Alya Revalina merupakan teman sekolah Rangga Setyawan semasa pendidikan SMA. Rangga selalu mengganggu Alya, Ia melakukan hal Itu sebab Rangga sangat menyukai Alya. Namun Alya yang bersikap datar membuat rangga merasa marah. pernah suatu hari, ketika mendekati kelulusan, Rangga memaksa Alya untuk datang ke rumahnya, Hal tidak terduga terjadi. Rangga memaksa Alya untuk melakukan hubungan intim namun Alya menolak. Meskipun Alya menolak, hal tersebut tetap terjadi. Hubungan terlarang itupun terjadi. Semenjak kejadian tersebut Alya pun hilang tanpa jejak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Samuel Christian Sitinjak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Berbicara
Apa yang baru saja ia katakan?. Batin Alya.
"Aku sudah mengatakan bahwa aku tidak ingin mengingat itu lagi bang. Aku sudah memberitahukannya kepada abang kemarin. Jadi tidak perlu lagi kita membahasnya," kata Alya.
"Kalau kamu benar-benar sudah melupakannya, maka seharusnya kamu sudah bisa memaafkanku Al," kata Rangga.
"Aku tidak ingin memberikan jawaban apapun tentang hal itu bang," kata Alya.
"Aku ingin maaf yang tulus darimu Al agar aku tidak merasa bersalah," kata Rangga.
Alya tidak menjawab Rangga dan malah meninggalkannya.
"Al," panggil Rangga.
Rangga berlari mengejar Alya namun Alya sudah berada dikursi tempat ia makan. Rangga tidak mungkin lagi mengejar Alya. Ia membiarkan Alya duduk dengan tenang tanpa mengganggunya.
Rangga kembali duduk dikursi tempat ia makan.
"Kenapa kamu lama sekali ditoiletnya sayang?," tanya Tania.
"Ia sayang, aku sakit perut," kata Rangga berbohong.
Ponsel milik Rangga berdering, tanda adanya pesan masuk. Ia membukanya.
"Pak, saya sudah mendapatkan nomor bu Alya. Ini nomornya," tulis Dinda memberi tahu Rangga.
"Ok Din, terima kasih," kata Rangga.
Rangga mengetik ulang nomor Alya dan menyimpannya.
"Hai cantik, boleh kenalan tidak?," tulis Rangga mengirim pesan kepada Alya dengan candaan.
Pesan dari siapa ini?. Batin Alya.
Alya membuka profil dari orang yang mengirim pesan itu. Ternyata pesan itu dari Rangga.
Darimana dia mendapatkan nomorku?. Batin Alya.
"Darimana abang mendapatkan nomor teleponku?," tulis Alya bertanya.
"Apakah sulit bagi seorang Rangga Setyawan mendapatkan nomor gadis cantik sepertimu?," tulis Rangga merayu.
"Astaga, abang mau apa lagi?," tulis Alya.
"Kamu sudah tahu mauku gadis cantik?," tulis Rangga.
"Kalau abang tidak jelas begini, aku akan memblokir nomor abang," tulis Alya ketus.
"Kamu mau memblokir nomorku? kamu yakin? Coba saja kalau berani," tulis Rangga.
"Aku serius bang. Aku tidak bercanda," tulis Alya.
"Apa menurutmu aku bercanda? Aku juga serius. Apa kamu melupakan sesuatu? Kita sedang memiliki ikatan kerja sama dan kamu orang yang paling diuntungkan dari kerja sama ini. Kalau kamu memblokir nomorku, itu artinya kamu sama saja ingin mengakhiri kerja sama ini," tulis Rangga.
Apa dia sedang mengancamku?. Batin Alya.
"Bukan begitu bang, maksudnya kalau abang memang ingin berkomunikasi denganku melalui nomor ini aku harap hanya perihal pekerjaan saja jangan yang lain!," tulis Alya.
"Contoh hal lainnya apa?," tulis Rangga bertanya.
"Aku yakin abang paham. Aku tidak perlu menjelaskannya," tulis Alya.
"Iya-iya, jangan ketus begitu! Nanti cantiknya hilang," tulis Rangga.
Alya merasa geli dengan ucapan Rangga tersebut. Ia memilih mendiamkan pesan Rangga dan tidak menjawabnya.
Kenapa dia tidak membalas pesanku. Batin Rangga merasa kesal.
"Coba lihat ke arah kanan!," tulis Rangga.
Alya pun melihat ke arah kanannya. Disana Rangga menatap Alya dengan senyuman Namun Alya membalas dengan wajah datar.
Siapa gadis yang duduk dengan bang Rangga itu? Apa dia kekasihnya? ah, untuk apa aku memikirkannya? tidak penting juga. Batin Alya.
Alya dan keluarganya telah menyelesaikan makan malam mereka direstoran tersebut. Kini mereka memutuskan untuk pulang. Rangga hanya diam melihat Alya pergi.
Ternyata, alasan Tania ingin mengajak Rangga dinner karena ia memiliki sesuatu untuk dibicarakan.
"Sayang, aku mau bicara sesuatu ke kamu," kata Tania.
"Kamu mau bicara apa sayang?," tanya Rangga.
"Kita sudah dua tahun berpacaran. Apa kamu tidak memiliki keinginan untuk menjalin hubungan yang lebih serius denganku," tanya Tania.
"Hubungan yang serius? Maksud kamu menikah?," tanya Rangga.
"Iya sayang, menikah. Kita sudah dewasa dan cukup umur untuk menikah," kata Tania.
Rangga hanya terdiam. Dia sebenarnya memiliki niat untuk mempersunting Tania menjadi istrinya, akan tetapi semenjak melihat Alya hatinya gusar.
"Kalau untuk saat ini aku belum siap sayang secara mental. Aku masih memiliki pekerjaan rumah yang masih banyak. Aku belum bisa menikahi kamu," kata Rangga.
"Kenapa sayang? apakah kamu ragu denganku?," tanya Tania.
"Tidak sayang, aku sama sekali tidak ragu. Hanya saja aku belum siap mental. Tapi tenang saja, kalau aku sudah siap, aku pasti akan menikahimu," kata Rangga.
"Tapi kapan sayang? masa kamu tidak dapat memberi kejelasan?," tanya Tania.
"Aku belum bisa memberi tahu kapan waktunya. Intinya kamu tidak perlu risau!," kata Rangga.
Tania menghela nafas.
"Maaf ya sayang. Kamu jangan marah!," kata Rangga meminta.
"Iya sayang, aku tidak marah," kata Tania.
Apa yang membuat Rangga belum bisa menikahiku? padahal aku yakin selama ini perhatiannya kepadaku memberi arti bahwa dia sangat mencintaiku. Batin Tania bertanya.
Waktu sudah larut malam. Tania dan Rangga meninggalkan dari restoran tersebut. Rangga langsung mengantarkan Tania pulang ke apartemennya.
Setelah mengantar Tania, Rangga kembali kerumahnya. Ia segera menuju kamar tidurnya. Sebelum tidur, Rangga masih menyempatkan waktu untuk memikirkan semua hal, termasuk permintaan Tania.
"Hal wajar sebenarnya jika Tania meminta agar aku menikahinya. Namun, aku belum bisa memantapkan pilihan. Terlebih, setiap melihat Alya hatiku merasa tenang dan gembira. Apa mungkin aku masih menyukainya? tapi disisi lain aku punya Tania yang telah lama menjadi kekasihku," Gumam Rangga yang terjebak dengan perasaannya.
Ditengah lamunannya, Rangga tersadar akan sesuatu. Dia teringat dengan kalung yang ditemukan Dinda diruang pertemuan.
Rangga mengambil kalung itu dari laci meja kerjanya. Dia mengambil foto kalung tersebut dan berencana mengirimkan foto tersebut kepada Alya.
"Al, aku ingin bertanya sesuatu. Apakah kamu kehilangan sesuatu?," tulis Rangga.
Pesan tersebut rupanya segera dibalas Alya.
"Tidak, aku tidak kehilangan sesuatu," tulis Alya berbohong.
Bagaimana dia tahu aku kehilangan sesuatu. Batin Alya.
"Benarkah? apa kamu yakin Al?," tulis Rangga.
"Aku yakin, memangnya ada apa bang?," tulis Alya bertanya.
"Tidak apa-apa, kalau kamu tidak kehilangan sesuatu ya sudah," kata Rangga.
"Apa mungkin bang Rangga menemukan kalung itu? astaga, kalau bang Rangga benar menemukan kalung itu. Aku harus jawab apa kepadanya?" gumam Alya.
Kenapa kamu masih berbohong Al? kamu pasti malu untuk mengakuinya. Batin Rangga tersenyum.
"Sebenarnya aku menemukan sebuah kalung dan aku merasa tidak asing dengan kalung ini," tulis Rangga kembali.
Astaga, ternyata benar. Dia menemukan kalung itu. Batin Alya kebingungan.
"Kalung?," tulis Alya pura-pura tidak tahu.
"Iya kalung. Kalau berlian berbentuk buah pir," tulis Rangga mengirimkan foto kalung tersebut.
Alya tidak dapat menjawab pesan Rangga tersebut. Ia diam membisu.
"Kenapa diam? Itu kan kalung pemberianku untukmu. Kenapa kamu bilang kamu tidak kehilangan sesuatu?, bukankah kalung itu melingkar dengan indah dilehermu Al?" tulis Rangga bertanya.
"Aku harus jawab apa sekarang? Bang Rangga pasti ingin mencari tahu apa alasanku masih menyimpan kalung pemberiannya itu?," gumam Alya kebingungan.