NovelToon NovelToon
KARMAPHALA: SAHEN PANGERTOS

KARMAPHALA: SAHEN PANGERTOS

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan
Popularitas:30.2k
Nilai: 5
Nama Author: Altairael

Bumirang Tunggak Jagad terlahir dengan menanggung kutukan karmaphala yang turun temurun diwariskan oleh leluhurnya. Di sisi lain, dia juga dianugerahi keistimewaan untuk bisa menghapus karmaphala tersebut karena terlahir dari satu-satunya keturunan perempuan. Dia juga dianugerahi wahyu agung oleh semesta karena pengorbanan kedua orang tuanya.

Dia harus mengembara sambil menjalani berbagai macam tirakad serta melakukan banyak kebajikan sebagai upaya untuk menghapus karmaphala bawaan tersebut. Pemuda itu pun disinyalir sebagai utusan semesta yang akan meruntuhkan sang penguasa lalim.

Akan tetapi, musuh yang harus dia hadapi tidak hanya sang raja lalim beserta para pengikutnya, tetapi juga dirinya sendiri. Dirinya yang penuh amarah, Baskara Pati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Altairael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KE MASA LALU

"Tapi maaf. Aku tidak bisa memberikan tempat yang cukup layak untuk menyimpanmu. Hanya ada buntalan kain ini ...." Bumirang sedikit mengangkat bahu kiri untuk menunjukkan benda yang tersandang di situ.

Merespons hal itu, Ki Ageng Galunggung menatap tenang hanya dengan senyum tipis di sudut bibir kanan, sedangkan Nyai Ageng Lereng wajahnya tampak lebih kaku seperti sedang menahan kekecewaan.

"Tapi Raden, Kahuripan tidak terbiasa---"

"Tidak apa." Ki Ageng Galunggung menyela Kidung Kahuripan dengan tenang. "Diijinkan untuk mengabdi saja sudah kehormatan besar. Apalah arti sebuah tempat jika sang junjungan pun tidak pernah mempermasalahkan di mana dia akan mengistirahatkan raga di muka buana ini."

Bumirang bisa merasakan riak harga diri yang terluka di nada sarkas dalam ucapan Ki Ageng Galunggung, juga di tatapannya yang sedikit menyipit. Pemuda itu tersenyum teduh dan berkata, "Bagi seorang pengembara, alam adalah rumahnya. Tidak ada satu pun hal istimewa yang bisa dijadikan jaminan bahwa Kidung Kahuripan akan nyaman bersamaku---"

"Cah Bagus bisa menyembunyikan Kidung Kahuripan di dalam denyut nadi." Nyai Ageng Lereng akhirnya ikut bersuara sambil tersenyum lembut. "Di sana akan jauh lebih hangat dan nyaman, juga aman untuk seorang gadis. Yah, walaupun Kidung Kahuripan tidak berwujud begitu. Lagi pula tidak akan makan banyak tempat, bukan?"

"Hal yang sama akan berlaku pada Kidung Kahuripan jika dia memasuki tubuhku, Nyai Ageng. Bukannya aku tidak ingin ...."

"Oh!" Kidung Kahuripan berseru syok, sampai-sampai badannya bergetar. "Kalau begitu, tidak apa-apa. Aku tinggal di dalam buntalan itu saja." Dalam sekejap, cambuk itu telah lenyap dan tidak lama kemudian terdengar suaranya dari dalam buntalan yang disandang Bumirang---melolong cukup panjang dan lama baru kemudian diam.

Bumirang adalah satu-satunya orang yang bisa mendengar suara Kidung Kahuripan. Hanya tersenyum, senyum yang tidak akan pernah bisa dipahami maksudnya oleh Ki Ageng Galunggung dan Nyai Ageng Lereng.

"Anak itu sangat bersemangat dan sedikit ceroboh. Mohon dimengerti," ujar Ki Ageng Galunggung sambil terkekeh pelan.

"Titip Kidung Kahuripan, Cah Bagus." Nyai Ageng Lereng menambahkan.

Bumirang mengangguk pelan dan sangat sopan. "Terima kasih sudah mempercayakan Kidung Kahuripan kepadaku."

Setelah berbasa-basi, kedua penguasa Buana Ilam-ilam itu pun berpamitan dan kabut tebal pun seketika itu juga datang, lalu mengurung dan membawa mereka pergi. Sepeninggal keduanya, Bumirang mengalihkan pandangan ke arah di mana tadi Kamandaka berbaring, tetapi ternyata pemuda itu sudah tidak ada di sana.

Segera setelahnya dia menemukan Kamandaka tengah berjongkok di antara puing-puing bangunan yang sudah ambruk dan hangus. Bahkan setelah disiram air hujan, asap tipis masih mengepul dari balok-balok kayu yang telah menjadi arang.

Berbeda dari Bumirang yang tetap kering, pakaian dan rambut Kamandaka basah kuyup. Bumirang bisa melihat tubuh pemuda itu menggigil, lalu perlahan menghampirinya.

"Kamu sedang apa?" Sembari bertanya Bumirang menepuk pundak Kamandaka. Seketika itu juga pakaian dan rambut ikal Kamandaka mengering secara ajaib.

"Itu." Kamandaka menunjuk pada sebuah gundukan hitam---hitam karena telah hangus terbakar. Sudah meleleh pun, tetapi masih bisa dikenali bahwa itu sebelumnya pasti adalah manusia. "Apa itu? Baunya harum seperti daging bakar." Nada bicaranya seperti bocah polos yang belum mengerti apa-apa. Matanya yang berbinar terus terpaku pada benda tersebut, mulutnya mendesis saat air liur hampir menetes di sudut bibir. "Aku lapar." Baru saat inilah dia mengangkat wajah untuk menatap Bumirang yang juga tengah menurunkan pandangan untuk menatapnya.

"Itu bukan untuk dimakan." Bumirang memasukkan tangan kanan ke dalam buntalan, mencari-cari sebentar, kemudian setelah ditarik ke luar ada bungkusan daun pisang di genggamannya. Itu adalah makanan pemberian pemilik warung yang belum sempat dia nikmati.

Dia menyerahkannya kepada Kamandaka. "Ambilah. Cari tempat yang nyaman untuk duduk dan makan."

Wajah Kamandaka berseri-seri. Dia mengambil bungkusan daun pisang itu sedikit kasar saking senangnya, lalu menatap Bumirang dengan mata yang seolah juga tersenyum bahagia. "Terima kasih, Wong Bagus." Setelah itu, dia tertawa cekikikan sambil ngeloyor pergi dan bungkusan daun pisang itu dipeluk erat-erat seolah takut direbut orang lain.

Menatap prihatin Kamandaka, Bumirang merasa sangat kasihan pada pemuda malang itu. Entah karma buruk apa yang telah dilakukan kedua orang tua atau leluhurnya sehingga phala yang begitu nista harus dia tanggung.

Bumirang tidak bermaksud ingin melihat seluk-beluk hidup Kamandaka, tetapi segalanya terpampang jelas tanpa diminta saat dia menggunakan ikat rambutnya untuk melindungi pemuda itu.

Gagal menikah karena calon istrinya dibawa paksa ke istana untuk dijadikan salah satu gundik pemuas nafsu sang raja. Marah, tetapi tidak mampu berbuat apa-apa karena lemah membuatnya kehilangan kewarasan. Sempat dipasung karena sering mengamuk, lalu sempat tidak sadarkan diri sampai berhari-hari.

Setelah itu entah bagaimana, Bumirang tidak mendapat penglihatan asal usulnya, tiba-tiba Kidung Tilar sudah merasuki Kamandaka. Pemuda itu bangun dan mulai hidup dengan jiwa Kidung Tilar. Sekarang dia sebatang kara, bahkan Sengon pengasuh setianya juga telah direnggut maut.

Melihat Kamandaka duduk di atas tumpukan kayu sambil makan sangat lahap, hati Bumirang terenyuh. Sepertinya ada takdir yang harus kamu genapi, Kamandaka.

Bumirang lalu berpaling, kembali menatap gundukan mayat yang sudah tidak berbentuk raga manusia lagi. Entah mayat siapa, ayah atau ibunya Kamandaka, atau mungkin malah Sengon. Perlahan dia berjongkok, lalu menyentuh permukaan hangus menggunakan jari telunjuk, dan saat itu juga Bumirang merasa tubuhnya seperti dialiri energi yang sangat besar, sampai-sampai jiwanya seperti terhempas jauh dari raga.

Meluncur cepat di dalam lubang seperti lubang pipa, di antara benang-benang cahaya warna-warni yang terlihat hanya seperti bayangan berkelebat, kemudian mendarat ringan dalam posisi telentang di atas lantai tanah lembab.

Di mana ini. Bumirang menatap langit-langit ruangan dan merasakan sesuatu yang familier, tetapi di saat yang sama juga merasa sangat asing.

"Patmi, kamu mau ke mana?"

Suara perempuan. Siapa? Kenapa rasanya tidak asing? Patmi? Nama itu sepertinya pernah aku dengar.

Bumirang buru-buru bangkit dari baring, lalu perlahan berdiri. Tepat di depan, tidak jauh darinya, seorang perempuan yang tengah mengandung duduk di atas pembaringan, sedikit menyandar pada dada bidang seorang pria tampan yang duduk di belakangnya. Mereka terlihat seperti para keturunan bangsawan, berbeda dengan perempuan satu lagi yang tengah berdiri dan tangannya dipegangi oleh si perempuan mengandung yang sepertinya enggan ditinggal.

"Gusti Putri Nilam dan Raden Panji beristirahat saja di sini. Tempat ini aman. Hamba harus keluar untuk mengelabui para pengejar."

Dewi Nilam dan Raden Panji?

1
Andini Andana
uwaahhh.. ini Eyang Guru yg datang tak di jemput pulang tak diantar /Slight//Slight/
Ai Emy Ningrum: orang sebelah..yg datang bneran org tp cuma sebelah ..hiyyyy 👀🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️
Andini Andana: sebelah mana? kanan, kiri, atas, bawah, depan, belakang? /Slight/
total 3 replies
AFighter
Ah, bab yang cukup menguras emosi🤣🤣🤣🤣🤣
AFighter
/Chuckle/Ah aku terharu
AFighter
Penokohan yang paling berkesan dimenangkan oleh Kamandaka 👏👏👏👏👏🤣🤣🤣🤣🤣🤣
AFighter
Kamandaka memang ajaib🤣😭🤣🤣
AFighter
Nah kan 🤣🤣🤣🤣
AFighter
🤦‍♀️ memang pantes dipukul ni bocah
AFighter
Fakta hehehe
Rinchanhime
Biar kucel asal ganteng wkwkwkw
Rinchanhime
Wow, benar-benar all out
Rinchanhime
Beraninya main keroyokan
Rinchanhime
Mantap
Rinchanhime
memang kudu dicabik sampai tak bersisa. Setuju 1000% sama Kahuripan
Rinchanhime
Ah, flash back orang tuanya Bumirang
Rinchanhime
Langsung terhempas ke bumi wkwkwkkw
Rinchanhime
,Kekuatannya ga main-main, nih
Windy Veriyanti
gaya penulisan yang indah dan enak dibaca...
serta karakter tokoh-tokohnya yang menarik
Alta [WP: Yui_2701]: Makasih untuk ulasannya🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Windy Veriyanti
duo berisik Kamandaka Kahuripan berkumpul kembali 😁
Windy Veriyanti
Kamandaka yang polos dan berperasaan halus...
Anny
Ya Tuhan Kamandaka polosnya, bikin melas/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!