Anindiya Dianka Putri
Gadis cantik yang harus rela menelan pil pahit di hari pernikahan nya. Sang calon suami membatalkan pernikahan mereka tepat di hari pernikahan mereka karena dia harus menikahi gadis lain setelah empat tahun mereka menjalin asmara namun semua nya hancur dalam sekejap
Sekuat apakah hati Anin menghadapi semua ini, akan kah kebahagian datang menghampiri serta bisa mengobati luka hati yang sedang dia derita dan apakan Anin mau membuka hati nya kembali setelah pengkhianatan itu.
Hingga datang seseorang di hidupnya, mengacaukan kinerja otak nya, mengenalkan diri dengan status yang berbeda dengan diri Anin.
Bagaimana kelanjutan nya apa mereka bisa menerima status satu sama lain
Cerita hasil karya sendiri....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta 1
Malam ini Anin sudah tampil dengan cantik gaun biru tanpa lengan disalah satu lengan gaun nya. Dengan make up natural ,rambut panjang nya dia gerai membuat penampilan Anin fres serta cantik.
Waktu menujukan hampir pukul 7 malam tapi Damar belum juga datang untuk menjemput nya. Anin mengambil dompet pesta nya dari dalam lemari kaca yang khusus menyimpan tas serta dompet nya. Dengan langkah lebar Anin keluar dari kamar nya agar bisa menunggu Damar di lantai bawah.
Saat Anin turun dia melihat kedua orang tua nya tengah berbincang di ruang tengah, sembari menonton chanel televisi kesukaan mereka.
"Yah, Bun." Ayah dan Bunda menoleh pada Anin yang baru saja menginjakan kaki nya di tangga terakhir.
"Wah mau kemana kak, anak bunda kok udah cantik banget sih."
Anin mendudukan diri nya di sebelah sang Ayah dengan bergelayut manja pada pria paruhbaya itu "Anin mau nemenin kak Damar ke pesta pertunangan salah satu klien kerja nya."
Bunda terlihat bermain mata pada Ayah Ardhan, Ayah yang mengerti hanya tersenyum menanggapi bunda yang terlihat penasaran pada putri mereka itu.
"Yakin cuma nemenin ke pesta, gak ada acara kencan buta gituh."
Anin hanya mendengus mendengar ucapan bunda nya itu gadis berusia hampir 24 tahun kurang satu bulan itu semakin mengeratkan dekapan nya pada tangan sang Ayah.
"Kencan buta apa sih bun, orang Anin cuma mau nemenin kak Damar aja kepesta itu. Lagian kak Damar yang ngajak Anin, sedikit maksa lagi. Ya karena Anin ngerhargain terus itu juga sebagai tanda rasa terimakasih Anin sama kak Damar karena sudah mau membantu Anin, jadi Anin gak tega nolak nya."
Bunda hanya bisa menghela nafas nya kasar, sampai kapan putri nya ini bisa membuka hati nya lagi untuk orang lain. Apa kah akan ada laki laki baik yang mampu menghidupkan kembali hati Anin yang sudah mati rasa.
"Kak, coba dengerin bunda sebentar saja ya." Bunda kini berpindah duduk nya yang tadi berada di dekat Ayah kini Bunda mengubah posisi nya tepat di samping Anin.
"....Bunda cuma mau bilang, coba kamu buka hati kamu sedikit saja kak untuk laki laki yang mau mengenal kamu lebih jauh. Kasih mereka sedikit kesempatan, ikhlas kan semua yang sudah terjadi, buka lembaran baru hati kamu kak. Jangan biarkan kisah masa lalu yang pahit itu terus membelengu dalam hati kamu sayang. Bunda mengerti dan juga bisa merasakan apa yang kamu rasakan selama ini kak, tapi cobalah perlahan lahan saja."
Anin terlihat mengalihkan pandangan nya kearah lain saat melihat wajah sendu bundanya. Anin tidak akan kuat saat melihat bahkan mendengar bunda menangis atau bahkan bersedih. Tapi di sisi lain hati nya begitu sulit untuk terbuka, hati nya kini seakan terkunci dari dalam. Hati Anin mati rasa, perasaan nya mati seketika saat itu juga ketika seorang Tirta menghancurkan nya.
"Sudah lah bun, biar kan Anin menangkan hati nya terlebih dahulu. Jangan paksa dia untuk membuka hati di saat hati anak kita masih menyimpan luka dan belum siap untuk itu. Kita ikuti saja alur hidup yang sudah berikan Tuhan, kalau memang jodoh Anin sudah dekat itu tidak akan kemana. Sudah, bunda tidak melihat wajah pasi putri kita saat membicarakan masalah ini, hati nya belum siap bun."
"Tapi Yah."
Bunda terdiam saat pandangan Ayah mengisyarat kan bunda untuk tidak ikut campur dalam perasaan putri nya. Sebagai orang tua mereka hanya bisa mendukung serta memberikan wejangan yang baik ketika anak anak mereka keliru.
Tin...Tin..
Obrolan serius mereka bertiga terhenti saat mendengar klakson mobil dari luar rumah mereka.
"Kak Damar udah datang, Anin berangkat dulu ya Bun Yah."
Bunda terlihat menghela nafas nya, lalu mengangguk "Maafin bunda ya kak, sudah terlalu memaksa kamu. Bunda cuma tidak ingin kamu terus begini, bunda juga ingin melihat kamu bahagia kak walaupun bukan dengan laki laki itu."
Anin hanya tersenyum medengar ucapan Bunda, Anin meraih tangan bunda nya lalu mengecup nya berkali kali "Anin ngerti kok,udah ya bunda jangan sedih lagi."
Ayah tersenyum melihat interaksi anak serta istri nya itu. Sebagai kepala keluarga Ayah merasa tidak becus memberi kebahagian pada putri satu satu nya itu.Bahkan saat putri nya itu di campakan di hari pernikahan nya Ardan tidak bisa melakukan apa apa. Yang hanya bisa dia lakukan hanya berdoa pada Tuhan, supaya Tuhan lah yang membalas segela sakit hati dia serta keluarganya terutama Anindiya. Ya walaupun si bungsu Arlan sempat menghajar mantan calon kakak ipar nya itu hingga bonyok bonyok.
"Sudah, itu Damar udah di luar kasihan nunggu."
Anin mengangguk, Bunda dan Ayah mengantar Anin ke depan. Dan benar saja Damar sudah berada di sana, dengan tampilan rapi nya. Jas hitam kemeja putih serta dasi kupu kupu yang melingkar di leher nya menambah kesan tampan nya bertambah berkali kali lipat.
"Om Tante."
Damar menyalami Ayah dan Bunda Anin dengan sopan saat melihat siapa yang bersama Anin ketika pintu rumah terbuka dari dalam.
"Mau masuk dulu nak."
Damar terlihat mengecek jam yang ada di tangan kanan nya, waktu menunjukan pukul tujuh malam lewat.
"Maaf tante seperti nya lain waktu saja, kita udah hampir telat. Om Damar izin mau minjem anak gadis nya dulu ya."
Ayah terlihat menatap penuh intimidasi pada laki laki yang tengah meminta izin padanya. Bukan meminta izin membawa anak nya tapi meminjam sebentar. Ya bener sih kata Damar minjem sebentar, karena pastinya nanti Anin di kembalikan lagi pada nya. Kalau Damar bilang nya meminta, berarti Anin tidak akan Damar kembalikan.
"Balikin nya harus utuh seperti ini, tidak kurang satu apapun."
"Beres Om."
Anin yang mendengar ucapan Ayah serta Damar hanya bisa mendengus. Apa coba maksud mereka berdua ini, mereka kira Anin barang apa dipinjam lalu di balikin.
"Anin bukan oven bunda yang sering di pinjam bu Risma ya Yah make acara di pinjem sama di balikin."
Dengan wajah cemberut, Anin menyalami Ayah dan Bunda untuk pamit dan tanpa menunggu Damar, Anin sudah terlebih dahulu mendekat ke mobil Damar lalu segera masuk ke bangku penumpang di sebelah kemudi.
"Damar sama Anin pamit ya Om Tante, Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam."
Bunda dan Ayah yang melihat tingkah anak nya itu hanya bisa geleng geleng kepala. Pemilik mobil nya saja masih di luar dan belum berpamitan, lah Anin yang jadi penumpang sudah main masuk saja.
Bunda melambaikan tangan nya saat pada Anin saat mobil Damar sudah keluar dari area rumah mereka.
"Mereka cocok ya Yah." Ayah yang mendengar itu hanya bisa tersenyum
"Doakan yang terbaik saja Bun."
Didalam mobil hanya terdengar alunan lagu dari Camila Cabello 'Havana' Dari mp4 mobil Damar. Anin serta Damar masih terdiam satu sama lain
"Kamu cantik."
Anin yang sedari tadi mengalihkan pandangan nya keluar jendela langsung menoleh pada Damar yang malah terlihat kikuk saat di pandang penuh selidik oleh Anin.
"Kakak gombalin aku."
**HOLLA MET PAGI SEMUA NYA SEMOGA SELALU DALAM KEADAAN SEHAT WAL'AFIAT YA
YUK DI GOYANG LAGI JEMPOL SERTA JARI NYA UNTUK MEMBERI LIKE VOTE DAN JUGA KOMENAN NYA
SEE YOU NEXT PART
THANK YOU
BABAYYYYYY....MMMUUUUAAAACCCHHH**....