NovelToon NovelToon
Istri Barbar Tuan Muda

Istri Barbar Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:cintamanis / CEO / Cinta Paksa / Romansa
Popularitas:12.6k
Nilai: 5
Nama Author: Arsy Humaira

Gadis cantik bernama Alina Humaira, dinikahi Tuan muda tampan, bernama Jonathan Arya untuk memberikan seorang keturunan anak laki-laki dari keluarga konglomerat itu. Dia rela menjadi istri ketiga demi menyelamatkan ayahnya yang sedang sekarat.

Meski berat, gadis itu harus berani menghadapi segala resiko yang akan ia hadapi setelah terjadi pernikahan itu, termasuk meninggalkan calon suaminya yang sedang bekerja di luar negri.

Mampukan ia menjalani takdir, yang tak pernah terbayang sebelumnya? Apakah ia akan menjalani kehidupan seperti surga? Ataukah kehidupan seperti di neraka setelah kakinya menginjak rumah mewah bak istana itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arsy Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 22

Alina buru-buru pergi, dia menaiki lift, untuk menuju kamarnya di lantai tiga, sembari tak henti terkekeh. Gadis itu berjalan santai menuju kamarnya.

"Ekhemm!"

Terdengar suara Arya berdehem.

"Eh, Tuan Muda, sedang apa disini?" tanya Alina.

"Kamu itu ya! Saya disini hampir jamuran menunggu kamu, minta dijemput, eh ternyata kamu sudah disini saja!" jawab Arya, agak kesal.

"Gak anak gak ibu sama aja, tukang marah!" gerutu Alina, lalu masuk ke dalam kamarnya, melewati sang suami.

"Al, kok ucapan aya gak di jawab?"

"Tuan Muda, lagian kenapa aku di tungguin? Aku ini bukan anak kecil yang minta di gendong. Aku ini punya kaki, mata, juga kepala untuk berpikir, hanya sekedar jalan dari lantai bawah ke lantai tiga," jawab Alina terkekeh.

"Saya hanya ingin memastikan, keamanan kamu!" jawab Arya.

"Tenang Tuan, aku aman kok. Barusan aku ketemu mama di bawah, malahan kita sempat ngobrol sebentar," kata gadis itu, lalu hendak masuk ke dalam kamarnya.

"Hah… mengobrol dengan, mama? Lalu mama tahu kamu habis dari kamar Sukma?"

"Tahu, mama tanya, ya aku jawab!" jawab gadis itu lurus.

"Al, saya serius! Mama tidak marah sama kamu?" Arya mengikuti istrinya ke dalam kamar.

"Enggak, terlalu marah, biasalah agak ngomel dikit, ah iya. Aku lupa Tuan, ada hal yang ingin aku sampaikan, bisa kita bicara sebentar?" tanya Alina, sembari duduk di sofa di dalam kamarnya.

"Duduk, sini!" gadis itu, mengusap-ngusap tempat kosong di sampingnya.

Arya akhirnya menuruti sang istri, dia duduk di sampingnya. "Apa yang ingin kamu, bicarakan?" tanyanya.

"Tuan, aku punya teman, dan dia sedang butuh pekerjaan. Nah, kebetulan tadi mbak Sukma curhat sama aku. Katanya dia ingin punya pengasuh untuk Sifa dan Naya. Apa boleh temanku bekerja sebagai pengasuh Sifa dan Naya?" ujar  Alina menjelaskan.

"Sukma, butuh pengasuh?"

"Iya, kenapa Tuan tidak percaya?"

"Bukan begitu, hanya saya aneh mendengarnya, selama ini Sukma, happy-happy aja tanpa pengasuh, bahkan dia sendiri yang memberhentikan pengasuh Sifa dan Naya dulu!" jawab Arya seraya mengernyitkan dahinya.

"Kalau aku sih, gak aneh Tuan, pemikiran, ataupun hati seseorang kan bisa berubah kapan saja, begitupun istri, selalu ingin beda-beda. Contohnya ya Tuan!" sindir Alina.

"Kok, jadi merembet ke saya?" pria itu mengangkat alisnya sebelah.

"Kiasan Tuan, atau contoh," jawab gadis itu nyengir.

"Contoh sih, contoh, tapi jangan sindir saya! Memangnya saya mau punya istri, banyak?" cetus Arya agak kesal.

"Iya sorry… lanjut yang soal tadi ya! Jadi aku mau minta bantuan Tuan, teman saya butuh pekerjaan, nah. Kebetulan mbak Sukma butuh pengasuh," ucap Alina, seraya tersenyum begitu manis.

"Tidak bisa Al, kami selalu mempekerjakan para pegawai, maupun pelayan di rumah ini, selalu dari yayasan terpercaya, saya bukan tidak percaya kepada teman kamu, tapi pasti mama tidak akan mengizinkannya!" jawab Arya menolaknya.

"Ayolah Tuan, bisa aja kan, Tuan bilang kepada mama. Kalau teman aku itu dari yayasan, amankan?" Alina terus memohon.

"Maaf Al, tetap tidak bisa. Nanti saja, saya akan carikan pengasuh yang terbaik untuk, Sifa dan Naya, lewat yayasan!" jawab Arya tetap menolak.

"Ya sudah kalau begitu, aku akan mogok makan!" ucap gadis itu, seraya mengerucutkan bibirnya.

"Mulai lagi, bibir kamu mendadak maju, itu terserah, kamu!" jawab Arya lalu bangkit dari tempat duduknya dan hendak pergi.

"Kenapa sih? Teman aku itu orang baik, dari keluarga baik-baik, kenapa Tuan Arya takut dia akan maling? Akan berbuat jahat disini? Picik banget pemikiran orang kaya ternyata," ucap gadis itu sembari menahan tangis.

"Sejak kapan, kamu panggil saya nama? Dan masalah teman kamu, bukan saya tidak percaya, oke dia teman kamu, tapi saya tidak kenal dia! Lalu siapa yang akan menjamin kalau dia berbuat ulah di rumah ini? Kamu bilang kan tadi, hati dan pemikiran orang bisa berubah kapan saja, kamu lupa?" jawab Arya mengingatkan kata-kata Alina sebelumnya.

"Ya sudah, kalau temanku itu tidak diterima bekerja disini. Aku akan mogok makan!"

"Terserah!"

Jawab pria itu, lalu keluar dari kamar istrinya.

"Kupreeeettt… nyebelin…. Dasar kardun!" Alina menghentak-hentakan kakinya kesal.

"Pokoknya si Boneng harus masuk ke rumah ini, bagaimanapun caranya. Hanya dia yang bisa jadi mataku, yang bisa mengawasi mama, ya Allah maafkan aku! Aku hanya ingin mbak Sandra dan mbak Sukma bisa menjalani hidupnya yang baru, khususnya Sifa dan Naya. Gadis kecil itu, mereka tidak berdosa, mendapatkan ketidakadilan ini. Apalagi mama sangat membenci mereka, dan tidak mengakui kehadirannya." batin Alina, seraya menyeka air matanya, jika teringat muka polos Sifa dan Naya.

Arya berjalan masuk ke ruangan kerjanya, namun saat dia masuk, sudah ada Gilang di dalam sedang menunggunya.

"Tuan Muda," Gilang bangkit dari duduknya, lalu membungkuk hormat.

"Ada kabar apa, Gilang? Tiba-tiba kamu kesini tidak memberi tahu saya?" tanya Arya lalu duduk di kursi kebesarannya.

"Burhan ditangkap  polisi. Sesuai perintah Tuan Muda, saya sudah mengintrogasi kedua anak buahnya, saya kasih mereka syok terapi sedikit, dan akhirnya mereka mengakui semuanya, kalau acara meeting kemarin di bandung itu adalah jebakan untuk Tuan Muda, saya sudah merekam pengakuan mereka, dan saya langsung serahkan bukti itu ke polisi. Dan semua ini berkat istri Tuan Muda, non Alina. Berkat kekenakatan, dan keberanian dia, dan tanpa pikir panjang, menukar file itu kembali, bukan tidak mungkin, sekarang keluarga Tuan Muda sudah hancur. Intinya non Alina yang berperan besar dalam kasus ini." jelas Gilang panjang lebar.

Arya lumayan terhenyak saat mendengar penuturan Gilang tangan kanannya. Pria itu teringat akan istri kecilnya Alina. Padahal Alina baru beberapa hari dia menjadi istrinya, tapi dengan sigap gadis itu, ingin melindunginya dan juga keluarganya, tanpa pikir panjang.

"Lalu, sekarang keadaan Burhan bagaimana?" tanyanya.

"Dia sekarang mendekam di sel. Dan polisi pun sedang mengusut dan menyelidiki asal harta yang dia punya sekarang."

"Jadi, kasusnya merembet?"

"Benar Tuan Muda,"

"Ya sudah, kamu boleh pergi! Handle dulu urusan kantor, mungkin besok saya berangkat telat, saya masih ada urusan!" kata Arya.

"Iya Tuan Muda, kalau begitu saya permisi!" jawab Gilang, lalu dia keluar dari ruangan bos nya itu.

Arya memutar-mutar ballpoint di tangannya. Dengan pikiran tertuju kepada sang istri ketiganya yaitu Alina Humaira.

"Gadis itu, memang berbeda. Dia cenderung memikirkan orang lain, daripada dirinya sendiri, dia cerdas meskipun sikapnya bar-bar. Entah saya beruntung mendapatkanya sekarang…" gumam pria itu, tanpa dia sadari sekarang sudut bibirnya menyunggingkan senyum.

Besok pagi.

Arya keluar dari dalam kamarnya. Pria itu terlihat begitu gagah, wajah tampan, tubuh tegap dan atletis, didukung dengan fasilitas mewah, begitu cocok disebut sebagai Tuan Muda, di usianya yang menginjak 30 tahun. Pria itu sudah menjadi CEO di perusahaan besar.

"Tuan Muda," Sari dan Mita, menunduk saat sang majikan ada di hadapan mereka.

"Kenapa kalian masih disini? Istri saya belum membuka pintu?" tanya Arya.

"Belum Tuan Muda, sejak dari sore kemarin, non Alina tidak membuka pintu saat kami ketuk. Padahal setau kami dia belum makan Tuan," jawab Sari yang tetap menunduk.

"Ya ampun, gadis itu betul-betul nekat. Padahal dia sedang sakit. Ya sudah minggir, saya akan buka pintu kamarnya!" Arya kemudian mengeluarkan kunci duplikat kamar Alina, dari saku celananya.

Klik!

Ceklek!

Arya membuka pintu kamar sang istri. Pria itu masuk ke dalam kamar, dan dia mendapati sang istri masih di atas kasur meringkuk dengan tubuh dibalut selimut.

Arya perlahan mendekati sang istri, dan dia begitu kaget, melihat tubuh Alina sedang menggigil kedinginan.

"Al, kami kenapa?" tanyanya, lalu tangan Arya meraba kening Alina.

"Kamu panas begini! Pasti gara-gara kamu tidak makan, dan telat minum obat, Ya Tuhan, kamu ini benar-benar nekat banget, membahayakan diri sendiri," ucap Arya merasa jengkel, tapi kasihan kepada istrinya.

"Udah jangan marah-marah, ngapain kesini? Mau sakit, mau enggak, itu urusanku! Apa pedulimu Tuan Muda yang terhormat!" jawab Alina mendelik.

"Hah… masih sakit saja. Masih punya tenaga kamu untuk ngedumel?" Arya geleng-geleng kepala.

"Sari, Mita! Cepat kesini!" panggil Arya kepada dua pelayan istrinya.

Sari dan Mita, buru-buru masuk setelah di panggil Arya.

"Sari, Mita, mana sini sarapan untuk istri saya! Dan cepat kamu panggil dokter Santi kesini lagi!" ucap Arya, kemudian menerima satu mangkuk bubur dalam nampan, dari tangan Sari.

"Sari, Mita, tidak usah panggil dokter, paling-paling itu dokter, hanya bilang begini. Non Alina, makan teratur, istirahat yang cukup, dan jangan lupa diminum obatnya ya, saya sudah tulis cara aturan pakainya! Lihat nih, obat kemarin masih numpuk, masa mau ditambah lagi?" ucap Alina, menirukan ucapan dokter Santi kemarin.

Hidung sari dan Mita, menjadi kembang kempis menahan tawa. Dengan muka memerah dan tetap menunduk.

"Kalian, kenapa?" tanya Arya kepada Sari dan Mita, dengan suara agak ngosom seolah mulutnya penuh, juga bahunya yang turun naik, karena sama Arya pun, menahan tawa.

"Tidak Tuan, hanya saja kami pingin pipis!" jawab Sari dan Mita.

"Ya sudah sana, buruan ke kamar mandi kalian! Biar nanti Nona kalian saya yang urus!" suruh Arya kepada dua pelayannya.

"Iya Tuan," jawab Sari dan Mita lalu keluar dari kamar majikannya.

Selepas kedua pelayannya pergi. Arya mendekati sang istri lalu duduk di ranjang tempat tidurnya. "Bangun! Sarapan dulu, setelah itu minum obat, biar kamu cepat sembuh!" ucap Arya lalu membuka selimut sang istri.

"Tidak, aku tidak lapar, Tuan saja yang makan!" jawab Alina ketus.

"Saya sudah sarapan. Ayo bangun! Jarang-jarang loh ada orang yang saya suapin, belum pernah malah!" ucap Arya terkekeh.

"Jangan so baik ah… tidak, lucu!"

"Ayo bangun!"

"Tidak!"

"Al, bangun gak? Kalau tidak, terpaksa kamu saya cium mau kamu?"

Mendengar itu, Alina buru-buru duduk. Tampak wajah cantik itu begitu pucat, juga bulir keringat di dahinya terlihat banyak.

Arya hanya tersenyum, lalu menyendokan bubur dari mangkuk ke mulut sang istri. "Buka mulutmu!" titahnya.

Gadis itu menggeleng.

"Mau saya cium, sekarang?"

Gadis itu menggeleng lagi, lalu membuka mulutnya. Perutnya memang terasa lapar, hanya saja mulutnya terasa pahit saat masuk makanan.

"Uek…!" Alina seakan mau muntah, saat bubur itu masuk ke mulutnya.

"Kamu kenapa?" tanya Arya kaget.

"Pahit… sudah jangan diteruskan lagi! Aku malah mual!" jawab Alina tampak kedua matanya agak merem, saat menelan ludahnya yang pahit.

"Paksain, pasti terasa pahit. Karena kamu sedang sakit, biar kamu cepat sembuh, dan bisa menyambut teman kamu siapa namanya? Saya lupa!" ucap Arya sembari menanyakan nama teman Alina.

"Boneng Tuan. Hah… Tuan Muda serius? Mengizinkan dia bekerja disini?" gadis itu, tampak berbinar.

"Iya, makanya kamu makan. Minum obat agar cepat sembuh!" jawab Arya.

"Aaa…" Alina membuka mulutnya, minta di suapin.

Dengan senang hati Arya menyuapi istrinya, sampai bubur satu mangkok itu habis tak bersisa.

"Nih minum obatnya!" Arya memberikan tiga butir obat dan juga segelas air.

"Terimakasih!" ucap gadis itu lalu meminum obat dari tangan sang suami.

"Sama-sama. Kamu ini ya! Ya sudah saya berangkat ke kantor dulu!" ucap Arya seraya mengacak rambut sang istri.

"Tuan, urusan Boneng bagaimana?" tanya Alina.

"Kamu tenang saja. Besok saya usahakan teman kamu itu, sudah di rumah ini. Kamu send saja nomor kontaknya ke nomor saya!" jawab Arya, lalu pergi dari kamar istrinya.

Alina begitu bahagia saat ini. Namun tak lama dia dikagetkan dengan kedatangan mama mertuanya.

"Alina! Kurang ajar ya, kamu!" cetusnya langsung marah-marah saat masuk ke dalam kamar menantunya.

"Mama, ada apa Ma?" tanya Alina merasa heran.

"Lihat, wajah saya mulus begini! Kemarin kamu bilang keriput! Kamu rabun?"

"Ou itu, iya memangnya kata siapa, Mama keriput? jujur ya Ma, kemarin itu, aku sirik sama Mama, di usia Mama sekarang, Mama itu tidak kalah dengan anak remaja, emang dasarnya Mama cantik, mau digimanain juga Mama tetap cantik!" jawab Alina dengan wajah serius.

"Benar kamu Al!" hidung wanita itu tampak kembang kempis, seakan mau terbang.

"Benar Ma, ngapain aku bohong. Maaf ya, kemarin itu, aku takut Mama marah. Karena kata pepatah juga, kalau orang keseringan marah bisa cepat tua. Kalau boleh aku ingin tahu, resep Mama awet muda dan tetap cantik itu pakai apa sih? Penerapan pola makan Mama seperti apa sih?" jawab Alina, sembari meyakinkan kalau dirinya ingin berguru resep kecantikan kepada mertuanya.

"Ah, nanti kamu bisa menyaingi Mama lagi di rumah ini!" celetuk Utami sembari mengibaskan rambut pirang nya, sambil membusungkan dadanya.

"Yaaa… aku gak jadi cantik dong Ma," Alina menundukan kepalanya.

"Ya sudah, begini saja. Nanti Mama kasih tau resepnya. Kapan-kapan kamu turun ke bawah, Mama tunggu kamu di tempat senam Mama di bawah ya! Ya sudah kalau begitu, Mama mau arisan dulu, kamu ini manis banget sih!" jawab Utami lalu mengelus kepala sang menantu.

Wanita itu lalu pergi dari kamar menantunya, namun tak lama dia membalikan lagi badannya.

"Al, coba kamu lihat bagaimana penampilan Mama? Udah pas? Udah cocok pakai baju ini?" katanya ingin dinilai penampilannya.

"Wah, cocok banget Ma, pokoknya apapun yang Mama pakai selalu pas dan cocok di badan Mama," jawab Alina terus memuji mama mertuanya.

"Menantu baik," ucap Utami lalu pergi.

1
Niki astriani
hadeuh gak anaknya ga emaknya egois bukannya sadar diri.
jiee💚
heran dah kenapa Arya gak tegas sama mamanya padahal kan laki"harusnya jgn mau di perbudak meskipun dalih orang tua
Giselle Bustamante
Gak nyangka bisa ketawa terbahak-bahak saat baca ini😂
Yue Sid
Cerita ini bagus banget, aku sangat penasaran dengan kelanjutannya.
Arasyi: Maaciw kak🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!