Jingga lelah dengan kehidupan rumah tangganya, apalagi sejak mantan dari suaminya kembali.
Ia memilih untuk tidak berjuang dan berusaha mencari kebahagiaannya sendiri. dan kehadiran seorang Pria sederhana semakin membulatkan tekadnya, jika bahagianya mungkin bukan lagi pada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Jingga dan Danish disambut dengan masakan rumahan yang dibuat Mbok yum, yang memang sudah diberitahu Danish jika atasannya itu hendak berkunjung.
"Ibuk! Tumben Bapak mau diajak ke perkebunan? Biasanya sama mbak mbak dan supir. Kata ibuk nunggu linggis mengapung dulu baru bapak mau diajak pergi berdua...Apa Linggis udah pada mengapung yak...?" Canda Mbok Yum yang berdiri bersisian dengan Jingga. Mereka berdua tengah mencuci piring kotor sisa makan siang tadi.
"Udah ada Mbok....di Jakarta Linggis udah pada mengapung tau..Memangnya disini enggak?" Jingga terkekeh kecil.
Tanpa mereka sadari seseorang diambang pintu mendengar pembicaraan dua wanita berbeda generasi tersebut.
"Ih....Ibuk ini mana ada Linggis bisa mengapung!"
"Nah tuh tau...! Bapak mungkin ada urusan di perkebunan Mbok, karena dia bingung mau ajak siapa jadilah Aku di comot secara tidak sengaja."
"Ah....Ibuk ini ada ada saja mana ada yang begitu, mungkin karena bapak ingin berduaan sama istrinya saja..."
Jingga tersenyum masam...
Memangnya seberapa berarti dirinya bagi Danish sehingga pria itu meluangkan waktu untuknya?
Danish tidak nyaman mendengar setiap kata yang diucapkan Oleh Jingga..ia merasa Jingga terlalu merendahkan dirinya. Padahal ia khusus mengajak Istrinya karena benar benar ingin membawanya berlibur berdua. Danish tak mau Jingga kembali berfikir mengenai perpisahan.
Jingga duduk diteras Belakang Villa. ini adalah tempat kesukaannya, ia sendiri yang menata bagian teras ini. Didepan hamparan hijaunya kebun teh yang luas nampak begitu memanjakan mata, aroma pucuknya pun sangat lembut menyapa indra penciuman, sesaat Jingga mampu melupakan permasalahan rumah tangganya bersama Danish, bahkan ia hampir saja tertidur dengan posisi duduk diatas ayunan rotan gantung jika tidak mendengar betapa berisiknya langkah kaki Mbok Yum yang datang dengan dua cangkir coklat panas dan kue surabi hangat.
"Mbok....." Panggil Jingga pelan.
"Iya Buk...."Mbok Yum sambil menata yang ia bawa di Meja bundar dekat Ayunan yang dimaksud Jingga.
"Nanti Ayunan rotan ini bawa kerumah Mbok saja ya."
"Kenapa Buk? Ibuk mau ganti yang baru?" tanya Mbok Yum, ia berdiri seraya memeluk nampannya. Wanita tua itu melihat ada yang aneh dengan majikan wanitanya itu. Jika biasanya Jingga selalu nampak ceria setiap ke Perkebunan berbeda dengan hari ini wanita itu terlihat lebih pendiam. Entah mungkin karena ia datang bersama suaminya! Pikir Mbok Yum.
Jingga menggeleng pelan, "Saya mungkin tidak akan naik ayunan ini lagi Mbok." Lagi lagi Jingga tersenyum lembut. Ia menatap Mbok Yum dengan pendar mata penuh luka.
"Ibuk....."
"Mbok...bisa masuk sebentar!" Titah Danish tegas. Dan tanpa fikir panjang Mbok yum menuruti perintah Danish yang terdengar begitu datar dan dingin.
"Abang duduk sini deh....ada coklat panas dan surabi." Jingga begitu lihai mengubah mimik wajahnya. Ia menggeser tubuhnya agar Danish bisa duduk disebelahnya.
Danish tak menolak, untuk pertama kalinya setelah tiga tahun mereka akhirnya bisa memiliki moment seperti ini.
Ada debaran yang dirasakan Danish namun kali ini tidak membuatnya ketakutan dan menggigil. Sedangkan Jingga jangan tanya lagi ia selalu berdebar tiap kali menatap suaminya , tapi kini ia mencoba membangun benteng agar debaran itu tak lagi Menyeruak seperti dulu.
"Kita ganti ayunannya dengan yang lebih besar, ini terlalu sempit." Ucap Danish. Padahal ia sama sekali tak merasa sesak karena ayunan itu memang dirancang untuk dua orang.
"Memangnya Mbak Alea suka ayunan juga Bang?"
"Maksudnya?" Tatapan yang tadi menatap hamparan kebun teh itu tiba tiba saling bersirobok.
Jingga menundukkan pandangan lalu tersenyum kecil, "Aku hanya bertanya bang. Bukankah dekorasi suatu tempat harus sesuai dengan kemauan pemiliknya." begitu Sakit saat mengucapkannya dan Jingga lelah dengan rasa sakit ini.
"Perkebunan ini Milikmu Jingga!" Tegas Danish. Ia belum siap membahas apapun mengenai hubungan rumit ini.
"Hanya sebagian kecil bang, sisanya tetap milik abang."
Hening....
Perasaan Danish begitu gusar. Masalah Rumah tangga dan Perusahaan yang datang bersamaan benar benar membuatnya Kalut.
"Beri aku waktu Jingga....jujur aku bingung dengan perasaanku sendiri." Nada suara Danish kembali normal.
Jingga tak menanggapi permintaan Danish, bukankah waktu tiga tahun sudah lebih dari cukup?
"Abang begitu mencintai mbak Alea ? Lalu kenapa Abang menerima perjodohan ini?" Jingga pernah membayangkan saat pertanyaan ini terlontar ia akan mengamuk tak karuan sambil menangis. Namun ia salah, Jingga berhasil menguasai dirinya meski segumpal daging bernama hati didalam tubuhnya seakan hancur berkeping keping.
"Itu takdir aku tidak akan membahasnya. Jingga please jangan bicara perpisahan lagi beri aku waktu menyelesaikan semuanya dengan caraku sendiri, entah itu masalah perusahaan ataupun Alea." pendar mata Danish mengisyaratkan permohonan yang mendalam
"Selesaikanlah bang...." Jingga mengusap wajah Danish dengan lembut, kemudian bersandar dibahu suaminya. memejamkan mata dalam menahan agar buliran air matanya tak lagi keluar.
Bayangan hal romantis ini selalu terlintas dibenaknya, ia ingin bersandar seperti ini, dipeluk tanpa sebab, dan hal lainnya. Sayangnya Danish tak pernah melakukannya. Dan mirisnya Danish bersedia melakukannya saat ia memutuskan untuk menyerah.
"Aku ingin melihat Senja di Atlantis......" gumam Jingga yang masih bisa didengar Danish. Gadis itu tersenyum dalam lamunannya.
ia berdiri di bibir pantai sembari menatap sang Jingga, sesekali ia menoleh dan melambai pada Seorang Pria yang tengah memainkan kuas diatas kanvasnya. Pria itu akan selalu tersenyum Teduh setiap kali melihatnya. Sangat Indah.....
Koa......
Akankah ini berakhir seindah itu?
'Jangan menghayal bisa pergi Jauh Jingga, karena aku tak akan melepasmu!' Danish membatin!
"Abang.....boleh aku tidur dibahu Abang?rasanya sangat nyaman.." Masih dengan mata yang terpejam, Jingga berujar sangat Lirih. Penantian tiga tahunnya tidak sia sia, pada akhirnya ia bisa bersandar dibahu bidang suaminya sendiri meski terjadi di saat saat terakhir mereka.
"Tidurlah..."Danish mengusap kepala Jingga pelan. Ada sebuah rasa nyaman saat mereka saling bersandar seperti ini. Sesaat Danish melupakan Sekelumit masalah perusahaan yang memborbardirnya beberapa bulan ini. Ia sudah lama menantikan ketenangan jiwa seperti ini.
Danish menggenggam tangan putih Jingga yang terulur dipahanya, begitu mungil dan halus....andai ia tahu didekat Jingga bisa senyaman ini maka akan ia lakukan dari tiga tahun yang lalu.
Pria tiga puluh tahun itu tersenyum miris, ia selalu berfikir Jingga adalah wanita menyebalkan yang membuatnya tak bisa bersatu dengan sang kekasih.padahal ini murni karena keinginan Kedua orang tuanya, Danish sadar ialah yang egois dalam hubungan ini.
"Jingga kau tertidur.....?" Panggil Danish.
"Hemmm." jawab Jingga lemah.
"Apa kita harus memiliki anak?"
"Hemmm."
'Seorang anak yang akan kurawat seorang diri Bang' Batin Jingga.
"Sepulang dari sini lepas KB mu!"
Yang tidak diketahui Danish sudah beberapa bulan Lalu Jingga melakukannya untuk mempertahankan rumah tangga ini.
semoga ada karya baru yg seindahhh ini... aamiin
semua karya author yg pernah aku baca keren semua... 👍👍👍
(sedih banyak penulis yang keren yang gak lanjut disini)