Kejadian tak terduga di pesta ulang tahun sahabatnya membuat seorang gadis yang bernama Recia Zavira harus mengandung seorang anak dari Aaron Sanzio Raxanvi.
Aaro yang paling anti wanita selain ibunya itu, tiba-tiba harus belajar menjaga seorang gadis manja yang takut dengan dirinya, seorang gadis yang mengubah seluruh dunia Aaro hanya berpusat padanya.
Apakah dia bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya?
Apakah dia bisa membuat Cia agar tidak takut dengannya?
Dapatkan dia dan Cia menyatu?
Dapatkah Cia menghilangkan semua rasa takutnya pada Aaro?
Ayo baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZaranyaZayn12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebelas
"Cia ikut Mama aja," Ujar Cia setelah mengumpulkan keberaniannya.
"Yaudah ayo sayang," Ujar Sana menggandeng tangan Cia lembut.
Mereka pun berjalan menghampiri kumpulan remaja yang tengah berkumpul itu.
Walaupun sedari tadi dia bersama temannya yang lain, namun tatapan Aaro tetap saja masih terfokus pada Cia. Mengamatinya dari jauh! Memastikan keamanan Cia dari jauh.
Aaro tersenyum senang saat melihat Cia dan Mamanya yang berjalan ke arahnya.
"Ngapain lo ketawa sendiri Aa?" Tanya Zaki menatap Aaro heran.
"Wah... udah gila ya lo?" Tanya Dita yang tidak di hiraukan oleh Aaro.
"A'? Yupinya Cia mana?" Tanya Sana setelah berada di depan Aaro dengan Cia yang bersembunyi di belakangnya.
"Ada sama Aaro Ma," Ujar Aaro.
"Cianya mau minta A'," Ujar Sana yang membuat Aaro menyerngit.
"Kan Cia yang mau, harusnya Cia yang minta Ma. Bukan Mama!" Ujar Aaro dingin.
Masih belum mau menerimanya? Apakah Aaro semenakutkan itu? Pikir Aaro.
"Ayo sayang, kamu minta yupinya sama Aaro ya?" Bujuk Sana mengusap rambut Cia sayang.
"Cia takut Ma," Gumam Cia.
"Kalau kamu yang mau, minta sendiri dong. Jangan nyuruh-nyuruh Mama Sana yang minta! Gak sopan banget nyuruh-nyuruh orang tua!" Ketus Aisyah yang memuat Cia semakin menunduk.
"Heh! Lo biasa aja dong kalo ngomong! Jangan sok baik lo! Bilang orang gak sopan lagi!" Ketus Risa ketika mendengar perkataan Aisyah.
"Maaf!" Lirih Cia.
"Siniin yupinya! Ayo Ci!" Ujar Risa ketus kemudian mengambil yupi yang berada di tangan Aaro kemudian merangkul Cia menjauhi kerumunan itu.
"Gak punya otak banget sih anjing!" Maki Risa.
Risa membawa Cia agar duduk di bawah pohon mangga yang tadi di panjat oleh Cia, mengangkat wajah Cia yang sedari tadi menunduk dalam.
"Udah Ci, gak apa-apa! Apaan sih cewek hijab kaya gitu tapi mulutnya gak bisa di jaga." Maki Risa dengan kesal.
Di usapnya pipi Cia yang sudah banjir oleh air mata itu dengan lembut.
"Lo jangan dengerin kata-kata wanita iblis itu ya? Udahan nangisnya Ci! Nih liat! Gue bawain Yupinya!" Ujar Risa menunjukkan yupi yang di pegangnya.
"Cia salah ya Risa?" Tanya Cia menatap mata Risa dengan perasaan bersalahnya.
"Enggak Ci! Lo gak salah!" Ujar Risa tegas.
Cia memang tidak salah! Salahkan saja Aaro yang membuat Cia takut kepadanya! Salahkan saja Aaro yang membuat Cia tidak mau dekat dengannya.
"Kalau lo sekali lagi di bacotin sama tuh orang sok alim, bilang sama gue! Tai banget tuh orang!" Kesal Risa. Di usapnya rambut Cia lembut kemudian memberikan Yupi yang berada di tangannya kepada Cia.
"Makasih Risa." Ujar Cia dengan senyumannya.
Risa tersenyum melihat Cia yang tersenyum senang. Dia akan melakukan apa saja agar Cia tetap tersenyum. Tidak seperti belakangan ini, wajah Cia lebih sering menunjukkan kesedihan yang membuat Risa lagi-lagi merasa bersalah.
Andai waktu itu dia tidak mengajak Cia untuk menemaninya. Andai waktu itu dia tidak meninggalkan Cia sendirian. Andai! Hanya kata-kata Andai yang membuat Risa membenci dirinya sendiri.
Gara-gara dirinya Cia harus mengalami ini semua, gara-gara dirinya Cia menjadi trauma, gara-gara dirinya masa depan Cia hancur, gara-gara dirinya! Ini semua gara-gara Risa! Sesalnya.
"Risa kenapa bengong? Nanti Risa kesambet loh!" Ujar Cia dengan senyum yang Risa rindukan beberapa hari belakangan ini.
"Gak apa-apa Ci. Lo makan gih yupinya, mau pulang bareng gue gak?" Tanya Risa yang di angguki oleh Cia dengan antusias.
"Mauuu!" Semangatnya, namun, tiba-tiba menunduk sedih.
"Tapi Mama Sana gimana?" Lirihnya.
"Udah! Gak apa-apa! Biar gue aja yang pamitan nanti!" Ujar Risa menyakinkan.
"Cia! Kamu Mama cariin ternyata disini!" Ujar Sana berjalan menghampiri Cia, bersama Zio di sampingnya.
"Maaf Mama! Cia duduk disini makan yupinya sama Risa!" Ujar Cia dengan tersenyum lebar.
"Iya sayang gak apa-apa, Mama kira kamu kemana? Mama udah takut ih!" Kekeh Sana sembari duduk disebelah Cia.
"Risa mau pamit Tante," Ujar Risa yang membuat Sana mengalihkan perhatiannya pada gadis itu.
"Loh? Kok cepet banget sih Ris?" Ujar Sana heran.
"Main sama anak-anak yang lain aja dulu Ris," Saran Zio yang mendapatkan gelengan kepala Risa.
"Risa gak suka sama orang-orang itu Om, maaf!" Ujar Risa dengan jujur.
"Mereka terlalu mudah bicara tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi," Ujar Risa dengan acuh.
"Kita pamit dulu Om, Tante!" Ujar Risa kemudian bangkit dari duduknya kemudian mengulurkan tangannya ke arah Cia yang di sambut dengan antusias oleh Cia.
"Loh? Kamu pulang sama Cia?" Tanya Sana lesu yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Risa.
"Boleh Tante? Om?" Tanya Risa.
"Kalau Cia maunya gitu Tante sama Om gak bisa larang sayang," Jawab Sana dengan pelan.
"Maafin anak-anak tante dan yang lainnya ya Risa, Cia." Ujar Sana dengan perasaan tidak enaknya pada Risa dan Cia.
"Gak apa-apa Tan," Ujar Risa maklum.
"Makasih sayang, Cia gak mau pulangnya nunggu Mama aja?" Tanya Sana dengan tatapan berharapnya.
"Maaf Tante, bukannya Risa mau ikut campur. Tapi Risa takut Cia gak bisa berbaur dengan mereka, mereka terlalu jahat menurut Risa. Mereka terlalu baru buat Cia nya Risa Tante, Risa takut kalau biarin Cia sendirian disini. Mereka terlalu bahaya buat Cia! Risa gak mau lebih merusak Cia nya Risa yang udah rusak karena Risa Tante. Risa gak mau Cia sendirian. Risa gak mau Cia sedih karena perkataan mereka Tante, Risa gak mau nambah beban Cia lagi. Maaf Tante!" Ujar Risa dengan yakin dia berbicara dengan jujur tanpa satupun hal yang di tutupinya. Memang itulah yang di takutkannya. Risa takut meninggalkan Cia sendirian disini! Risa masih belum bisa mempercayai mereka! Itu intinya!
"Maafin kejadian tadi ya Risa, Cia. Tante tau mereka salah. Tapi Tante yakin! Aaro pasti jagain Cia! Istrinya!" Ujar Sana masih berusaha meyakinkan Risa.
"Om yakin Aaro bakal jagain Cia seperti kamu menjaga Cia, Risa. Malah Om yakin Aaro pasti menjaga Cia bahkan dengan nyawanya sendiri." Ujar Zio mengatakan apa yang diyakininya. Dia yakin putranya pasti tidak akan melakukan hal yang membuat Cia bahaya ataupun menyakiti Cia. Zio jamin itu.
"Maaf Om, Tante, omongan memang mudah, tapi pembuktiannya yang sulit." Ujar Risa tetap kekeh pada pendiriannya.
"Lo bisa percayain Cia sama Gue!" Tiba-tiba suara dingin itu datang membuat Cia segera bersembunyi di belakang Risa dengan cepat membuat Risa yang mendengar perkataan Aaro pun memutar matanya remeh. Risa bahkan bisa merasakan genggaman erat Cia pada tangan kanannya, jadi bagaimana bisa dia tega meninggalkan Cia sendirian di sini?