Pada masa modern jaya pura, Krani, seorang pendidik yang bekerja di sekolah negeri favorit terlibat dalam sebuah drama politik, forum pencitraan dan manusia seribu topeng yang menyebabkan ia harus berurusan masalah tiada henti. Sebuah peristiwa membuatnya tidak sadarkan diri, kemudian dia menemukan dirinya berada di era jaya pura zaman lalu dan terperangkap dalam tubuh seorang perempuan bernama Renggana yang ternyata akan menikah dengan Raja Paku bumi.
Sejak saat itu Krani dalam tubuh Renggana harus menyesuaikan diri dengan jaman Jaya wilayah wangsa selatan sebagai ratu Renggana juga terlibat dalam intrik kerajaan. Berbagai kejadian yang tidak terduga muncul selama Krani hidup sebagai Renggana. Berhasilkan kah kembali ke masa modern dan keluar dari tubuh Renggana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARSY AL FAZZA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tangkap
Pada hari nini, Krani seolah-olah seutuhnya berubah menjadi ratu Renggana. Perasaannya yang semua dingin, tidak pernah sedikitpun terbesit memikirkan sang raja Paku buana berubah ingin mencari tau keadaannya.
“Ini sudah malam ke tujuh. Apa si raja gila itu masih mengurus si selir Nah? Bahkan seharusnya dia harus menanyakan berapa selir yang lebih cantik dan tidak berhati busuk seperti selir Nah yang ingin membunuh ku” gumam sang Ratu.
Dia menarik selembar kertas, menulis sebuah kalimat singkat. _Apakah kau si sebut Matahari_
Terkirim dengan singkat. Tidak hanya selembar surat, sang raja menerima lima lembar kertas dengan isi yang sama. Raja paku bumi tertawa terbahak-bahak, dia bahkan kesulitan menjawab balasan surat untuk sang ratu.
_Wahai ratu ku, seutuhnya aku sang Surya yang akan bersinar jika kau mencintai ku . Bagaimana Cahaya ku akan menerangi negeri Wangsa jika engkau tidak membuatnya terbit dari ufuk Timur? Dia pasti enggan menampakkan sinarnya sepatah cintanya yang terbenam_ dari kekasih mu raja Paku bumi_
...----------------...
Galih berjanji akan mengusut tuntas, membalaskan perlakukan sang raja. Dia menghalangi semua niat klan Utara yang ingin memanfaatkan ratu Renggana untuk kepentingan masing-masing pihak. Dia menyembunyikan bukti yang menyangkut mengancam keselamatan sang ratu. Walau sang perdana Menteri pertahanan selalu bertanya perihal segala informasi penting, dia menyembunyikan dari sang ayah.
Ruangan aula kebesaran sang ratu Renggana masih terang benderang. Dia malam yang larut dia memilih dengan teliti nama-nama calon selir pilihan. Di bantu dengan kedua dayang yang setia, dia berharap semua kegiatannya berjalan dengan lancar di hari esok.
Berbeda dengan wilayah kebesaran raja, dia tampak sibuk mempersiapkan rencana yang matang guna mengantisipasi semua pergerakan musuh terutama klan utara. Tidak hanya itu, dia juga tidak berpihak pada klan Selatan, sang raja yang mengalami mimpi buruk mencari Solusi agar mendapatkan persiapan yang akan terjadi pada waktu yang tiba.
“Yang Mulia raja, selir Nah meminta kunjungan nanti malam.”
“Katakan padanya jika aku sangat sibu.”
“Baik yang Mulia.”
Sang penjaga raja menyampaikan ke Selir, raut wajahnya berubah drastis. Dendamnya bertambah mengingat sang raja yang terlihat semakin acuh tak acuh padanya. Sang pendamping sang raja menjaganya di halaman bagian belakang Istana. Sang selir menumpahkan emosinya dengan memanah membayangkan setiap anak panah yang melesat ke tubuh sang ratu Renggana.
Dia menyuruh sang penjaga raja meninggalkannya. Nah bergegas menemui Tiram, dia meminta penawaran atas perlindungannya. Menginginkan nyawa sang ratu atau menjatuhkan sang ratu hingga tidak di sisi raja.
Pagi telah tiba secepat yang tidak terduga, Nah menyaksikan pelantikan lima selir yang membuat dia semakin geram. Para selir yang tampak akrab dengan sang ratu. Tidak terkira kejadian besar di hari ini. Selir Nah tidak sabar menunggu posisinya duduk di samping sang raja.
Acara pertemuan para perdana Menteri dan bangsawan dari kota luar yang di undang terliha mulai memadati halaman bagian depan Istana. Semua telah berkumpul menyaksikan pembukaan kata sambutan dari sang raja, pertunjukkan seni bela diri dan tari-tarian yang sangat menghibur.
“Yang mulia, ada masalah besar. Setengah dari gaun telah terbakar.”
“Kenapa harus di hari ini? Kejadian yang pasti di sengaja oleh musuh-musuh ku. Penjaga pendamping, tolong segera cari bahan kain sutera untuk di pamerkan sebagai gantinya.”
Sang raja berbisik pelan. Perdana Menteri pertahanan memperhatikan Bahasa tubuhnya yang sangat panik. Di jalur memasuki area Kerajaan, pengawal yang membawa kain di hadang bandit. Semua kain di rusak hingga penyerangan para pengawal.
......................
Ruangan Mercu Ombo, para penjahit dan dayang tiba-tiba Istana mengalami diare hebat. Asal sumber yang di Yakini sang ratu dari seduhan teh Melati yang di bawa dari dapur Istana. Dia mengenal baju Klan Selatan bergelagat aneh.
“Bagaimana ini yang mulia? Pertunjukannya dua jam lagi akan di mulai” ucap dayang kribo.
“Lantas, Dimana kepala pemimpin Mercu ombo? Disaat seperti ini dia menghilang. Wanita licik itu wajahnya sama keriputnya dengaan hatinya.”
“yang Mulia ratu. Kenapa anda disini?”
“Kepala pemimpin? Kau bukannya melarikan diri?”
“Yang mulia ratu. Hamba mencari bahan di Gudang penyimpanan Istana.”
“Dari Gudang? Tidak ku sangka Gudang Istana mirip kantung Ajaib. Apakah disana ada peralatan melukis juga?”
“Tentu saja yang mulia ratu, masih banyak pilihan bahan berkualitas disana.”
“Bawakan semua. Pindahkan di ruang sebelah mercu ombo ini” perintah sang ratu Renggana.
Di pikiran sang perdana Menteri pertahanan, acara besar ini akan kacau balau. Dia sangat yakin menjalankan rencana dengan baik. Menjawab bisikan sang ibu suri bahwa semua yang menghalangi jalan sang ibu suri akan di singkirkan. Suasana menunggu pameran di selingi desas-desus para perdana Menteri mengenai bisikan kekacauan.
Setiap kali penjaga pengawal raja beserta rombongan membawa bahan keperluan pagelaran. Para perampok dan gerombolan bandit menyerang. Mereka mengincar barang yang paling berharga. Untuk yang kedua kalinya sang penjaga raja mengabarkan kepada raja paku bumi dengan nada bergetar.
“Tidak ada harapan lagi” gumam sang raja yang mulai berputus asa.
Keajaiban terjadi, dayang-dayang yang Istana membawa gaun-gaun yang indah untuk di pamerkan ke area panggung. Para dayang yang membawa gaun memakai pakaian yang tidak kalah menarik. Stelan model baju yang di modis berbeda namun masih tidak meninggalkan kesan nilai aslinya.
“Wah! Menakjubkan!” tepuk tangan sekertaris bangsawan.
“Aku tidak mau melepaskan pandangan setelah melihat gaun yang berkibar itu!” teriak suara perdana Menteri penghubung klan Selatan.
Dia berhenti saat di lirik tajam oleh Menteri pertahanan. Dia memberikan kode agar tidak terbawa suasana, wajah yang datar berbalik melihat Galih agar mencari tau pelaku yang menggagalkan rencana mereka.
Semuanya bersorak riang gembira, banyak para perdana Menteri dan bangsawan yang terpesona dengan gaun-gaun yang indah, karya Lukis dan perjamuan yang mewah. Ratu mengusap keringat yang menggumpal di dahinya. Dia di Tarik dayang pendamping agar segera Kembali.
“Astaga sudah selama itu?” ucap sang ratu menggelengkan kepala.
“Benar yang mulia.”
Ratu Renggana segera mengganti pakaian dan memakai hiasan di kepala. Dia memasuki kursi kebesaran, ibu suri dan tiran melengos memperhatikan. Lirikan yang paling tajam jatuh kepada selir Nah, dia masih tidak melepaskan pandangan kebencian padanya.
Acara penutup yaitu proses doa yang di pimpin langsung oleh raja Paku bumi. Negeri Wangsa tidak meninggalkan budaya dan adat istiadat. Namun, saat menghidupkan nyala dupa, dalam waktu beberapa menit. Ledakan bom melemparkan tubuhnya, semua orang sangat terkejut.
Sang ratu Renggana berlari menuju ke sang raja di tahan Galih sangat kuat. “jangan terlibat dan melakukan apapun ratu. Aku Tidak mau engkau yang di jadikan tersangka.”
“Yang mulia Raja!”