebih lama lagi.