Gairah My Step Brother

•••

"Kak, lo inget soal ciuman semalem, kan?" Tanya Zafanya sembari memasang seatbelt-nya.

"Enggak."

Zafanya menatap cowok itu sembari meringis, "Yakin? Coba inget-inget dulu." Katanya. Masih tak rela bahwa hanya ia yang ingat betapa manisnya momen itu.

"Nanti gue kasih tau kalau gue mulai inget," kata Kenzio membuat Zafanya menyerah.

"Kalau lo inget, lo mau lakuin lagi, nggak?" Tanya Zafanya.

Kenzio tersentak mendengar ucapan itu, terlebih melihat Zafanya yang menanyakannya dengan wajah polos seperti itu, tak sesuai dengan kata-kata yang dikeluarkannya. Matanya perlahan mulai tertuju ke bibir Zafanya, dia menyipit sejenak sebelum menatap kedepan dan menjalankan mobilnya.

"Nggak." Jawabnya santai, lalu terkekeh mendengar Zafanya mendengus.

"Kuliah jam berapa?" Tanya Kenzio.

Dan detik kemudian cowok itu mulai sadar bahwa ia tak bisa diam jika bersama Zafanya. Sebelumnya ia tak pernah sekalipun membuka obrolan ataupun mencari topik pembicaraan. Berbeda jauh jika itu bersama Zafanya. Yah, mungkin karena sejak dulu ia memang menginginkan seorang adik perempuan.

Zafanya melihat jam yang melingkar ditangannya, sekarang pukul 12 siang, "Gue kuliah jam setengah empat, cuma satu matkul doang." jawabnya.

"Mau makan dulu?"

"Boleh!" jawab Zafanya cepat, "Ada restoran seafood baru buka dideket kampus gue, Kak. Coba, yuk?"

"Okay."

Sesampainya diparkiran restoran, Zafanya malah langsung keluar mobil dan menghampiri seorang cowok yang juga baru masuk. Kenzio pun segera menyusul cewek itu, menatap tajam seorang cowok yang juga ia kenal itu.

"Ken?" Kaget cowok itu. Mereka lalu tos ala lelaki, tentunya dengan Kenzio yang berwajah masam.

"Mau makan kalian?" Tanya cowok itu, Aidan namanya, mahasiswa satu jurusan dan satu angkatan dengan Kenzio.

"Iya, Kak, mau gabung?" Balas Zafanya.

"Boleh?"

"Boleh banget."

"Nggak!"

Zafanya dan Aidan sontak menoleh pada Kenzio yang menolak. Cowok itu wajahnya masam sekali, membuat Aidan berusaha menahan tawanya. Dengan iseng dia malah menarik tangan Zafanya masuk kedalam.

"Kalo gitu kita aja, Za." Katanya.

Kernyitan pada dahi Kenzio makin tajam, segera ia menyusul dua orang yang tertawa itu. Saat Zafanya duduk di kursi yang ditarik oleh Aidan Kenzio kembali mendengus, terlebih melihat cewek itu tersenyum malu-malu. Rasanya Kenzio ingin menyumpal mulut itu supaya tidak bisa tersenyum lagi. Menyumpalnya dengan ... Ah, Kenzio merutuki pikiran kotornya lagi.

Dan baru saja Aidan ingin mendudukkan pantatnya di kursi yang ia tarik disebelah Zafanya, Kenzio dengan cepat mendudukinya terlebih dahulu. Membuat Aidan tertawa tak menyangka.

"Udah resmi jadi pacar lo, Za?" Tanya Aidan menduduki kursi didepan Zafanya akhirnya.

Dengan berdecak Zafanya menggeleng, "Hatinya sekeras batu, Kak." Katanya.

"Lah, terus kenapa lo posesif amat?" Tanya Aidan menyeringai pada Kenzio.

Kenzio tak menjawab, ia beralih pada pelayan yang baru saja datang memberi buku menu. Mereka mulai memesan makanan. Lalu makan dengan Kenzio yang muak mendengar gombalan Aidan pada Zafanya. Contoh gombalannya tuh kayak gini, "Za, lo tau bedanya lo sama barang-barang vintage? Kalau barang vintage makin lama makin antik, kalau lo makin lama makin cantik."

Uhh, Kenzio kesal sekali melihat mereka tertawa bahagia dan mengabaikannya.

"Eh, btw, lo ikut kan tanggal 26 nanti?" Tanya Aidan pada Kenzio.

"Hm." Cowok itu hanya berdehem, tak terlalu tertarik dengan hal itu.

"Lo mau ikut, Za?" Tanya Aidan beralih pada Zafanya yang menatapnya dari tadi.

"Kemana, Kak?"

"Ada, acara cowok-cowok gitu, harus bawa cewek. Kalo lo pergi bareng Ken, cewek-cewek yang suka sama Ken auto menjauh, nggak ada lagi saingan lo, Za."

"Serius?!" Mata Zafanya berbinar.

Kenzio langsung menggeplak kepala cowok itu, "Nggak, Za, bohong." Katanya setelah berdesis kesal pada Aidan.

Yang benar saja ia membawa Zafanya jika acaranya itu di club. Terlebih mereka berkumpul dengan teman-teman cowoknya yang brengsek tiada tara. Kenzio tak akan pernah membiarkan Zafanya ada diantara mereka.

"Mau ikut," kata Zafanya menarik-narik ujung baju Kenzio.

"Nggak, Za."

"Aaaa, pliss, Kak."

"Nggak, titik." Sahut Kenzio tegas, tak berani lagi Zafanya bujuk.

"Huh yaudah, sih! Lagian tanggal 26 gue juga ada acara kali!" Sahut Zafanya kesal, ia mulai berdiri dari duduknya, "gue ke toilet dulu ya, Kak." Katanya pada Aidan, mengabaikan Kenzio.

"Ikut!" Kenzio refleks menggapai tangan Zafanya.

"FUCK!" Batinnya sedetik kemudian, ia merutuki dirinya sendiri, bagaiman bisa kata itu keluar dari mulutnya. Apa maksudnya?! Kenzio pun heran.

"Gue juga mau ke toilet." Sambungnya cepat, matanya mendelik melihat Aidan tertawa mengejek penuh arti.

"Ya-yaudah ayok," kata Zafanya berlalu setelah melepaskan genggaman tangan Kenzio. Tangan cowok itu hangat, hangatnya berhasil merambat hingga ke wajah Zafanya, hingga pipinya merah padam.

Kenzio terkekeh melihat cewek itu yang mulai menjauh, segera ia menyusul Zafanya. Mengekori cewek itu sembari tersenyum menatap helaian rambut Zafanya yang bergerak-gerak. Zafanya menoleh merasakan ia ditatap terus, dan Kenzio langsung mendatarkan lagi wajahnya dalam sekejap.

Ceklek!

Setelah membuka pintu toilet, cewek itu segera menoleh pada Kenzio dibelakangnya, "Mau ikut juga?" Tanya Zafanya yang langsung diangguki oleh Kenzio.

Cewek itu mengernyit, "Masih mabuk ya lo, Kak?"

Kini gantian Kenzio yang mengernyit, lalu matanya berkelit sepintas saat sadar bahwa ia memasuki toilet wanita. Dengan sok cool dia menjawab, "hm." Dan berlalu keluar dari toilet itu sembari merutuki dirinya sendiri.

"Goblok." umpatnya.

"What's wrong with me?!"

•••

Aidan Erma Wilbert⬇️⬇️⬇️