NovelToon NovelToon
Wanita Malam Milik Tuan Damian

Wanita Malam Milik Tuan Damian

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Pelakor / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:30.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dayu_SA

"Menikahlah denganku," Dina nyaris menyemburkan jus yang baru saja ia minum demi mendengar kata-kata Damian.

Ardina Maharani, seorang waitress club malam, karena desakan ekonomi terpaksa menyetujui perjanjian pernikahan dengan Damian Adinata, seorang CEO muda yang membutuhkan keturunan. Sesuatu yang tak bisa istri pertama pria itu berikan.

Mampukah Dina bertahan untuk selalu menjadi yang kedua? Atau justru ia akan menggeser posisi istri pertama dan menjadi satu-satunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayu_SA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB [10]

"Iya Kakak Transfer kemarin sore, kamu atur baik-baik ya. Kalau ada pengeluaran mendadak jangan lupa telpon Kakak, nanti Kakak ganti uangnya," ujar Dina pelan sambil menyapukan bedak di wajahnya. Gadis itu tengah berada di dalam ruangan loker yang tersedia di club, bersiap-siap untuk menjalani pekerjaan malamnya.

"Obat yang dikasih Mas rangga waktu ini jangan lupa dibayar. Kalau mas Rangganya nolak, bilang aja nanti kamu dimarahin Kakak," lanjut gadis itu lagi.

Jennie yang baru saja memasuki loker langsung mematikan puntung rokok yang berada di sela jarinya ketika melihat Dina. Wanita itu memang perokok aktif namun ia selalu ingat untuk menghormati orang lain yang bukan perokok. Terlebih di ruangan tertutup seperti ini.

Jennie melambaikan tangannya menyapa Dina yang dibalas gadis itu dengan senyuman tipis dan anggukan pelan.

"Iya... Kakak udah makan, kamu juga jangan lupa makan. Ibu gimana? Mau makan?" Dina menjepit ponselnya di antara telinga dan pundak kanan, sementara kedua tangan gadis itu sibuk mencari sisir di dalam tasnya. "Iya kamu tanyain aja Ibu maunya makan apa nanti kamu beliin, yang penting Ibu mau makan. Masalah uang nanti kakak kirimin lagi."

Jennie hanya mendengarkan pembicaraan Dina bersama adiknya, wanita itu berusaha membuat gerakan seminim mungkin sehingga tidak menggangu percakapan mereka. Sekian bulan bekerja dengan Dina, membuat Jennie sedikit tidaknya tahu tentang kondisi keluarga gadis itu.

Hal itu pulalah yang membuat Jennie terkadang merasa kagum dengan kepribadian Dina, karena jika dirinya yang berada di posisi gadis itu, dia tidak akan berpikir dua kali untuk memilih jalan pintas. Dina yang ia kenal dengan nama Sandara itu, memiliki kecantikan di atas rata-rata. Postur tubuh yang menarik meski tidak terlalu tinggi. Sayangnya gadis itu tidak pernah menonjolkan kelebihannya dengan mengenakan pakaian seksi. Roknya sedikit kependekan saja gadis itu akan merasa risih.

Bukan hal yang sulit sebenarnya bagi Dina untuk mendapatkan uang instan. Sedikit berbuat nakal, tips berjumlah besar pasti akan dengan mudah ia dapatkan. Sayangnya jalan pikiran mereka sama sekali tak sama. Ia yang menghalalkan segala cara demi uang, sementara Dina, gadis itu justru menjunjung tinggi harga diri dan martabatnya. Meski bekerja di club malam tidak serta merta merubahnya menjadi wanita gampangan.

Gadis itu justru memilih jalan yang sulit. Bekerja pontang-panting dari pagi buta hingga lewat tengah malam. Semua itu ia lakukan agar dirinya bisa memberikan uang yang halal untuk ibu dan adiknya.

"Iya, udah dulu ya. Ingat nanti kalau ada apa-apa hubungin Kakak segera," ujar Dina sesaat sebelum memutuskan sambungan telponnya.

"Udah gajian?" tanya Jennie sambil memoles bibirnya dengan lipstik berwarna merah cerah.

"Hem..., udah habis." Dina menjawab sambil terkekeh. "Gaji udah kayak mantan, datang dan pergi tanpa permisi," lanjut gadis itu lagi.

"Kayak kamu punya mantan aja," celetuk Jennie. Membuat Dina sedikit mendorong lengannya pertanda protes.

"Ya, kan gitu kata orang, di film-film, di novel-novel," jawab Dina menyanggah.

"Cobain dong. Biar tahu rasanya, Damar oke juga kayaknya tuh. Dokter muda, calon pewaris, tampan, sukses. Apalagi kurangnya coba?" ujar Jennie memancing. Damar memang salah satu customer mereka yang dengan terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada Dina.

"Terlalu jelalatan, liat yang cantikan dikit aja langsung tertarik."

"Berarti kamu diam-diam merhatiin juga ya," Jennie terkekeh.

"Bukan diam-diam merhatiin, tapi emang keliatan jelas." Dina mendengus sambil merapikan peralatan make-up nya.

"Kalau Damian gimana?" mendengar nama bosnya tiba-tiba muncul membuat Dina gelagapan dan kaget sendiri. Untung saja Jennie tengah sibuk dengan urusannya jadi wanita itu tidak melihat gelagat aneh Dina tadi.

"Udah punya istri tuh!" seru Dina ketika gadis itu akhirnya menemukan kembali kesadarannya.

"Kayaknya mau pisah. Kamu nggak denger pembicaraannya tempo hari? Katanya istrinya nggk bisa hamil," ujar Jennie memandang Dina dengan serius. "Kesempatan bagus nih, biasanya cwok kalau lagi ada masalah kayak gitu suka nyari temen curhat, terus nyaman, selanjutnya..., taraaaa... jadian!"

"Husss... nggak baik ngomong kayak gitu. Nyumpahin rumah tangga orang tuh namanya," jawab Dina yang membuat semangat Jennie yang awalnya menggebu-gebu menjadi lemas seketika.

______

Damian membuka pintu Private box club itu dengan wajah lelah. Malam ini ia tak bisa datang ke club lebih cepat karena ada undangan makan malam bersama rekan bisnisnya. Namun ketika akhirnya ia tiba, hal pertama yang ia lihat adalah, Damar duduk menempel di sebelah Dina yang tengah tersenyum malu padanya.

Namun demikian, Damian dapat melihat dengan jelas jika gadis itu sama sekali tak nyaman dengan posisi mereka kini. Satu hal yang membuat Damian merasa lega karenanya.

Setelah menyapa sahabatnya satu persatu, pria itu kemudian melangkah menghampiri Damar dan Dina, sengaja memilih duduk di sebelah Dina. Membuat gadis itu terhimpit antara tubuh mereka berdua. Damian merasakan bagaimana tubuh Dina yang langsung berubah kaku. Membuat Damian tertawa dalam hati.

Damian kemudian mengetukkan jarinya beberapa kali ke atas meja. Mengisyaratkan agar Dina menyiapkan Minuman untuknya. Dengan cepat gadis itu menyiapkan pesanan Damian setelah sebelumnya menanyakan apa yang ingin diminum pria itu.

"Kamu sepertinya terlihat familiar," Damian menggeser duduknya lebih mendekat pada Dina, "apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Damian menjatuhkan bom pertama.

Damian menatap tangan Dina yang tiba-tiba terhenti. Mata gadis itu terlihat membulat sempurna. Membuat Damian benar-benar puas melihat reaksinya.

"Tentu saja familiar, bukankah Tuan datang kesini hampir setiap malam," jawab gadis itu sambil berusaha menjaga nada suaranya agar tidak terdengar bergetar. Hanya Tuhan dan dirinyalah yang tahu betapa gugupnya gadis itu sekarang.

"Tidak, maksudku di tempat lain. Sepertinya kita pernah bertemu di tempat berbeda," Damian melemparkan bom yang kedua. Dina mulai gelagapan.

"Hei Damian! Jangan coba-coba ya, mau merayu Sandara? Ingat istri di rumah!"

Kalimat bernada sinis itu keluar dengan begitu santainya dari mulut Damar yang memang seperti mulut iblis.

Untuk kali ini saja Dina merasa bersyukur mendengar apa yang terucap dari mulut Damar. Karena berkat pria itu, pembicaraan berbahaya mereka menjadi teralihkan dan suasana menjadi riuh karena ejekan dan godaan yang mereka lemparkan satu sama lain.

Sedangkan Damian, pria itu hanya bisa mendecih pelan. Memaki Damar berkali-kali di dalam hati. Karena pria itu, bom yang ia lemparkan pada Dina, meletup dengan sia-sia.

___

Malam telah benar-benar larut ketika akhirnya club malam itu tutup. Di parkir mobil hanya ada satu mobil berwarna hitam yang saat ini tengah menampung tubuh Damian di dalamnya. Pria itu sebenarnya sudah ke luar dari club sejak tiga puluh menit yang lalu. Namun entah mengapa pria itu merasa enggan untuk beranjak.

Damian sama sekali tak rela suasana hatinya yang tengah baik ini, rusak ketika sampai di rumah nanti. Melihat wajah istrinya yang entah mengapa semakin hari semakin menyebalkan menurutnya.

Tidak ada gurat penyesalan sedikitpun yang Damian lihat dari wajah istrinya itu. Justru sebaliknya, seperti sengaja mencari kesalahan, wanita itu terus menerus menatapnya dengan pandangan curiga. Selalu bertanya dari mana saja ia dengan pandangan menyelidik.

Mungkin dalam hati wanita itu berusaha mencari pembelaan diri. Jika Damian kedapatan selingkuh atau berbuat curang di belakangnya, maka skor mereka akan satu sama. Setidaknya ia bisa membuat perselingkuhan Damian sebagai alasan jika pria itupun tidak sepenuhnya baik. Pernikahan mereka memang sudah rapuh sejak awal. Jadi dia bukanlah satu-satunya orang yang akan disalahkan.

Damian menyandarkan kepalanya di jok mobil, memejamkan matanya untuk sesaat. Sebelum kemudian sebuah suara dering ponsel memecahkan lamunannya. Bukan ponsel miliknya. Suara dering itu berasal dari luar.

"Halo?" Damian langsung menegakkan posisi duduknya ketika mendengar suara yang terdengar begitu familiar. "Kenapa Yan, kok nelpon malam-malam?"

Pria itu seketika melihat ke luar kaca mobil. Benar saja, di sana berdiri Dina yang terlihat baru saja melangkah ke luar club. Gadis itu membawa sebuah tas selempang di tangan kanannya, sedangkan tangan kiri gadis itu menggenggam ponsel yang ia tempelkan di telinga.

Gadis itu sepertinya tidak menyadari mobil Damian yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri, karena selain parkiran yang gelap, mobil pria itu juga berwarna hitam dan berada di tempat yang agak tersembunyi.

"Ibu pingsan lagi?" nada gadis itu tiba-tiba meninggi, namun sesaat kemudian kembali berusaha ia pelankan, "terus sekarang gimana kondisinya? Kamu sama ibu lagi dimana?" terdengar suara gadis itu yang sedikit bergetar, seperti berusaha menahan tangis. Membuat Damian menggenggam setir mobilnya dengan kuat.

"Di kliniknya Mas Rangga? Terus kondisi Ibu sekarang bagaimana?" Dina mendudukkan tubuhnya di lantai. Sepertinya kaki wanita itu terasa lemas untuk sekedar menahan beban tubuhnya.

Gadis itu terdiam sesaat. Mendengarkan rentetan penjelasan adiknya dari saluran telepon. Namun sesaat kemudian gadis itu tampan memijit keningnya. "Harus operasi..., harus bulan ini ya?" getar di suara Dina kali ini terdengar kentara? "berapa kira-kira biayanya?" lanjut Dina lagi.

Terdiam kembali, kali ini Dina menarik nafas gusar sambil menutup matanya. "Iya, nanti coba Kakak usahakan, kamu jagain Ibu aja baik-baik ya, besok kakak carikan solusinya," ujar gadis itu kemudian sebelum mematikan ponselnya.

Dina terdiam sesaat, pandangan gadis itu terlihat menerawang sebelum kemudian kedua tangan gadis itu menutupi wajahnya. Tubuh mungil itu terlihat bergetar hebat. Bahkan Damian yang melihatnya dari dalam mobil dapat melihatnya dengan jelas. Tubuh mungil itu menjadi terlihat semakin ringkih karena menangis.

"Ya Tuhan, empat puluh juta. Uang dari mana?" lirih gadis itu di sela-sela isak tangisnya. Tangis yang tak mampu lagi ia tahan. Seolah beban hidupnya benar-benar mencapai puncaknya. Tangis yang selama ini berusaha ia tahan meledak begitu saja.

Hampir satu jam gadis itu menangis terisak-isak seperti anak kecil yang tersesat di keramaian, tanpa pegangan ataupun genggaman yang bisa ia raih. Dibiarkannya segala macam emosi yang sempat tertahan keluar semuanya. Lama ia menangis hingga kepalanya pusing dan matanya tak mampu lagi melihat dengan jelas.

Selama itu pula Damian hanya memandanginya dari balik kaca mobil. Telapak tangannya sedikit memar karena tanpa sadar menggenggam setir mobilnya dengan begitu kuat. Berharap yang saat ini ia genggam adalah tangan gadis itu, sekedar untuk menguatkan.

Ingin rasanya ia berlari dan merengkuh tubuh gadis itu ke dalam rengkuhannya. Namun takut membuat suasana hati gadis itu malah semakin berantakan.

Damian butuh alasan, alasan apapun yang bisa membuat ia menjadi sosok yang berguna bagi Dina. Sosok yang bisa merengkuh gadis itu kapan saja, ketika perasaan gadis itu sedang hancur atau tak berdaya.

1
muna aprilia
lnjut
Endangdaman
ah so sweet deh damian
sumiyati budiyanto
iya bagus,alurnya jg enak dibaca
nuraeinieni
aq mampir thor
wawawawa
apa"an si shesil😒
Dayu SA
luar biasa
LISA
Semangat y Kak..kita tunggu update nya
Dayu SA: Wahhhh makasi ya kak, komentar dan likenya sangat berarti buat mendongkrak semangat nih. Kawal terus perjalanan mereka sampai tamat ya! makasi ^^
total 1 replies
LISA
Bagus ceritanya Kak..
LISA
Slmt y utk Dina & Damian..meskipun pernikahannya terkesan buru²..bahagia selalu y utk kalian berdua
LISA
Syukurlah ibunya Dina udh pulih..yg kuat y Dina..Damian org yg baik koq..
LISA
Luar biasa
LISA
Damian emg suka sama Dina makanya dia menawarkan perjanjian itu..y moga aj Dina menerimanya..
LISA
Damian mulai tertarik sama Dina
LISA
Aq mampir Kak
Dayu SA: sippp... makasi kak ^^
total 1 replies
Bunda
nyimak Thor 🙏🏻
Dayu SA: Silahkan, terimakasih kak 🙏🏻
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up Thor
Bunda: g ada kelanjutannya ya
Anto D Cotto: sep, tetap semangat thor 👍
total 3 replies
Anto D Cotto
menarik
Narty Mafaza
suka banget baru ketemu novel ini langsung klik,,, gak banyak typo n alurnya jelas GK berbeli² pokoknya suka suka
Dayu SA: Makasi kak, dukung terus ya, kawal Dina sama Damian sampai tamat 😁😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!