My Little Angel

Angel terlihat gugup bertemu dengan orang yang sangat ia kenal. Siapa lagi jika bukan Jerry Angelo Pratama, pria yang ia sukai sejak pertama masuk di sekolah SMA 1 HA Dirgantara.

Tapi ia tidak berani mengungkapkan perasaannya dan hanya memperhatikan pria itu dari jauh. Apalagi saat Jerry dan tim basketnya bertanding, ia adalah orang pertama yang akan bersorak paling keras di barisan paling depan.

"Ka-kau, a-apa yang kau lakukan di sini?" tanya Angel gugup.

"Hei, aku yang bertanya lebih dulu." Jerry mendekat dan berdiri tepat di depan gadis itu. "kau tinggal di sini?" tanyanya.

"I-itu ... " Angel benar-benar gugup. Dia tidak tahu harus menjawab apa karena takut Jerry akan tahu semuanya. Dia belum siap teman-temannya tahu tentang status nya, terutama Jerry. Bahkan sampai detik ini, ia masih berharap bisa mengungkapkan perasaannya pada pria itu. Namun sayang, semua itu terhalang oleh statusnya sebagai istri pak tua seperti Marvel.

"Angel, kenapa kau gugup? Atau jangan-jangan kau kabur ya dari rumah dan tinggal di sini."

"Ti-tidak, bukan begitu. A-aku ... "

Belum selesai Angel berbicara, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dan terlihat Marvel yang keluar dari apartemen yang sama dengan Angel.

"Kau? Kenapa kau juga ada di sini? Dan ... " Jerry menunjuk pintu apartemen dan menatap Angel dan Marvel bergantian. "Kalian tidak ... "

"A-apa yang kau pikirkan? Di-dia di sini karena menjagaku saja. I-iya kan?" Angel mengedipkan matanya, memberi isyarat pada Marvel.

Pria itu menatap datar Angel. Tapi detik berikutnya muncul seringai aneh di wajahnya. Dia mendekati Angel dan merangkul bahunya. "Iya, memang benar. Aku di sini untuk menjaganya, menemaninya dan kami tinggal berdua sejak kemarin. Bukan begitu?"

Kedua mata Angel melotot sempurna menatap Marvel yang tersenyum senang. Dia buru-buru menepis tangan Marvel dan menggenggam tangan Jerry. "Semua tidak seperti yang kau pikirkan. Ma-maksud nya adalah, a-aku memang tinggal di sini. Tapi Daddy mempercayakan dia untuk menjagaku. Makanya kami ... "

Jerry tersenyum dan mengusap kepala Angel dengan lembut. "Iya, aku paham maksud mu. Aku juga senang setelah tahu kau tinggal di apartemen yang sama dengan ku, jadi kita bisa lebih seru bertemu," ucapnya.

Angel tersipu malu. Dia menoleh menatap Marvel dan menjulurkan lidahnya. Tentu hal itu membuat pria itu mendengus kesal karena lagi-lagi ia gagal. Tidak hanya itu, dia juga muak melihat keuwuan keduanya. Bukan karena cemburu ataupun iri, tapi dia merasa jijik dengan perilaku Jerry pada Angel. Dia bisa melihat jika pria itu tidak baik dan mempunyai niat buruk pada Angel.

"Mau berangkat bersama ku?" tanya Jerry menawarkan diri.

"Em, itu ... " lagi-lagi Angel menatap Marvel seolah meminta ijin. Tapi pria itu tidak perduli dan pergi begitu saja.

"Ba-baiklah. Tapi ngomong-ngomong kita berangkat naik apa?" tanya Angel

"Naik motor."

Marvel menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan menatap Angel dari atas sampai bawah. Lalu tiba-tiba, ia menarik Angel dan berkata, "dia berangkat denganku."

"Hei, apa yang ... " Ucapan Angel terhenti kala melihat kedua mata Marvel yang begitu tajam menatapnya. Dia menelan ludahnya kasar dan meminta maaf pada Jerry. "Ma-maaf ya Jer, lain kali saja kita berangkat bersama. Jika Daddy tahu aku tidak pergi dengannya, Daddy akan marah."

"Tidak masalah, aku mengerti," sahut Jerry

Angel tersenyum dan melambaikan tangan pada Jerry, sementara Marvel langsung menarik Angel begitu saja karena ia hampir saja terlambat.

...****************...

Di perjalanan, tidak ada yang bersuara. Mereka diam dengan pemikiran masing-masing.

Angel penasaran kenapa tiba-tiba Marvel mau mengantarnya? Padahal awalnya pria itu berniat meninggalkan nya dan menyuruhnya naik taksi. Tapi saat mendengar Jerry ingin mengantarnya menggunakan motor, tiba-tiba Marvel menariknya. Dan jangan lupa tatapan Marvel yang begitu tajam, setajam silet. Apa mungkin Marvel cemburu?

Angel penasaran namun ia terlalu malas untuk bertanya. "Lupakan, Angel!! Pak tua ini tidak mungkin cemburu. Dia melakukan hal itu karena takut dengan ancaman kak Flora," batin Angel.

Angel menautkan jari-jarinya sampai kedua matanya tertuju pada cincin yang berada di jari manisnya. Ia buru-buru melepas cincin tersebut dan menjadikannya liontin kalung. Baru kemudian ia memakainya di leher.

Hal itu tidak luput dari Marvel. Pria itu mengerutkan keningnya heran dan bertanya, "apa yang kau lakukan?"

"Aku tidak mau teman-teman ku bertanya tentang cincin di jari manis ku. Jadi lebih baik aku jadikan liontin saja. Lagipula, tidak banyak yang tahu tentang pernikahan kita. Maksudnya, keluargamu dan keluargaku sepakat untuk menyembunyikan nya sampai aku lulus nanti," terang Angel.

"Oh, " Marvel memarkirkan mobilnya di depan gerbang sekolah SMA 1 HA Dirgantara. "Nanti kau pulang jam berapa? Aku akan menjemputmu," ucapnya.

"Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri." Angel turun dari mobil dan pergi begitu saja.

"Cih, kau pikir aku serius ingin menjemput mu? Jika bukan karena kak Flora, aku juga tidak akan mau," gumam Marvel. Dia menyalakan mesin mobil dan menginjak pedal gas, pergi ke perusahaan.

Ini pertama kalinya ia pergi ke perusahaan cabang. Biasanya ia membantu di perusahaan utama keluarga Dirgantara. Tapi karena terjadi masalah di perusahaan cabang, Nicholas mengirimnya untuk mengatasi masalah di sana sekaligus menjadi pemimpin perusahaan.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Marvel sampai di perusahaan NC Group. Dia merapikan jas nya terlebih dahulu sebelum masuk ke perusahaan tersebut.

Saat melewati lobby, banyak karyawan yang membungkuk hormat, menyapa dirinya. Namun ada satu karyawan yang menyita perhatian nya. "Dia ... Tidak mungkin dia ada di sini, kan?" batin Marvel. Dia mendekati karyawan tersebut untuk memastikan sesuatu. "Tegakkan kepalamu!!" perintah Marvel.

Dengan tubuh yang gemetar, karyawan itu menegakkan kepalanya takut . "Ma-maaf jika saya melakukan kesalahan, tuan," ucap karyawan itu

Marvel tertegun sejenak. Dia tidak menjawab, tapi justru pergi begitu saja. "Itu, benar-benar dia," batin Marvel