NovelToon NovelToon
Ijabah Cinta

Ijabah Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Reza Ramadhan

[ OST. NADZIRA SAFA - ARAH BERSAMAMU ]

Kejadian menyedihkan di alami seorang Adiyaksa yang harus kehilangan istrinya, meninggalkan sebuah kesedihan mendalam.

Hari - hari yang kelam membuat Adiyaksa terjerumus dalam kesedihan & Keputusasaan

Dengan bantuan orang tua sekaligus mertua dari Adiyaksa, Adiyaksa pun dibawa ke pondok pesantren untuk mengobati luka batinnya.

Dan di sana dia bertemu dengan Safa, anak pemilik pondok pesantren. Rasa kagum dan bahagia pun turut menyertai hati Adiyaksa.

Bagaimanakah lika - liku perjalanan hidup Adiyaksa hingga menemukan cinta sejatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reza Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11

Nama perempuan hijab itu adalah Shafa Setyaningsih, dia adalah perempuan yang kini tengah berada di sebuah masjid yang dekat dengan kompleks.

Senyum tak henti - hentinya menyungging kala bertemu dengan kerabat dan juga beberapa orang yang ditemuinya.

Sore itu terlihat Shafa hadir untuk memenuhi undangan dari temannya yang bernama Ibu Sulasmi yang mengadakan pengajian sekaligus mendoakan suaminya yang telah tiada.

Seorang ustadzah tak lama kemudian hadir dan segera mengisi sebuah pengajian. Pengajian itu berlangsung selama beberapa jam hingga usai di sore hari.

Terik matahari masih bersinar di ujung sana ketika pengajian itu selesai dan satu per satu jemaat yang hadir keluar dari masjid.

"Terima kasih sudah berkenan hadir di acara ini, kak Shafa." Ucap Ibu Sulasmi. Seorang sahabat dari Ibu Nani Setyaningsih, Ibu Shafa.

Segurat senyum kini tersungging di bibir Shafa. "Sama - sana Ibu. Shafa juga mau minta maaf karena Ibu saya tak bisa hadir karena harus berhalangan. Kalau begitu, saya mau pamit dulu, Assalamu Alaikum."

"Wa Alaikum Salam."

Shafa segera melanjutkan langkahnya, mengayunkan langkah menuju ke gerbang komplek dan menunggu jemputan datang.

Angin membelai wajahnya ketika Shafa berjalan dan tersenyum saat melewati sebuah taman yang di penuhi oleh anak - anak yang tengah bermain dengan wajah mereka sumringah.

Namun, ada yang menjadi perhatiannya ketika tanpa sengaja dia melihat seorang anak yang berdiri dengan memasang wajah sendu.

Merasa kasihan dengan anak itu, Shafa lantas menghampirinya. Perempuan itu menatap apa yang di lihat oleh anak itu yaitu kumpulan seorang Ibu yang berkumpul dengan anak - anaknya.

"Hei, nak. Dimana orang tuamu?" Shafa memegang pundak anak kecil yang adalah Damar.

Damar terkejut lantas menjaga jarak dari Safa seolah Damar takut akan perempuan yang kini ada di sampingnya dan memakai hijab.

Merasa mengerti dengan apa yang sudah di lakukan oleh Damar membuatnya menyunggingkan senyuman. "Jangan takut, tante takkan menyakiti kamu, kok."

Dengan wajah was - was, Damar mulai mendekati Shafa, menatap lekat wajah Shafa. Damar tertegun, saat melihat wajah yang sangat mirip dengan Ibunya.

"Ibu."

Shafa yang mendengar sebutan itu pun terkejut namun tak lama kemudian, perempuan itu mulai tahu apa yang menjadi permasalahan anak yang ada di depannya menatap sedih kawan - kawannya yang sedang berkumpul dengan ibunya.

Shafa pelan - pelan mulai mendekati Damar dengan memasang senyum yang tersungging di bibirnya. "Dimana orang tua kamu, nak?"

"Ayah ada di rumah dan Ibu.... " Damar tak dapat melanjutkan kalimatnya karena dirinya menangis mengingat Ibunya yang telah tiada.

Shafa pun memahami apa yang di alami oleh Damar. Kehilangan orang yang di sayanginya yaitu Ibu. Perempuan itu juga mengalami hal yang sama dan itu sangat melelahkan bagi anak kecil seperti Damar.

"Maafkan tante, tante juga mengalami hal yang sama denganmu, kehilangan seorang yang kita cinta." Ucap Shafa kala mengenang masa lalu dan berwajah sendu.

"Damar.. "

Sebuah panggilan dari seseorang telah menyadarkan Shafa dan melihat seorang perempuan menghampiri dirinya dan juga Damar.

Ibu Dewi tertegun melihat perempuan yang bersama dengan Damar. Shafa yang melihat Ibu Dewi buru - buru menundukkan kepala dan mengatupkan kedua tangan. "Assalamu Alaikum, Ibu."

"Wa alaikum Salam." Ucap Ibu Dewi sembari mengatupkan kedua tangan.

"Maaf ibu, aku menghampiri anak kecil ini karena tadi aku melihat dia sedih melihat teman - temannya bersama Ibu mereka."

Wajah sumringah kini di perlihatkan oleh Ibu Dewi. "Tidak apa - apa. Aku yang seharusnya berterima kasih karena sudah menemani cucu saya."

"Sama - sama, kalau begitu saya permisi dulu, Assalamu Alaikum. " Pamit Shafa sembari mengatupkan kedua tangan.

"Wa alaikum Salam."

Setelah berpamitan pada Ibu Dewi dan juga Damar, Shafa segera beranjak berlalu pergi. Ada tatapan tak biasa dari Damar saat melihat Shafa kini semakin jauh meninggalkannya.

"Ayo, kita pulang nak."

Ibu Dewi segera menggandeng tangan Damar dan mengayunkan langkah menuju ke rumah.

...🕌🕌🕌...

Malam harinya, Ibu Dewi terlihat menyiapkan makan malam. Harum masakan dari perempuan itu membuat Damar menghampirinya.

"Masak apa, eyang?"

"Masak masakan kesukaan kamu dan juga ayah kamu." Ibu Dewi menjawil ujung hidung Damar sembari mengaduk masakan.

Ibu tertegun melihat sikap Damar yang terlihat sumringah sekali padahal sebelum - sebelumnya, perempuan itu tak melihat keceriaan anak itu sejak mendengar kabar ibunya yang meninggal.

Tapi Ibu Dewi bersyukur bisa melihat kembali keceriaan dari cucunya itu.

Tak lama kemudian, meja makan sudah di penuhi oleh beberapa makanan yang tersaji di meja itu dan makan malam pun terjadi.

Adiyaksa juga berkumpul dengan yang lainnya meski sikapnya masih sama namun bagi Pak Sapto dan juga Ibu Dewi bersyukur karena Adiyaksa bisa berkumpul.

Mereka yang ada di ruang makan pun tampak menikmati sekali makan malam itu. Terlihat Pak Sapto melirik Damar dengan keheranan karena menampilkan ekspresi wajah sumringah dan makan dengan lahap.

"Damar, eyang lihat sedari tadi kau berwajah riang, apa ada hal yang membuatmu senang." Ucap Pak Sapto sembari mengamati lahapnya Damar makan.

"Aku tadi ketemu, tante."

Mendadak semua yang ada di meja makan pun berhenti makan. Mereka semua menatap Damar dengan lekat.

"Tante??" Pak Sapto mengerutkan alis.

"Iya, Eyang. Aku tadi ketemu tante di taman dan wajahnya mirip dengan Ibu." Ucapan dari Damar membuat Adiyaksa bereaksi.

Adiyaksa pun segera menghentikan kegiatan makannya, berdiri dan mengayunkan langkah masuk ke dalam kamar.

Mereka yang ada di meja makan pun tertegun namun melanjutkan makan malam mereka.

"Ayah, kenapa eyang?" Tanya Damar penuh tanya dan keheranan melihat sikap ayahnya.

Pak Sapto bergegas tersenyum menatap Damar. "Tidak apa - apa, nak. Lanjutkan makan mu saja, mungkin ayahmu sudah kenyang."

...🕌🕌🕌...

Di tempat lain, tepatnya di sebuah mesjid yang ada di dalam pondok pesantren yang bernama Al - Muhammad. Terdengar indah beberapa orang yang bertadarus di dalam masjid tersebut.

Seorang lelaki berjubah dan berpeci berwarna putih kini ada di hadapan orang - orang yang bertadarus. Dia adalah pemilik sekaligus pengajar di pondok pesantren tersebut.

Lelaki tersebut bernama Ibrahim Wicaksono. Terlihat lelaki itu dengan telaten membimbing orang - orang yang bertadarus.

Terlihat Shafa yang ada di samping juga ikut melantunkan ayat - ayat yang di lantunkan orang - orang tersebut.

Tiba - tiba sebuah ingatan tentang anak kecil yang di temuinya pun muncul. Entah mengapa, wajah polos anak kecil bernama Damar terus saja terngiang di kepalanya.

Hesti, kawan baik Shafa yang kini duduk di sebelahnya tanpa sengaja melirik Shafa yang terdiam tanpa mengikuti suara orang - orang yang bertadarus.

Perempuan itu segera menyenggol Shafa dengan lengannya membuat perempuan itu tersadar dan segera mengikuti kembali alunan suara orang - orang yang bertadarus di masjid tersebut.

Beberapa jam kemudian, acara tadarus bersama usai di lakukan. Shafa segera berpamitan pada ustadz Ibrahim dan menuju kamarnya.

Di tengah perjalanan, Shafa di kejutkan dengan hadirnya Hesti yang kini mengayunkan langkah beriringan dengannya.

"Astagfirullah, Hesti... Kenapa kau mengagetkan aku sih... " Geram Shafa.

Sebelah tangannya mengelus dada, menenangkan debaran jantungnya.

"Maaf, aku sebenarnya ingin jalan bareng sama kamu, tapi kau udah pergi duluan. Kau kenapa sih? Aku sedari tadi lihat selama acara Tadarus berlangsung kau banyak melamun. Kau lamunin siapa sih??"

Shafa meringis dan mendekatkan bibir di telinga Hesti. "Kepo."

Shafa lantas berlari menjauh dari Hesti yang kini terdiam menahan kegeraman karena ulah Shafa. "Awas, kamu Shafa... "

Setelah berlari cukup jauh, Shafa berhenti mengayunkan langkah. Sebuah ingatan tentang anak kecil yang bernama Damar hadir kembali di ingatannya.

"Kenapa aku selalu teringat dengan anak kecil itu, ya."

...Bersambung....

1
Andi Budiman
pembuka yang menarik
Sinchan1103: terima kasih 🙏🙏
total 1 replies
LISA
Sedih bgt..baru nikah istrinya udh dipanggil Tuhan
LISA
Aq mampir Kak
Sinchan1103: terima kasih... 🙏🙏🙏
total 1 replies
Rowan
Pokoknya ini cerita wajib banget dibaca sama semua orang!❤️
Matilda
Jangan bikin penggemarmu menderita terus thor 😭
Kiritsugu Emiya
Pokoknya karya ini singkatnya kereeeeen banget! Makasih author sudah membuat karya yang luar biasa😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!