And It Just Comes Back Like An Old Love
"Lotus maaf, tapi hasil test menunjukkan bahwa bukan kau yang berhak mengikuti olimpiade tahun ini"
Lotus melunturkan senyum nya begitu mendengar penuturan wali kelasnya. Gadis itu kemudian memandang wanita berambut pendek itu dengan wajah terluka. Apa yang dia dengar bagai sebuah lelucon untuknya.
Bagaimana bisa? Tidak ada yang mampu menyaingi dirinya selama dua tahun terakhir. Dan dia sudah berjuang keras untuk bisa mengikuti olimpiade tersebut. Dia sudah menghabiskan banyak waktu dan mati-matian belajar. Mengabaikan ajakan main dari teman-temannya juga godaan untuk bermalas-malasan.
"Apa ibu bercanda?" Tanya Lotus lirih, mencoba memastikan apa yang dia dengar sebelumnya. Karena demi tuhan, ia sama sekali tidak percaya.
Wali kelasnya meraih lengan mungil Lotus dan sedikit meremasnya. Berupaya menenangkan, karena ia tahu, murid kesayangannya itu pasti sangat terpukul. Dia tau seberapa keras usaha muridnya.
"Sayangnya ibu sedang tidak bercanda, jangan terlalu kecewa ya, ibu tau kau sudah berjuang dengan sangat keras untuk test itu. Nilai mu pun nyaris sempurna. Kau benar-benar gadis yang pintar. Masih banyak kesempatan dan peluang lainnya untuk mu"
Lotus tersenyum getir. Bagaimana mungkin ia tidak terlalu kecewa, dia tidak membutuhkan pujian sebagai validasi usaha dan kerja kerasnya selama ini, yang dia butuhkan adalah mengikuti olimpiade dan mendapatkan beasiswa kuliah di Eropa itu adalah impian terbesarnya. Dia rela kehilangan momen dan menukar masa remajanya dengan belajar, belajar, belajar dan belajar! Rela hanya tidur selama empat jam dalam sehari.
"Lalu siapa yang mendapatkan nilai tertinggi dalam test itu?" Suaranya terdengar bergetar karena kemarahan. Masih belum menerima.
"Elion.... Teman sekelas mu, dia mendapatkan nilai sempurna" Jawab wali kelasnya dengan nada tidak enak, dia juga bingung bagaimana Elion bisa mendapatkan nilai sempurna dalam test terbuka untuk olimpiade sedangkan dia sendiri selalu mendapatkan ranking terakhir di angkatan.
Semua guru ragu mengirimkan Elion ikut olimpiade, mengingat lelaki itu tidak pernah mendapatkan nilai bagus. namun sesuai aturan yang telah ditetapkan. Siapapun murid yang mengikuti test dan mendapatkan nilai tertinggi adalah murid yang berhak menjadi perwakilan sekolah. Hal itu tidak bisa di tawar lagi.
Mata Lotus seketika terbelalak lebar mendengar nama Elion di sebut.
Si cupu itu? Yang benar saja! pasti ada kesalahan pikirnya tidak terima.
Sedetik kemudian gadis itu tertawa ringan.
"Tidak mungkin bu!" Katanya meremehkan. Namun Lotus dapat melihat raut muka serius wali kelasnya tidak berubah.
Lotus tersenyum sinis, dia menunduk hormat dan pamit keluar dari ruang guru dengan kedua tangan terkepal, rahangnya mengeras dengan nafas tersengal. Dia ingin menjerit atau membanting apapun sebagai pelampiasan amarahnya.
Bagai kehilangan seluruh harapan hidupnya, Lotus merasa hancur berkeping-keping! Dia ingin lari sejauh mungkin dari rumahnya yang lebih terasa seperti neraka! Dia ingin mengejar mimpinya tinggal di luar negeri dan kuliah disana.
Tapi semuanya gagal, harapannya untuk mendapatkan beasiswa ke Eropa dirampas oleh Si cupu Elion.
Haruskah ia berbuat jahat dengan merencanakan skenario mencelakakan lelaki sialan itu?
Kenapa hasil usahanya yang begitu keras bisa gagal! Lelaki itu pasti menggunakan cara licik. Karena semua orang tau dia sangat bodoh.
Lotus berjalan menghampiri Elion yang sedang duduk di dalam kelas sendirian. Lelaki itu duduk di bangku paling belakang, dan sedang membaca sebuah buku. Berkali-kali lelaki itu membenarkan kacamata besarnya yang melorot. Lihatlah betapa bodoh dan terlihat konyolnya dia!
Lotus memandangnya dengan tatapan penuh kebencian. Sekarang, dia menyesal pernah membela dan berada di pihak pria itu ketika ia mendapatkan perundungan dan ditindas oleh teman-temannya. Lelaki itu memang pantas ditindas.
"Ada apa ya?" Tanya Elion bingung dengan suara pelan dan ragu. Matanya berkedip beberapa kali dengan cepat begitu menyadari keberadaan Lotus di dekatnya.
"Kenapa kau ikut test terbuka olimpiade?" Tanya Lotus berusaha mengontrol suaranya.
Elion tidak berpikir bahwa Lotus datang bersama kemarahannya, jadi dia menjawab dengan polos. "Ummm itu karena aku ingin mendapatkan beasiswa yang ditawarkan. Kau juga ikut kan? Hasil tesnya keluar kapan ya?"
Emosi Lotus semakin menggelegak begitu mendengar celetukan Elion yang polos dan terdengar seolah sedang mengejek dirinya yang terkalahkan oleh laki-laki cupu itu.
Tanpa ditahan-tahan Lotus menarik kerah baju Elion dan menampar pipi laki-laki itu dengan kekuatan penuh. Kacamata pria itu sampai terlepas dan jatuh di bawah kaki Lotus. Dia menyalurkan kekecewaanya dengan puas.
Lotus menginjak kacamata besar itu hingga patah dan pecah berkeping-keping. Tidak peduli meskipun harga kacamata minus itu mahal.
"Hasil tesnya sudah keluar bodoh! Selamat kau yang berhak menjadi perwakilan sekolah kita. Sekarang katakan kepadaku cara licik apa yang kau lakukan hingga bisa mendapatkan nilai sempurna!" Ucap Lotus kasar dengan nada yang tinggi. Mengundang perhatian teman-temannya yang sedang berada di luar, tepatnya di lorong kelas. Mereka mendengar suara keras Lotus lalu tertarik untuk masuk dan menonton sebuah pertunjukan.
Bagi mereka itu sangat menarik, karena Lotus dikenal sebagai gadis yang tenang dan jarang marah. Dia juga satu-satunya murid yang mau berteman dengan Elion. Atau lebih tepatnya malaikat pelindung si cupu dan si jelek Elion. Tetapi kali ini berbeda, dia sedang memarahi pria itu habis-habisan dan mempermalukannya.
Eliin meringis merasakan sengatan rasa perih dari pipinya. Dia yakin pukulan Lotus pasti meninggalkan lebam keunguan di wajahnya.
"Kau pria lemah, bodoh, gendut dan menjijikkan! Bagaimana mungkin kau bisa menjadi perwakilan sekolah!! Kau pasti curang!" Teriak Lotus.
"Akan ku pastikan kau menyesali semua perbuatan mu bodoh! Kau akan menderita dan menyesal sekolah disini sialan!" Kali ini Lotus kehilangan kontrol dirinya, suaranya bergetar dan pandangan matanya buram oleh air mata.
Dia menghempaskan cengkramanya pada kerah kemeja Elion dan berlari meninggalkan pria itu, juga kerumunan teman-temannya yang menonton.
Dia berlari menuju kamar mandi dan bersembunyi disana, mengunci dirinya sendirian.
Berkali-kali dia berusaha meyakinkan dirinya untuk tegar dan tidak boleh menunjukkan sisi rapuhnya kepada siapapun namun ia tidak mampu.
Hari ini adalah hari yang paling buruk yang Lotus alami dalam hidupnya. Dia kehilangan harapan untuk mendapatkan beasiswa dan kesempatan pergi dari rumahnya yang selalu terasa seperti neraka bagi dirinya setiap hari sejak kematian ibunya. Dia tidak ingin tinggal selamanya bersama ayahnya yang seorang pengangguran, pemabuk dan juga pemarah.
Dia merasa berhak marah kepada Elion dan menganggap pria itu benar-benar melakukan perbuatan licik. Elion telah membuat perjuangannya selama dua tahun terakhir belajar mati-matian terasa sia-sia. Lotus bahkan mengabaikan kesehatan fisiknya dan menekan dirinya terlalu keras untuk meraih mimpi dan ambisinya. Dia merasa pergi ke luar Negeri adalah sebuah harapan supaya bisa menjalani kehidupan yang lebih baik dan bahagia dari saat ini.
Namun ternyata, bukan takdirnya.
Lotus duduk di atas closet dan menaikan kakinya, dia menyembunyikan wajahnya di antara lutut lalu menangis sejadi-jadinya. Suaranya terdengar begitu menyedihkan, dipenuh sesak.
Darah juga turut keluar dari hidungnya, tapi gadis itu tidak peduli.
Dia mengutuki dirinya sendiri berulang-ulang dan berjanji akan menyakiti Elion kemudian membuatnya menderita sama seperti dirinya.
To be continued.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments