Mahendra laki laki tegas dan berpendirian, ia jatuh cinta pada Retno adik tunangannya.
Satu malam Hendra melakukan kesalahan besar pada Retno, sehingga membuat gadis itu pergi meninggalkan kota kelahirannya.
Bertahun tahun Hendra hidup dalam penyesalannya, hingga tujuh tahun kemudian Retno kembali ke kota kelahirannya dengan calon suaminya.
apakah yang akan terjadi pada Retno dan Hendra, apakah kebencian masih menguasai hati Retno? dan masihkah Hendra mencintai Retno?, selamat membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7th
Tujuh tahun kemudian...
Retno mengendarai motornya melewati jalan Buah batu.
Ia menuju salah satu sekolah menengah atas tempatnya mengajar.
Dua puluh menit ia berkendara, melewati jalanan kota bandung yang lumayan macet pagi ini.
" Selamat pagi Bu?!" sapa anak anak yang sedang berjalan masuk ke dalam halaman sekolah.
" iya pagi!" jawab Retno dengan senyum cerah sembari mengendarai motornya ke arah parkiran para guru.
" Bu Retno!" panggil seorang guru berjalan terburu buru ke arah Retno yang sedang sibuk melepas helmnya.
" ada apa Bu Diah?" tanya Retno,
" hari ini ada acara setelah pulang sekolah?"
" tidak Bu, memangnya ada apa?"
" Bu Titi ulang tahun, kita mau adakan kejutan setelah pulang sekolah?" kata Bu Dian setengah berbisik,
" oh.." Retno mengangguk,
" ikut ya? Ikut?"
" siap Bu..!" Retno memberikan jempolnya.
Setelah Bu Dian pergi, Retno langsung masuk ke ruangannya.
Sebagai guru Bimbingan konseling, ia mempunyai ruangan sendiri dan tidak berkumpul dengan guru guru lain, namun tidak jarang saat waktu istirahat, ia juga duduk dan sedikit berbincang dengan guru d
Guru di ruang guru demi kesopanan.
Tujuh tahun berlalu, Retno kecil sekarang bertambah beberapa Senti tingginya, tubuhnya pun menjadi sedikit berisi.
Tentu saja.. Bandung adalah kota yang penuh dengan kuliner yang sangat memanjakan lidah, ia bisa makan apapun yang ia suka, dan berjalan jalan kemanapun tanpa ragu.
Bisa di katakan ia senang dan nyaman hidup di Bandung.
Tidak salah dulu ia memilih kota ini untuk mengambil gelar sarjananya.
Keputusannya pergi ke Bandung sempat di tentang keras oleh keluarganya yang lebih setuju ia berkuliah di Surabaya karena dekat dengan om dan tantenya.
Untungnya saat itu keputusan Retno sudah bulat, sehingga tidak seorangpun diantara keluarganya sanggup mencegahnya.
Di Bandung ia menemukan kehidupan yang baru, bertemu dengan orang orang baru yang menyenangkan, kalau tidak betah mana mungkin setelah lulus ia langsung mencari pekerjaan di kota ini pula.
Ratna hampir setiap hari menelfonnya, memaksanya untuk pulang, tapi tidak sekalipun dalam tujuh tahun ini ia pulang, justru orang tuanya yang selalu berkunjung ke Bandung untuk menjenguknya.
" Halo.. Tante..!" terdengar suara anak kecil dari balik telefon.
" iya sayang.." jawab Retno kalem,
" mama nakal! Galih di cubit hari ini?!" terdengar suara manja seorang anak laki laki berusia lima tahun.
" oh, mama nakal? Memangnya kenapa Galih di cubit?"
" itu.. Galih tidak mau berangkat sekolah,"
" kenapa Galih tidak mau berangkat sekolah?"
" Galih tidak suka, ada teman Galih yang nakal Tante..!"
" hemmm... Begitu? Bisa Tante bicara dengan mama?"
" boleh.." jawab anak kecil itu, tak lama telepon itu sudah berpindah tangan.
" Anak itu pasti mengadu lagi padamu?" terdengar suara Ratna yang sepertinya lelah,
" tentu saja, mengadu padamu hanya kau marahi saja.."
" dia sudah tiga hari tidak mau sekolah?"
" itu karena ada temannya yang nakal, harusnya kau selesaikan problemnya, baru menyuruhnya masuk sekolah.. tentunya dia akan belajar dengan tenang.."
" mereka itu anak anak Ret, di usia mereka wajarlah berkelahi, setelah itu mereka juga akur kembali?"
" eh.. Jangan menganggap hal semacam itu sepele, setiap anak itu berbeda beda..
Jangan mentang mentang anakmu laki laki lalu kau asuh dia asal saja..
Komunikasikan dengan Bu gurunya, biar Bu gurunya yang mengawasi dan memberi peringatan anak yang nakal itu, jangan asal biarlah dan biarkan..
Tidak mau sekolah sampai tiga hari, berarti apa yang di lakukan temannya itu sangat mengganggunya?" Retno mengomeli Ratna.
" Hahh.." keluh Ratna,
" Aku sibuk Ret, kau tau kan? Aku sibuk bekerja..?"
" tetap saja perhatikan putramu!"
" baiklah, akan kutelpon gurunya setelah ini.."
" baguslah, bekerja samalah dengan papanya! katakan pada papanya untuk memperbanyak perannya dalam mengasuh, jangan bekerja terus?! Kau sibuk, papanya sibuk?! kasihan tau Galih..!" tegas Retno.
" ya sudah..! Aku masih di sekolah ini, ku tutup telfonnya.." kata Retno mematikan panggilan Ratna.
Laki laki itu berjalan ke luar dari kantornya, kemeja putih dan jas hitamnya melekat rapi di tubuhnya. Hari ini tugasnya menerima tamu rombongan dari singapore sudah selesai.
Di lirik jamnya, sudah waktunya makan siang,
" Pak Hendra, sudah saya siapkan makan siangnya.." suara sekertaris Hendra.
" Aku akan makan di luar.." jawab Hendra, laki laki itu terus berjalan meninggalkan sekretarisnya lalu memasuki lift.
Dari lantai paling atas turun ke lantai paling bawah.
Lantai bawah terdapat lobby, restoran, tempat gym dan kolam renang.
Hendra keluar dari lift. Baru saja ia melewati lobby, seorang anak kecil berlari ke arahnya.
" Mama mengejarku?!" keluh anak kecil itu sembari bergelayut pada Hendra.
Dari pintu kaca restoran terlihat Ratna sedang berjalan keluar terburu buru.
" Astaga bandelnya?!" gemas Ratna yang berkemeja biru dan bercelana hitam itu.
Melihat Ratna yang berjalan mendekat Hendra mengangkat tubuh anak itu dan menggendongnya.
" Kau membuat mamamu marah lagi?" tanya Hendra dengan suara lirih,
" mama memaksaku makan wortel!"
" wortel itu sehat.."
" wortel tidak enak!" jawab anak kecil itu menggeleng tegas.
" Ayo turun! Lanjutkan makan dengan mama!" tegas Ratna pada Galih yang berada di gendongan Hendra.
" Tidak mau..!" jawab galih memeluk Hendra erat,
" astaga..?!" keluh Ratna,
Hendra menghela nafas panjang,
" makanlah kembali, biar dia makan denganku," kata Hendra pada Ratna,
" jangan selalu di bela mas, nanti kebiasaan?"
" kebiasaan apa? Sudah sana, biar aku yang menjaganya,"
" kau mau makan dimana?"
" aku ada janji makan di luar.."
" lalu Galih?"
" biarkan saja bersama ku.. Sudahlah, kau lanjutkan makanmu," ujar Hendra membawa galih pergi keluar dari lobby, dan menuju parkiran hotel.
sehat selalu mbk Ayu