" Mas Wira, kalau sudah besar nanti, Mega mau menikah dengan mas Wira ya?! pokoknya mas Wira harus menikah dengan Mega..?!" ucap gadis kecil itu sembari menarik lengan Wira.
Mendengar rengekan Mega semua orang tertawa, menganggapnya sebuah candaan.
" Mas Wira jangan diam saja?! berjanjilah dulu?! mas Wira hanya boleh menikah dengan Mega! janji ya?!" Mega terus saja menarik lengan Wira.
Wira menatap semua orang yang berada di ruangan, bingung harus menjawab apa,
" mas Wira?!" Mega terus merengek,
" iya, janji.." jawab Wira akhirnya, sembari memegang kepala gadis kecil disampingnya.
Namun siapa sangka, setelah beranjak dewasa keduanya benar benar jatuh cinta.
Tapi di saat cinta mereka sedang mekar mekarnya, Mega di paksa mengikuti kedua orang tuanya, bahkan di jodohkan dengan orang lain.
bagaimanakah Nasib Wira, apakah janji masa kecil itu bisa terpenuhi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
gosip
Wira masuk ke dalam rumahnya, rumah yang ia bangun dari hasil keringatnya sendiri tiga tahun yang lalu.
Rumah yang sesungguhnya ia harapkan mega lah yang akan menjadi pemiliknya dan hidup bersamanya.
Tapi harapan hanyalah sebuah harapan, Mega sudah menjadi istri orang, dan semuanya pupus di telan kenyataan.
Rumah yang termasuk besar untuk ukuran orang desa itu terlihat sepi.
Bangunannya yang klasik modern dan Dinding putihnya terkesan dingin, seperti pemiliknya.
Wira berkali kali mengajak ibunya pindah, dari rumah kecil yang mereka tempati dulu,
Namun ibunya menolak, ibunya itu lebih memilih tetap tinggal dirumah yang penuh akan kenangan almarhum ayah Wira itu.
Dulu, Wira dan ibunya termasuk keluarga yang kurang mampu,
Kakung sering sekali membantu ibu Wira, baik beras maupun biaya sekolah Wira yang sering terlambat.
Tapi semenjak Wira menjadi seorang tentara, kehidupan Wira berubah, Wira menjadi sosok yang lebih berani mengambil langkah agar dirinya lebih maju.
Pamannya, adik kandung ayahnya, adalah seorang pengusaha sukses, ia mengajari Wira banyak hal, berbisnis salah satunya.
Diam diam Wira mempunyai usaha yang cukup lumayan, bahkan tanpa sepengetahuan ibunya.
" Mas? sudah pulang?" seorang pemuda bangun dari sofa tengah saat Wira menyalakan lampu.
" Kenapa kau tidur disini?" tanya Wira,
" saya ketiduran mas, saya takut sampean tidak membawa kunci, jadi saya tunggu disini.."
" Ya, karena buru buru setelah mendapat telpon dari Kakung aku lupa membawa kunci." kata Wira duduk di sofa.
" Masuklah kamar, dan tidurlah."
mendengar itu, pemuda itu tidak langsung masuk,
" mau saya buatkan jahe hangat mas?"
" tidak dan, aku sudah minum kopi dirumah Kakung tadi." jawab Wira,
" ketemu mbak Mega mas?" tanya Dani berhati hati,
Wira diam, tidak menjawab.
" Anu mas.."
" anu opo?" Wira mengambil rokoknya,
" mbak Ririn tadi ke gudang.. Mencari sampean.."
" untuk?" Wira membakar sebatang rokok,
" katanya ingin menitipkan sesuatu.."
Wira mengerutkan dahi,
" ini mas.." Dani menyerahkan sebuah kotak,
Wira menerima kotak itu, membukanya, lalu tertertawa.
" Perempuan ini.. Belum menyerah juga.." gumamnya,
" buat saya saja mas kalau tidak mau, makanan enak itu.." kata Dani saat tau kalau ada banyak kue di dalam kotak itu.
Wira menutup kembali kotak itu, lalu mendorong kotak itu ke arah Dhani.
" Wah.. biar saya bagikan ke orang orang di gudang besok.." kata Dani sembari menaruh kotak itu disampingnya.
" Bukannya mbak Ririn itu cantik mas.. kenapa di tolak terus?" tanya Dani penasaran,
" menurutmu?" Wira menghisap rokoknya,
" mas Wira belum move on.. Kata mas Suroto begitu.."
" ah, sok tau.." tandas Wira,
" Mas tidak dengar ya? Di kampung mas sedang ramai membicarakan mbak Mega yang tiba tiba pulang,"
" kau ini tau dari mana sih dan, laki laki kok senang dengar gosip, memangnya kenapa mereka membicarakan Mega?"
" aku dengar dari sopir yang mengirim beras ke toko Bu Wiwin,
Mereka semua membahas mbak Mega, mereka bilang rumah tangga mbak Mega pasti tidak baik baik saja,
Karena itu dia kembali kesini tanpa suaminya,"
Wira terdiam sesaat, entah kenapa hal itu tidak pernah terpikirkan olehnya,
Tapi masa iya..?
" ah, orang itu bisanya bergosip saja, mereka mengarang cerita atas hidup orang lain yang sesungguhnya tidak benar benar mereka ketahui.." Wira membuang jauh jauh pikiran yang sempat terlintas.
" Ah, tapi kebanyakan dari gosip itu benar.. Buktinya dulu,
Mas Wira juga di gosipkan pacaran dengan mbak Mega, ternyata?"
" ternyata opo?" Wira menatap Dani, membuat pemuda itu menciut.
" saya itu sering dapat pesan dari budhe asri, katanya mas disuruh cepat cepat mencari istri, usia mas Wira sudah tiga puluh tahun, sebentar lagi tiga puluh satu malah..
Mau cari yang bagaimana tho mas,
Sudah.. Mbak Ririn itu cantik.." ujar Dani.
Wira lagi lagi diam tidak menjawab,
" mas mas.. Kalau cari yang seperti mbak Mega ya tidak ada.."
" kau ini bicara apa sih dan, ngalor ngidul!"
" ya memang... Meski dulu aku masih SMP, tapi aku tau kalau mas Wira dan mbak Mega pacaran,"
" aku tidak pacaran."
" apa namanya? setiap hari mengantar jemput mba Mega, kemana mana juga berdua?"
Wira tidak menjawab.
" Kalau mbak Ririn datang lagi kusuruh kesini ya?"
" mau mati?!" Wira melotot,
" terus kapan menikahnya kalau begini terus? Atau.. sama penari Jathilan di sanggar tarimu mas? Yang rambutnya pendek dan kulitnya putih itu?"
" dia itu baru lulus SMA, kau sehat? menyuruhku menikah dengan gadis yang baru lulus SMA?"
" lho, ya Ndak apa apa tho.. Yang jelas dia mau sama sampean mas.."
Wira tidak menjawab, tapi langsung mengambil bantal sofa, ia melemparnya ke wajah Dani dengan keras.
" Kau taruh dimana truknya?" tanya Wira mengalihkan pembicaraan,
" di gudang, mas lihat kan saya pulang membawa motor?"
" takutnya kau taruh di lapangan lagi! Aku sudah dapat teguran dari pak RT gara gara kau memarkir truk di lapangan."
" iya mas, ku taruh di gudang, jangan khawatir,"
" ya sudah! Tidurlah!"
" mas tidak ke gudang?"
" besok!" jawab Wira tegas, membuat Dani bangkit,
" ya wes, tidur dulu," pemuda itu berjalan menjauh membawa kotak yang berisi kue tadi.
Setelah Dani pergi, Wira jadi kembali berpikir, tentang ucapan Dani.
" Apa benar dia pulang kesini karena bermasalah dengan suaminya?" tanya Wira dalam hati.
Sepuluh tahun dia tidak pernah menginjak desa ini,
Lalu tiba tiba dia kembali kesini, tanpa suaminya,
Tentu saja orang orang di kampung yang sangat suka membicarakan orang lain itu akan berpikir yang tidak tidak.
Tapi jika itu benar terjadi..?
" ah..!" keluh Wira sembari mematikan rokoknya di asbak,
bukankah itu bukan urusannya,
hubungannya dengan Mega sudah berakhir.
Ia tidak ingin lagi di hubung hubungkan dengan Mega.
Wira merebahkan dirinya di sofa, memejamkan matanya sejenak, bayangan Mega tiba tiba muncul,
" haahhh..!" keluh Wira, ia membuka matanya kembali,
" Sialan kau Wira..!" umpatnya pada dirinya sendiri,
Wajah Mega begitu jelas tergambar di pikirannya,
Matanya, hidungnya, bibirnya, bahkan jari jarinya yang lentik itu.
Semasa gadis Mega sudah cukup cantik,
Dan sekarang..
Mengapa setelah menjadi istri orang ia semakin cantik.
Wira menutup bibirnya dengan telapak tangannya, sembari menatap meja,
Laki laki itu terlihat bimbang dengan perasaannya yang tidak sejalan dengan keinginannya.
kenangan bersama Mega menyeruak,
Saat keduanya belum berpisah,
saat keduanya masih begitu bebas saling menunjukkan kasih sayangnya.
wira mengeluh, sembari menepuk nepuk dadanya yang di aliri dengan perasaan yang ganjil.
Rasanya malam ini akan panjang,
Rasanya malam ini ia akan sulit memejamkan matanya.
msh ada hati dn perasaan sedih lihat anknya bersimpuh.. menyelamatkan dirinya. 🙄
mbk Ayu the best ❤❤❤