Bagi Ziza, Khalid Al Ghifari sangat jauh berbeda dari para sepupu dan sahabat laki lakinya.
Cowo pendiam yang baru dia kenal di penghujung SMAnya, kini malah satu kelas dengannya. Cowo itu lebih suka menghabisksn waktu di kelas atau di perpus.
Dia selalu terluka, bahkan di awal pertemuan mereka, Ziza menempelkan plester di keningnya.
Ini cerita anak anak Kaysar cs. Semoga suka ya...♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sudah pindah
⁰Kenapa dia ngga masuk, ya?
Tanpa sadar Ziza menghela nafas panjang saat menyadari ketakhadiran Khalid di kelas pagi ini.
Bel masuk sudah berdentang. Lagipula biasanya Khalid datang jam setengah tujuh. Tadi tumben dia ngga terlihat.di lorong sekolah. Padahal Ziza sudah sengaja berangkat lebih pagi agar bisa mengobrol luwes dengannya.
"Dia ngga masuk?" Ruby menyadarinya juga keresahan Ziza.
"Iya."
"Sakit atau lagi ijin pergi kemana gitu."
"Ngga tau juga."
Ruby ngga bertanya lagi karena guru mereka yang agak killer sudah memasuki kelas.
Rupanya Quin cs juga menyadarinya
"Tumben dia ngga datang," decih Quin saat melihat bangku Khalid yang masih kosong.
"Sakit, 'kali," sahut Zian.
"Kalo dia sakit karena basket kemaren, pasti dia cowo lemah," ejek Quin lagi
Sean dan Theo ngga berkomentar apa pun. Sementara Ruby tanpak menampilkan wajah horor sambil menatap Quin.
*
*
*
Saat istirahat tiba, Ziza yang sedang mengobrol dengan Ruby, langsung beranjak pergi saat melihat keberadaan Pak Setyawan.
"Aku mau ke Pak Setyawan, ya, By." Ziza agak berlari mengejar Pak Setyawan yang sudah menjauh.
"Jangan lari lari, Ziza," seru Ruby jadi cemas dan langsung mengejar Ziza.
Sahabatnya itu ngga boleh kecapean.
"Pak Setyawan," panggil Ziza dengan nafas agak tersengal.
Pak Setyawan yang sedang banyak pikiran terkejut melihat kehadiran Ziza di depannya dengan nafas ngos ngosan.
"Ziza, kamu ngga apa apa?" Rautnya berubah cemas, apalagi Ziza memegang dadanya
"Ziza!" seru Ruby yang kini sudah berada di samping Ziza.
"Kamu ngga apa apa?" Ruby langsung menumpukan tubuhnya pada Ziza, agar sahabatnya masih bisa berdiri tegak.
"Akuh... ngga apa apah..." Bibir Ziza berusaha tersenyum di sela nafasnya yang terlihat masih belum stabil.
"Kamu kenapa harus ngejar Om Setyawan, sih," omel Ruby sambil matanya celingak celinguk mencari keberadaan pengawal posesif itu.
Syukurlah dia ngga ada, batin Ruby lega. Kalo si posesif itu ada, dia pasti akan disemprot abis abisan.
"Kamu ngejar saya? Ada apa?" Pak Setyawan jadi kaget mendengar kata kata Ruby.
Hampir saja dia menukul jidatnya. Sedari tadi dia melamun sampai ngga tau kalo anak sahabatnya mengejarnya. Padahal Ziza ngga boleh kelelahan.
"Begini, om....." Ziza mengatur jalan nafasnya lagi yang sudah mulai stabil.
"Ya?" Pak Setyawan fokus menatap.Ziza.
"Khalid, kok, ngga masuk, ya, om?" tanya Ziza terus terang. Dia sangat penasaran.
Pak Setyawan terdiam. Dia bingung harus menjawab apa.
Sementara Ziza masih sabar menunggu jawabannya.
"Dia sudah pindah.".Keluar juga jawaban itu dari mulut Pak Setyawan.
Hanya itu yang bisa dia simpulkan. Anggoro sialan itu sama sekali ngga mengangkat telponnya.
Mertua barunya mengatakan ngga tau keberadaannya. Istri barunya pun saat ini sedang pusing mencarinya
"Pindah?" Lidah Ziza langsung kelu.
"Kenapa mendadak, Om?" Ruby ngga kalah kagetnya.
"Papanya menjemput kemarin sore," jelas Pak Setyawan sesuai informasi yang dia dapatkan.
"Pindah kemana, pak?" tanya Ziza setelah rasa kagetnya hilang.
"Mungkin Amerika."
"Mungkin?" Mata Ziza menuntut jawaban yang pasti.
Ruby pun menatap kepala sekolahnya bingung.
Ada yang aneh.
"Om juga belum dapat kepastiannya, Ziza. Papa Khalid membawa Khalid pergi begitu saja." Terpaksa Pak Setyawan berkata jujur.
Ziza terpaku. Kenyataan ini cukup memukul hatinya. Dia merasa ada yang direnggut paksa dari dalam hatinya.
Ruby menatap Ziza ngga tega. Ruby tau kalo Ziza merasa sangat shock dan kehilangan.
*
*
*
"Memangnya dia pindah kemana?" Theo kaget juga mendengarnya.
Saat ini Ruby terpaksa mengatakannya pada Theo.
"Om Setyawan juga ngga tau," jawab Ruby gusar.
"Kok, bisa, sih." Theo sampai menggelengkan kepalanya. Ngga habis pikir, sekelas Om Setyawan bisa ngga tau kemana siswanya pindah.
"Aneh, kan," sungut Ruby
"Iya."
"Apanya yang aneh?" cetus Quin yang muncul bersama sisa circlenya.
"Khalid pindah," jawab Theo memberitau.
Quin cs terdiam.
"Pantas ngga masuk tadi," komen Sean membuyarkan suasana hening.
"Pindah kemana?" tanya Deva tanpa.melihat wajah menyebalkan Quin.
"Ngga tau kemana," sahut Theo.
"Kok, bisa?" Zian menatap Theo.dan Ruby bergantian.
Yang lainnya juga berlaku sama.
"Om Setyawan ngga tau Khalid pindah kemana," jelas Ruby setelah semua tatap tertuju padanya.
"Masa?" Dewa kali ini ngga bisa menahan mulutnya untuk berucap.
"Malah bagus, kan. Jadi Ziza ngga perlu mikirin cowo ngga jelas itu," sarkas Quin.
Huuuuhh..... Terdengar banyak helaan nafas.
"Kenapa aku bilang ngga jelas?" Quin menatap.satu persatu sahabat dan sepupunya. Termasuk Ruby yang mencibirkan bibir padanya. Tapi Quin cuek aja dan melanjutkan ucapannya.
"Kalo.dia laki laki baik ,pasti pamitlah sama Ziza. Ini, kan, engga."
Ngga ada yang merespon. Walau dalam hati setuju dengan pendapat Quin.
Quin ngga peduli dengan reaksi mereka.
"Ziza.mana?" Dia harus tau keadaan sepupunya. Berharap.Ziza ngga terlalu terpuruk karena ditinggalkan cowo itu.
"Di kelas;" sahut Ruby malas
"Oke. Aku ke kelas dulu." Tanpa menunggu jawaban para circlenya,.Quin pun melangkah cepat menuju kelas Ziza.
"Tuh anak segitu khawatirnya sama Ziza," kekeh Dewa yang disambut derai tawa yang lainjya.
"Kita hanya mengenalnya sebentar saja," cetus Deva di sela tawa mereka.
"Nanti aku akan coba lacak keberadaan dia," tukas Zian.
"Oke."
*
*
*
Quin menatap Ziza yang sedang serius mencoret di sketch booknya.
Dia menghela nafas perlahan. Ternyata Ziza sedang membuat sketsa wajah cowo ngga tau diri itu.
"Mungkin nanti kita akan bertemu dengan.dia."
Ucapan Quin membuat Ziza tersadar dari aktivitasnya.
"Sudah lama?"
"Baru aja." Quin mendudukkan dirinya di bangku yang. berada di sebelah Ziza.
Ziza melanjutkan sketsanya dengan perasaan gundah yang berusaha dia tutupi.
"Dia sudah pindah Quin," ucap Ziza pelan.
"I know. Tadi Ruby sudah mengatakannya."
"Oooh."
"Aku kurang rela buat bantu kamu nemuin dia. Tapi okelah, ngga apa apa."
Ekspresi Quin tampak meledek Ziza, membuanya tersenyum karenanya.
"Makasih, Quin."
"Sama sama."
Keduanya saling melempar senyum
Tidak seperti kata katanya tadi di depan sahabat dan para sepupunya.
Quin akan berkompromi.dengan hatinya agar Ziza selalu tersenyum.
Pengen lihat Theo kesal kalau drama yg Dy buat tdk mempengaruhi sikap Ruby
Om Ocong Vs Mbak Kunti Ngasih Iklan
Gk sabar nunggu Kericuhan kedua kembaran Nakal
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih Iklan
pertemukan lah Quin dengan jodohnya... biar GK marah2 terus...🥺🥺🥺
😂😂😂