Kinan hanyalah gadis biasa, dirinya mengadu nasib pergi ke kota bersama temannya setelah mendapatkan informasi kalau ada yang membutuhkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, demi kebutuhan dan juga ingin mengurangi beban keluarga Kinan akhirnya pergi ke kota jakarta, Di sana Kinan harus berhadapan dengan Daniel pria tampan yang bahkan tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya. Mampukah Kinan bertahan di jakarta atau memilih pulang dan melanjutkan sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Daniel Tetaplah Daniel
Mendapati garis dua Kinan merasa pusing, Tubuhnya terasa lemas dan otaknya membeku.
Ya Allah garis dua, aku hamil astaghfirullah aku hamil.
Sinta menunggu begitu lama di kamar. Tak sabar dirinya menyusul Kinan ke kamar mandi. Melewati Pak Danu yang kebetulan baru saja masuk lewat pintu dapur. Melihat Sinta, Pak Danu terheran tapi dirinya segera ke ruang tamu mengingat tadi sang istri menyusul ke masjid. Mengatakan ada Sinta dan majikannya datang.
Sinta membuka pintu kamar mandi sebegitu lancang pasalnya Kinan tak kunjung membuka pintu.
"Kinan bagaimana?" Sinta bertanya, dengan lancang menyambar tespek dari tangan Kinan.
Sinta mematung, matanya membulat tajam menatap garis dua berwarna merah itu tak percaya.
"Kamu hamil Kinan!" Seru Sinta, menatap Kinan yang mematung.
"Sinta, aku hamil, Apa yang harus aku lakukan. Sin?" ucap Kinan ketakutan.
.
Di ruang tamu, pak Danu mengobrol dengan bunda Tata begitu canggung. Memperkenalkan kampung Babakan Tasik yang bunda Tata tau terasa sejuk. Sesekali meminta maaf karena rumah mereka sangat sederhana. Melihat bagaimana keluarga Kinan, bunda Tata samar tersenyum.
Pakaian mereka, rumah mereka dan keadaan mereka begitu terbalik dengan keadaan kami di kota. Kami mengejar dunia tanpa memikirkan akhirat, Ayah dan ibu Kinan terlihat santun dan ramah. Sama seperti Kinan dan Sinta, Mereka gadis yang baik, sekarang aku tau bagaimana mereka bisa seperti itu tidak akan lepas dari didikan orang tua mereka.
Bunda Tata meneguk teh hangat yang di sediakan bu Anis, meletakan kembali di samping roti yang bahkan belum pernah bunda Tata liat sebelumnya.
Daniel sendiri hanya diam dan sibuk dengan ponselnya mengabaikan kedua orangtua Kinan dan Tantenya, sedari tadi Daniel ingin pergi keluar dengan alasan ke ada barang yang tertinggal di mobil tapi bunda Tata melarang dengan memberinya tatapan tajam.
Mau berapa lama lagi di sini. Aku lapar.
Batin Daniel menggerutu mengingat sedari pagi perutnya belum di isi makanan. Kejadian kemarin membuat Daniel tidak berselera untuk makan. apalagi memikirkan tespek yang di beli Sinta.
Kami hanya melakukan sekali, tidak mungkin gadis itu hamil, engga, dia ga akan hamil,
"Sinta sama Kinan ke mana ya Bu?" tanya Bunda Tata melirik ke arah lain rumah. Sudah hampir lima belas menit kedua gadis itu belum juga kembali.
"Biar saya panggil mereka." Bu Anis bangkit tapi Kinan dan Sinta datang. "Itu mereka."
Bunda Tata menatap kedatangan keduanya terutama Kinan, terlihat kurus dan lemah.
"Sinta aku takut." Bisik Kinan dengan kepala menunduk, berjalan bersama Sinta yang juga nampak murung.
Sinta menggenggam kuat tespek di lain tangannya. Kebingungan melihat bunda dan kedua orang tua Kinan yang menatap mereka.
Kinan aku bahkan tidak bisa berpikir.
"Kinan apa kabar?" Bunda Tata bangkit dan memeluk Kinan.
Kinan menerima pelukan bunda Tata, dirinya seolah mati rasa dan hatinya hancur apalagi ada ibu dan bapaknya.
Ya Allah tolonglah aku ya Allah.
Daniel diam-diam melirik kedatangan Kinan, gadis yang sudah membuat hidupnya di ambang kehancuran. Bagaimana tidak, dirinya harus datang ke kampung yang belum pernah Daniel bayangkan,
Sinta mendekati bunda Tata, ragu-ragu menarik tangannya, bunda Tata meliat itu.
"Kenapa Sin?"
Tangan Sinta mengulur membawa tespek tapi Kinan segera mencegah. Membuat Bunda Tata melirik Kinan.
"Ada apa Kinan?" tanya bunda Tata.
Kinan menggeleng dan menarik tespek dari tangan Sinta akan tetapi Benda kecil itu terjatuh, lantas mendarat di kaki Bu Anis.
Melihat ada yang jatuh, Bu Anis segera memungutnya.
"Apa ini?" Bu Anis membalik tespek itu dan menatapnya cukup lama.
"Siapa yang hamil?"
Ucapan Bu Anis membuat bunda Tata, Daniel dan pak Danu terkejut.
"Hamil!" gumam Daniel tak percaya.
Bunda Tata menghela napas pasrah dan duduk dengan lemas. Pak Danu berdiri mensejajarkan diri dengan Bu Anis, "Itu apa Ma?"
"Tespek, Pak." sahut Bu Anis dengan masih menatap tespek.
"Punya siapa?" Pak Danu bertanya sembari melirik Sinta dan Kinan yang diam mematung.
"Siapa yang hamil neng?" lanjut Pak Danu, Kinan dan Sinta masih diam mematung. terlebih Kinan Putrinya yang menunduk.
"Mang, Sinta minta Mamang sama Bibi duduk dulu." Sinta menarik kedua orang tua Kinan untuk kembali duduk menghiraukan raut wajah dari keduanya.
Bunda Tata juga menarik Kinan untuk duduk.
"Bik-
"Sin, biar bunda saja." Kata bunda Tata menyela Sinta yang ingin menjelaskan duduk permasalahan.
Sinta mengangguk patuh dan duduk di samping Kinan yang masih menunduk..
Bunda Tata bergantian menatap kedua orang tua Kinan yang menunggu. Jujur bunda Tata kebingungan harus mulai dari mana.
"Ibu bapak, sebelumnya saya ingin meminta maaf. ibu dan bapak harus tau-
Ucapan bunda Tata tercekat saat Kinan menggenggam tangannya kuat seolah memintanya untuk tidak melanjutkan.
Bunda Tata menoleh dan menggelengkan kepala. "Kinan, kedua orang tua kamu harus tau."
"Bunda, Kinan mohon."
"Ada apa ini sebenarnya? Apa yang ibu mau katakan dan apa yang harus kami tau." Pak Danu menuntut jawaban kepada bunda Tata.
Daniel menghela napas panjang. Merasa jengah dengan keadaan.
"Kinan hamil, dan itu anak saya." kata Daniel ketus.
"Apa? Ki...Kinan hamil?" ucap pak Danu tak percaya, seketika langsung menarik Kinan dan memberi tatapan tajam.
"Neng hamil? Katakan Neng? Bapak tanya neng beneran hamil?"
"Astaghfirullah ya Allah." Bu Anis mematung tak percaya.
Sinta segera memeluk tubuh Bu Anis yang bergetar.
Ya Allah kenapa jadi begini.
Gumam Sinta dalam hati, tak kuasa melihat keadaan kedua orang tua Kinan yang jelas terpukul akan kabar kehamilan itu.
Bunda Tata melirik tajam Daniel yang ada di sampingnya. "Kamu benar-benar ya Daniel."
"Salah Daniel apa Tante? Ujung-ujungnya mereka juga bakalan tau kan?"
"Iya, tapi kamu ga sopan."
Daniel hanya mengangguk dengan wajah ketus, tanpa rasa bersalah dirinya bangkit dan menarik Kinan membuat semua orang terkejut termasuk Kinan.
"Daniel, akan menikahi Kinan malam ini juga,"