NovelToon NovelToon
And It Just Comes Back Like An Old Love

And It Just Comes Back Like An Old Love

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Berbaikan / Wanita Karir / Office Romance
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Berry06

Kemunculan direktur eksekutif muda yang tampan menimbulkan kehebohan, khususnya di kalangan karyawan wanita.

Lotus si karyawan biasa tidak menyangka, direktur eksekutif muda baru yang mempesona di kantornya ternyata adalah Elion pria yang dulu dikenal culun, jelek, gendut, miskin dan bodoh, teman sekelasnya semasa sekolah menengah atas.

Lotus merasa bersalah dan malu karena dahulu pernah terlibat dalam kasus perundungan terhadap pria itu. Jadi sebisa mungkin ia menyembunyikan dirinya agar tidak terlihat di mata pria itu. Namun akibat dari kecerobohannya sendiri, ia tak sengaja menumpahkan kopi di jas milik pria itu, lalu akhirnya pria itu menyadari kehadirannya dan mulai mengusiknya seolah tengah membalaskan dendam.

Benarkah hanya dendam? Atau sesuatu yang lain yang tidak pernah Lotus sadari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Berry06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab X

Lotus dapat melihat Elion yang sedang berdiri sambil bersandar di pintu mobilnya dengan wajah yang bertekuk Suram serta penampilan acak-acakan. Kemeja hitamnya tampak kusut dengan tiga kancing atas terbuka. Berbeda jauh dengan penampilan rapinya di kantor. Lotus sama sekali tak berniat menyapa pria itu, ia sengaja langsung melewati pria itu begitu saja untuk membuka pintu gerbang rumahnya.

Begitu Elion menyadari kedatangannya, matanya langsung berkilat senang, secepat mungkin ia membawa dirinya mendekati gadis itu. "Darimana?" Tanyanya.

Lotus sama sekali tak berniat menjawab pertanyaan pria itu.  Gadis itu sepenuhnya mengabaikan Elion. Setelah berhasil membuka gerendel kunci pintu gerbang rumahnya, Lotus kemudian berjalan memasuki halaman rumahnya dengan Elion yang mengekor dari belakang.

Di depan teras ada dua kursi tua.

Lotus duduk di salah satu kursi itu sambil menatap Elion dan Pria itu mengangkat alisnya.

"Tak mau mempersilahkan aku masuk kerumah mu?" Tanya Elion.

"Disini saja" jawab Lotus.

Elion menghela nafasnya, "Baiklah"

Elion tak mengatakan apapun lagi, dia duduk di kursi tua yang sebenernya tidak ia sukai kondisinya. Sudah memprihatinkan, lapuk termakan usia membuatnya mengernyit tak nyaman. Ya, meskipun kondisinya masih sangat bersih terawat.

Namun jika sampai ia menolak. Bagaimana reaksi gadis itu? Dia pasti akan merasa tersinggung.

"Ada apa pak?"  Tanya Lotus karena tidak tahan dalam keheningan. Dia ingin mengetahui apa maksud pria itu datang mengganggu waktunya dengan Nicole, menerornya.

"Kau sudah menandatangani surat kontrak?" Ujarnya.

Lotus menghela nafas. "Aku belum mempertimbangkan" dustanya.

"Terima saja!" Tegasnya dengan suara berat.

"Kenapa harus?" Tanya Lotus heran.

"Menurut mu? Itu jauh lebih baik daripada menjadi karyawan biasa"

"Jadi bapak jauh-jauh hanya untuk menanyakan hal itu? Besok akan ku pastikan ada keputus—"

"Bukan" Potong Elion cepat.

"Aku tau kau akan menerima tawaran itu, aku datang kesini dengan maksud lain" Lanjutnya. Lotus memutar matanya malas mendengar jawaban pria itu, percaya diri sekali dia akan menandatangani kontrak. Namun dia langsung mengigiti bibirnya. Menatap Elion yang terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Pria itu tak mengeluarkan aura mengintimidasi ataupun menakutkan seperti di kantor, kali ini dia terlihat sedikit lebih santai dan tenang, dan juga sedikit kacau apa dia sedikit mabuk? Tapi Lotus merasa itu lebih berbahaya.  Lotus menjadi tersentuh dan agak bersimpati,  bertanya-tanya dalam hati ada apa dengan pria itu? Ada masalah kah? Tidak seperti biasanya.

"Dan apa itu?" Tanya Lotus dengan suara pelan, bahkan nyaris tak terdengar.

Namun, Elion tetap dapat mendengar suara Lotus dengan sangat jelas, karena pria itu sepenuhnya sedang memusatkan pikiran dan jiwanya hanya untuk gadis di depannya.

Elion menatap Lotus dengan pandangan penuh keraguan. "Kau mungkin tak percaya. Tapi aku merindukan mu"

"Benar-benar merindukan mu" Lanjutnya dengan suara berat penuh penekanan. Lotus langsung tertawa ringan sambil mengibaskan tangannya, mendengar ucapan Elion yang agak lucu. Menyadari apa yang dia tertawakan hanya lucu baginya seorang, maka Lotus dengan cepat mengontrol ekspresi wajahnya. Dia mengernyit, balas menatap pria itu, dia ingin melihat kesungguhan dalam ucapannya. Atau kah sesuatu yang main-main sebelum ia memikirkan kata yang tepat untuk membalas kata-katanya. Dan yang Lotus lihat hanya keseriusan.

Lalu, pandangannya turun memperhatikan seluruh pahatan wajah Elion yang tajam, di pipinya dapat ia lihat bekas memar. Kemungkinan bekas tamparannya tadi siang. Atau tamparan baru?

Tiba-tiba Lotus di serang perasaan menyesal, padahal sudah sepantasnya ia menampar pria itu. Atas semua tingkahnya yang tak sopan tadi siang.

"Ya benar, aku memang tak percaya" Ucap Lotus dengan suara datarnya. Mencoba menutupi kepeduliannya.

"Dan sebenarnya aku tak peduli" timpal Elion. "Tak peduli kau mempercayai atau tidak"

Lotus mendecih pelan.

"Hanya saja, bisakah kau menerimaku? Kau seperti membenciku atau selalu menghindari ku" lanjutnya lagi. "Aku hanya ingin kau bersikap biasa saja, bukan penuh  kewaspadaan terhadap diriku. Aku bukan orang jahat"

"Benarkah? Kau merasa begitu? Padahal aku tidak" dusta Lotus. Bagaimana ia tak menyimpan kewaspadaan kepadanya? Sedang dari awal saja pria itu memberikan kesan yang membuatnya bertanya-tanya.

"Hanya saja, ya, aku berpikir memang sudah sepantasnya. Kau direktur baru di Perusahaan tempat ku  bekerja. Apa yang kau harapkan? Kita saling sapa dan bersikap akrab di depan karyawan lain? Tentu saja tidak kan. Bagaimana asumsi orang-orang. Minim interaksi bukan berarti membenci atau menghindari"

Padahal benar, dari awal memang ia tak mau terlibat dan berurusan dengan Elion. Tapi di kondisi seperti ini dia tak mungkin jujur.

"Itu terlihat jelas" Ucap pria itu dengan suara seraknya. "Kau menghindari ku. Membenci ku lebih tepatnya. Setiap kali kau menatapku. Mata tak bisa berbohong. Kau masih membenciku seperti saat masih SMA dulu?"

Lotus tak ingin lagi membuat alasan, dia mempertimbangkan sesuatu agar bisa berkata terus terang.

"Sejujurnya aku masih tak percaya kau adalah Elion yang aku kenal, terlalu banyak perbedaan. Terlalu banyak perubahan. Aku berpikir Elion yang dulu aku kenal tidak ada pada dirimu. Kau jauh seperti sosok yang benar-benar berbeda. Lagipula— setiap kali bertemu dengan mu aku malu, kau menjadi pria yang sukses sekarang ini, sedangkan aku? Kehidupan ku masih sama menyedihkannya seperti dahulu. Aku takut kau mengingat semua perilaku kejam ku di masa lalu dan berniat membalas dendam"

Elion tiba-tiba menahan senyumnya, Ya ampun, lucu sekali. Jadi karena itu Lotus l terlihat takut dan seolah menghindar kepadanya?  Bagi Elion, Lotus  masih sama sejak terakhir dulu ia bertemu. Selalu berterus-terang tentang apa yang dia rasakan begitu saja.

"Kenapa harus malu? Aku juga tak pernah berpikir untuk membalaskan dendam kepadamu"

"Benarkah? Mengapa begitu. Padahal dulu aku sangat jahat. Jika aku jadi kau. Mungkin akan ku tertawakan"

"Aku tak menganggap nya begitu"

Lotus di buat bingung dengan jawaban pria itu. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan. Tetapi dia merasa lebih baik di simpan. Akan sangat memalukan jika ia tanyakan.

Jadi ia hanya menundukan kepalanya dan memaku pandangannya pada lantai keramik retak di bawah kakinya.

Dia berdehem pelan.

Dengan tangan yang mengetuk-ngetuk pegangan kursi.

"Aku  minta maaf atas kejadian tadi" Ucap Elion tulus, merujuk pada hal yang ia lakukan tadi siang ketika menyentuh kaki Lotus dan menyentuh hampir bagian intim gadis itu.  "Telah bersikap seperti bajingan"

' Tetapi aku tak berjanji untuk tak mengulanginya lagi. Karena aku sangat menginginkan dirimu, aku ingin menyentuh mu lebih banyak lagi, ingin kau menyerah dan menjadi milikku seutuhnya. Dan akan ku pastikan hal itu terjadi'

Lanjutnya di dalam hati. Jika gadis itu bisa mendengar suara hatinya mungkin gadis itu akan marah dan melemparnya keluar sekarang juga. Elion tersenyum tipis, dengan ekspresi tenang di wajahnya.

Lotus bahkan tak menyadari pria itu telah tersenyum.

"Ya, Elion tadi itu sangat keterlaluan. Kau beruntung aku hanya menampar mu. Lain kali aku akan membunuh mu"

"Jadi bisa kita akur? Dan berhubungan baik?" Tanya Elion.

"Dari awal kita memang akur. Kau yang membuat kita tak akur, kau memarahiku ketika salah naik Lift" Jawab Lotus dengan mata menyipit.

"Kau masih mengingatnya? Itu salah mu sendiri" Elion tak menerima hal itu.

"Ya yang itu memang benar, bagaimana dengan tadi? Kau mengomeli ku habis-habisan di depan semua karyawan divisi pemasaran!!"

Lanjut Lotus sambil menunjuk pria di sebelahnya.

"Itu juga salah mu! Aku hanya mengomentari hal yang salah tentang pembuatan laporan mu" Sangkal Elion lagi.

"Tidak itu terlalu di buat-buat dan berlebihan!!"  Kata Lotus sinis, matanya mendelik dengan bibir mengerucut. Lotus begitu terlihat menggemaskan di mata Elion alih-alih terlihat menyeramkan. Akhirnya karena tak tahan dengan wajah lucu gadis itu, Elion kalah kemudian dengan mudahnya ia membenarkan. 

"Baiklah, lalu apa lagi?" Tanya nya lembut, penasaran dengan semua uneg-uneg yang di pendam gadis itu kepadanya.

"Aku masih belum melupakan bahwa kau ikut olimpiade dan benar-benar kuliah di Eropa"

"Aku sadar, itu bukan salah mu. Kau berhak tentu saja. Tapi.... Aku masih belum menerimanya dan masih sering berandai-andai" cicitnya pelan.

Elion tak bisa mengatakan apapun untuk masalah itu, mereka memang harus bersaing. Meskipun ia juga tahu bahwa saat itu Lotus berjuang begitu keras dan itulah mimpi besarnya. Elion juga tau, Lotus ingin lari dari ayahnya yang tak baik.

Tetapi di sisi lain, dia mengalami nasib yang sama menyedihkan dengan gadis itu.

Dia tak pernah merasa bersalah sudah mengambil mimpi gadis itu. Hanya saja, dia menyesal menjadi jauh dengan gadis itu.

Hubungan mereka merenggang dengan Lotus yang sering meluapkan kekesalannya dengan begitu berlebih. Elion tak pernah marah ataupun sakit hati, karena jika ia di posisi Lotus mungkin memang merasa bagai di khianati. Gadis itu adalah gadis yang baik dan satu-satunya orang yang menaruh perhatian padanya. Tak memandang fisik tak memandang status. Dan hal itulah yang membuat Elion jatuh hati di masa lalu.

Elion dahulu dikenal sebagai siswa culun. Dia hanya diam saja saat orang -orang merundungnya. Bukannya tak ingin melawan ataupun lemah. Hanya saja bagi Elion hal itu sangat tidak penting. Melayani sampah hanya membuang-buang energi dan lebih banyak melibatkannya pada sebuah masalah yang dapat memberatkan ibunya. Jadi dia membiarkan saja.

Dulu, ibunya kabur dari ayahnya yang merupakan konglomerat kaya. Sekedar informasi, Elion adalah anak dari istri kedua pemilik Adhikara group. Ibunya Membawa dirinya yang masih polos dari kejaran dan kekangan ayahnya. Dan mereka mesti bertahan tanpa sedikitpun materi yang di bawa ke pelarian.

Namun, bukan berarti dia sangat menderita. Dia senang bisa menjalani hidup sederhana bersama ibunya. Dia membantu sang ibu bekerja hingga tak begitu memikirkan nilai akademik. Ibunya selalu memanjanya dan memberikan makanan enak, mereka tak terikat aturan apapun yang dulu di terapkan sang ayah tuan Adhikara. Dan hal itu lebih membahagiakan.

Saat usianya masih belasan, Elion tak begitu memikirkan penampilan dan bagaimana ia terlihat di mata orang hingga badannya besarpun tak diurusi. Tanpa sepengetahuannya, diam-diam ayahnya masih tetap memantau kehidupannya dan sang  ibu.

Ayahnya kemudian mengajaknya untuk kembali bersama. Menertawakan nasibnya yang dianggap memprihatinkan. Ayahnya juga mengecap sang ibu gagal dalam mendidiknya. Awalnya ia tak peduli Sampai hinaan itu terdengar oleh telinganya sendiri dan ibunya perlahan berubah menjadi pemurung. Dia juga sering menangis diam-diam karena merasa bersalah memberatkan Elion untuk ikut bekerja.

Elion selalu menenangkan ibunya bahwa hal itu bukanlah masalah. Tapi sang ibu mulai memikirkan kata-kata ayahnya tentang masa depan Elion.

Akhirnya supaya sang ibu tenang dan tak sakit-sakitan ia melakukan pembuktian bahwa ibunya tak pernah gagal dalam mendidiknya. Ia mengambil kesempatan test olimpiade dengan reward jika berhasil menjuarainya, maka mendapatkan beasiswa full ke Eropa.

Dia sangat menyesal hal itu justru yang menjadi pemisah diantara hubungannya dengan Lotus, tetapi saat itu tak ada pilihan.

"Itu wajar" Ucap Elion.

"Tapi kau tau kan, aku tak bisa meminta maaf untuk hal itu"

"Ya aku tau,  Aku yang harus meminta maaf"

Elion memandang Lotus dengan tatapan dalam. Dia memperhatikan bahwa gadis itu sedang berusaha tersenyum. Tetapi Elion tau, gadis itu hanya berpura-pura. Membentengi dirinya. Elion sempat mencari tau, kemana Lotus setelah lulus sekolah menengah atas. Gadis itu ternyata tak melanjutkan kuliah karena ayahnya yang tak mungkin mampu membiayai. Dia bekerja begitu keras sendiri mengambil pekerjaan apa saja yang bisa menghasilkan uang. Sampai kemudian dia melamar di Adhikara group.

Harusnya Lotus tak lolos perusahaan karena kualifikasi tingkat pendidikannya. Tetapi prestasi dan keaktifan gadis itu semasa Sekolah menengah atas menjadi penolong. Lotus juga mempunyai wawasan luas dan berpengalaman dalam organisasi. Sayangnya, meski begitu, dia kesulitan naik jabatan ataupun mendapatkan promosi sebagus apapun kerjanya. Dan menurut Elion pribadi, Lotus adalah wanita yang hebat, Pekerja keras dan pantang menyerah.

Tak pernah sekalipun ia di buat tak kagum.

Saat keduanya diam dengan pikiran yang sibuk masing-masing, kilatan petir menyusul gemuruhnya seakahn menyadarkan mereka dan membawa mereka kembali. Lotus menutup telinganya karena takut.

Beberapa detik kemudian petir itu terdengar lagi, lebih keras dan begitu seterusnya.

"Sepertinya akan ada hujan besar. Aku harus pulang sebelum jalanan macet dan banjir"

"Mau mampir dulu?" Lotus mengundang Elion untuk masuk kerumahnya. Entah dimana pikiran gadis itu sekarang. Lotus sendiri juga bingung, dan sedikit menyesal karena sepertinya Elion tak akan menolaknya.

Lotus mengutuk dirinya sendiri. Dan menenangkan dirinya, berkata dalam hati bahwa ia hanya bersikap peduli kepada pria itu. Padahal jelas dia tak mau berduaan dengan Elion dirumahnya. Tetapi kenapa ia malah mengundang pria itu untuk masuk.

Elion sendiri diam mematung dengan mata bersinar terang karena senang.

"Tentu saja"

Dengan canggung Lotus mencari kunci pintu rumahnya di dalam tas tangan. Dia berdiri kaku dan membelakangi Elion untuk membuka pintunya.

Di belakangnya, Elion tersenyum dengan lebar. Sangat lebar hingga matanya menyipit segaris.

"Jangan tertawakan kondisi rumah ku. Aku tau pasti rumahku dan rumahmu kondisinya jauh berbeda"

"Tidak akan" jawab Elion senang.

Lotus membuka pintu rumahnya dan mempersilahkan Elion masuk.

Rumah itu sangat bersih dan wangi. Ukurannya kecil dan sempit hanya ada ruang tv  sekaligus ruang tamu, dapur, kamar mandi dan juga dua kamar tidur. Tidak banyak barang yang bisa membuat rumah terasa sesak. Lotus dapat menata rumah semungil itu menjadi sangat nyaman.

"Kau mau minum apa? Aku memiliki kopi instan, teh, dan juga jus jeruk. Oh, aku juga punya anggur"

"Tak perlu repot-repot" tolak Elion halus.

Lotus memutar matanya. "Baiklah aku akan mengambil jus saja"

Elion memperhatikan setiap pergerakan Lotus, hingga gadis itu menghilang dari jarak pandangannya.

Gadis itu kembali dengan dua gelas jus dan sepiring Pai apel.

"Aku hanya punya ini" Ujarnya sambil meletakan nampan diatas meja.

"Terimakasih" Jawab Elion sopan.

Diluar Hujan mulai turun dengan lebat dan gemuruh petir bersahutan dengan Keras. Lotus sangat takut petir. Gadis itu duduk dan menutup telinganya. Sesekali ia memejamkan mata. Jika sedang sendirian gadis itu akan bergelung dikasurnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Lotus sangat menyukai hujan, namun tidak jika disertai petir. Dia sampai lupa mengabari Nicole dan membiarkan handphonenya di dalam tas.

"Kau masih takut petir"

Lotus mengabaikan perkataan Elion, dia meringkuk seperti anak kecil menaikan kedua kakinya keatas sofa.

Tiba-tiba suara petir begitu dekat dan sangat keras seolah menyambar. Berbarengan dengan lampu yang padam. Lotus merapalkan doa dengan bibir bergetar. Lotus mungkin tak sadar saat dia setengah menjerit.

Tak lama, tubuhnya terasa hangat dilingkupi oleh tubuh besar seseorang, yang tak lain adalah Elion. Pria itu memeluknya dan menepuk-nepuk punggung dengan lembut berupaya menenangkannya.

"Apa yang kau lakukan? Aku tak apa-apa" ucap Lotus. Dia tak bisa melihat apapun karena gelap hanya bisa merasakan Elion yang memeluknya dengan erat dan deru nafas pria itu. Tubuhnya hangat dan keras, serta sangat wangi, seperti perpaduan Aqua dan leather, terasa sensual, sekaligus menenangkan.

"Aku tak apa-apa sungguh" kata Lotus lagi. Tetapi tangannya membalas pelukan Elion dan meremat baju pria itu, sudah lama sejak ibunya meninggal. Lotus tak pernah lagi merasakan pelukan sehangat dan menenangkan ini. Dia beberapa kali berkencan dengan pria. Namun tak satupun membawanya pada rasa tenang.

Cahaya dari kilatan petir  masuk  membuat Lotus semakin bergetar.

Dia menenggelamkan tubuhnya, membiarkan Elion memeluknya.

Elion tersenyum dalam kegelapan. Bukankah dia mendapat Jackpot besar?

Dengan sedikit berani, Elion membawa Lotus berbaring. Gadis itu hanya menurut.

Mereka berdua berpelukan, dengan wajah mungil Lotus yang tenggelam di dada bidang Elion. Lotus tak tahu, detak jantung siapa yang terdengar begitu ribut. Mungkin miliknya karena takut. Diam-diam Lotus menangis..Dia selalu sendirian sejak di tinggalkan ibunya. Padahal ia sangat takut petir. Dan Kini Elion bersamanya, memberinya kehangatan dan rasa aman.

"Lotus kau tinggal sendiri, bagaimana kau bisa bertahan selama ini sebenarnya?" Bisik Elion lirih. Pria itu mengecup puncak kepala Lotus dengan sayang.

Lotus sendiri tidak memikirkan apapun selain dari mencari rasa aman.

Lotus meringkuk di pojokan kelas, kedua tangan menutupi telinga dan mata terpejam dengan erat. Bibirnya bergetar merapalkan doa, sesekali ia memanggil ibunya. Padahal saat itu, ibunya sudah tiada.

Kelas terakhir hari itu telah bubar dan  semua orang sudah pulang kecuali dirinya.

Dia tak ingin pulang karena di luar sedang ada petir, dan jarak rumah dari sekolahnya cukup jauh. Apalagi dia selalu berjalan kaki sendirian.

Dia tak bisa berpikir apapun, bahkan untuk sekedar keluar kelas Lotus tak berani.

Gemuruh petir terdengar sangat keras dan seolah akan menyambar siapapun dengan marah. Jadi Lotus diam saja, dia memang sedikit sensitif dengan suara. Jangankan petir, suara letusan balon saja dia sangat takut.

Entah kenapa, dari Kecil dia memang begitu. Tubuhnya lemas tiap kali mendengar suara mengagetkan, dengan jantung yang berdetak kencang dan keringat dingin sebesar biji jagung yang mengucur deras di bagian tubuhnya.

Dia sangat ketakutan.

Dia berharap Tuhan mengirimkan seseorang pelindung untuknya.

Dan tuhan maha pendengar.

"Lotus kau baik-baik saja?" Tanya sebuah suara.

Lotus membuka matanya secara perlahan dan mendapati Elion berdiri hadapannya  dengan pandangan prihatin. "kenapa belum pulang?"

"A—aku takut petir hiks" Lotus menjawab susah payah dengan bibir bergetar. Dia mengusap air matanya dengan cepat."kau sendiri kenapa belum pulang, bukanya sudah tadi?"

"Belum. Aku disuruh anak-anak untuk menyimpan buku" Jawab Elion dengan wajah bertekuk.

"Kau tak harus menuruti perintah mereka!" Kata Lotus dengan nafas tersengal.

Elion hanya tersenyum kecil sebagai balasan.

"Jangan katakan pada siapapun kau melihat ku menangis!! Kau mengerti!!" Tekan Lotus.

Elion mengangguk paham, " aku tak akan mengatakannya kepada siapapun"  pria itu mengulurkan tangannya.

"Bagus" Lotus menerima tangan pria itu dan mereka berjabat tangan.

"Ini sudah semakin sore Lotus, kau mau disini sendirian? Atau ada yang akan menjemput mu?"

Lotus menggeleng.

Elion menghela nafasnya. "Ayo pulang, aku akan mengantar mu" ajaknya lembut.

Lotus membulatkan matanya. Dengan malu-malu ia bertanya untuk memastikan.  "Benarkah?"

"Ya ayo!"

Lorus tersenyum ceria dan mengangguk gadis itu mengambil tasnya lalu mendekat kearah Elion.

Tangannya memegangi baju Elion dengan erat dan mendekat merapat kan Tubuhnya tiap kali ada kilatan petir. Gadis itu memejamkan  matanya dan menunduk dalam. Kakinya bergetar hebat.

Karena kasian Elion berjongkok di depan gadis itu."ayo naik"

Lotus memandang Elion dengan ragu. Pria itu bertubuh besar meski pun tinggi. Menawarkan gendongan? Apa dia bisa menggendongnya? Dengan tubuhnya yang sebesar itu?

Tetapi karena terlalu takut Lotus naik ke punggung pria itu. Urusan apapun terserah nanti.

Siapa disangka pria itu memiliki kekuatan yang cukup besar. Sanggup mengangkat tubuhnya.

Elion mengantarnya pulang dan meraka diam tak terlibat percakapan apapun.

Elion senang bisa mengantar Lotus pulang bibirnya terus menyunggingkan senyum sedangkan Lotus menyembunyikan wajahnya di pundak Elion.

Tiap petir berbunyi. Tiap itu Lotus mengeratkan pelukannya pada leher Elion.

TBC.

1
manzanita_w 🍏🍎🍏
You nailed it, thor! Terus berkarya ya. 💪
shookiebu👽
Bikin deg-degan nih!
Berry06: makasieee udah mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!