NovelToon NovelToon
Lily ( From The Hill To The Valley)

Lily ( From The Hill To The Valley)

Status: sedang berlangsung
Genre:cintamanis / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Careerlit
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Meg Yorah

Lily, gadis muda yang menjadi tulang punggung keluarga. Lily adalah anak kedua dari keluarga Brown, seorang pengusaha yang bangkrut dan meninggal dalam kecelakaan mobil bersama sang istri. Tidak ada harta yang ditinggalkan. Semua dijual untuk menutupi utang perusahaan. Nyonya Hannah, nenek Lily adalah wanita yang tidak bisa menerima keadaan. Dia tetap merasa kaya walau harus mengontrak di kawasan kumuh di pinggiran ibu kota. Begitu juga kakak Lily, Amber Rose yang tidak bisa melepaskan kehidupan hedon masa remajanya. Dia melakukan apa saja demi uang walau itu salah. Lily berjuang sendiri menghidupi keluarganya dengan cara halal. Adik Lily dan Rose, Corey yang masih SMA bisa dibilang berandalan. Tapi dia sangat menyayangi dan menghormati Lily walau sering membuat masalah yang membuat pusing keluarga itu.

Lily jatuh cinta pada Jared Watson, anak pengusaha kaya yang ternyata hanya memanfaatkan Lily sebagai bahan taruhan. Bagaimana akhir kisah Lily? Kita ikuti bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meg Yorah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

..

"Kak, santai dong."

"Santai dong... Santai dong. Yang kamu tabrak itu anak orang, bukan anak kucing. Anak kucing juga, kalau kamu nabrak ya kamu harus tanggung jawab."

"Lahhh, aku tanggung jawab kok. Orang kubawa dia ke klinik. Kemaren pakai duitnya Mamaknya si Donny. Makanya aku mau minjem cincin nenek dulu buat gantiin."

"Tanggung jawab apaan kayak gitu. Tanggung jawab kok ngambil hak orang. Ishhh..."

Lily terdiam sejenak. Dia mengambil hapenya, memainkannya sebentar lalu menelepon Winda. Dia minta tolong Winda untuk menyampaikan pada SPV mereka kalau dia tidak bisa ke kantor hari ini. Ada urusan keluarga yang tidak bisa ditinggalkan.

"Nggak bilang lu sakit aja, Ly?" tanya Winda dari sebrang.

"Lu doain gue sakit?"

"Ya kagak. Lu mah suujon."

"Su'udzon by the way. Terus napa nyuruh gua bilang ijin karena sakit?"

"Kantor kalau urusan keluarga mana mau tau, Ly. Kalau sakit kan masih dimaklumi." jelas Winda.

"Nggak deh. Makasih. Daripada gue sakit beneran. Mending dapet SP1."

"Dih... Aneh emang lu, Ly. Yaudah ntar gua sampaiin ke Mas Rizal."

"Pak Rizal, Windaaaa..." ledek Lily pada Winda. Rizal adalah calon suami dari Winda. Kebetulan Rizal adalah SPV mereka.

"Apaan sih lu.. Dah ah, gua mau mandi. Bye Lily. Semoga urusan lu cepet kelar yak."

"Aamiin. Maka..." Winda memutuskan pembicaraan sepihak sebelum Lily selesai mengucapkan terimakasih.

"Sih Winda..." lanjut Lily.

"Kamu mandi gih. Terus nih, ngapain juga bawa selimutnya Dullah. Mending kamu tidur di rumah dia sekalian daripada di luar kayak semalem. Ngomong-ngomong jam berapa kamu balik? Kok Kakak nggak denger samasekali."

"Jam 2an kali. Ngga tau. Ogah ah tidur di rumah si Dul.Ntar disuruh bangun malam terus sholat."

"Disuruh jadi lebih baik kok nggak mau. Gimana kamu itu, Rey?"

"Orang ngantuk disuruh sholat. Lagian itu kan cuma sholat Sunnah. Dah ahh mau mandi dulu. Ntar beliin nasi uduk ya, Kak." Corey langsung berlari ke kapal mandi sebelum mendapat pukulan sapu lagi dari sang kakak.

"Oofff...." Hannah menghela napas kuat.

Lily menoleh ke arah neneknya lalu memeluk wanita tua itu penuh kasih sayang.

"Sabar ya, Nek."

"Pusing Nenek." Hannah memijit pelipisnya.

Lily lalu memijit bahu neneknya dan bertanya apa neneknya mau sarapan sekarang

"Nggak Ly. Nenek mau tidur lagi aja. Ntar kalau jam 8 Nenek belum bangun, bangunin ya." kata neneknya.

"Iya, Nek. Yaudah, Nenek ke kamar dulu ya. Mau dianterin?"

"Nggak usah. Nenek bisa sendiri. Kamu urus itu si Corey. Maaf ya, kamu jadi nggak masuk kerja gara-gara anak bengal itu. Kalau kamu beneran kena SP gimana?"

"Udah nggak apa-apa. Nenek nggak usah khawatir."

Hannah mengangguk. Kemudian dia masuk kamarnya.

Lily yang belum mandi menunggu Corey sambil tiduran di sofa.

Corey keluar tidak lama setelah itu.

"Kamu udah selesai mandinya?"

"Udah dong."

"Mandi apaan cepet banget."

"Yaaa mandi. Mandi air. Mandi apaan emang. Mandi duit?"

Lily segera duduk dan meminta Corey duduk di dekatnya.

"Nasi uduk aye mane, Mpok?" tanya Corey dengan aksen Betawinya yang kental.

Lily tertawa melihat gaya tengil Corey. Lily bingung, bisa-bisanya Corey bersikap seolah tidak terjadi apa-apa sehari kemarin. Dari yang dia hendak mengambil cincin nenek mereka, sampai mendorong nenek hingga jatuh dan darah tingginya naik.

Selama ini Lily memang agak terlalu lemah mendidik Corey. Dia merasa harus lebih keras dan tegas lagi mulai sekarang.

"Kakak nggak beli nasi uduk. Kamu makan rendang aja tuh. Kemaren Budhe Atin kasih rendang tuh. Ada sambel ijo juga noh."

Lily sengaja menyuruh Corey makan dulu sebelum mencecarnya dengan banyak pertanyaan.

"Anak itu harus kenyang dulu sebelum kumarahi." begitu pikir Lily.

"Yahhh...nggak pengen rendang. Mau nasi uduk."

Lily langsung menyentil telinga Corey.

"Makan."

Corey yang kesakitan karena sentilan kakaknya hampir saja melakukan protes. Tapi melihat wajah Lily yang kelabu, dia membatalkan niatnya.

Dia berdiri dan menuju meja makan. Lily mengeluarkan nasi dari kulkas lalu meletakkannya di atas piring bersama dengan 2 potong rendang lalu memasukkannya ke Microwave. Satu-satunya barang lumayan mewah di rumah itu.

Dia lalu menyuguhkan makanan itu di depan Corey.

Corey tanpa banyak bicara langsung melahapnya. Pemuda itu nampaknya sangat kelaparan. Hingga belum ada 10 menit, nasi rendang itu sudah habis.

"Katanya nggak mau rendang. Maunya nasi uduk." sindir Lily.

"Hehe...laper, Kak."

"Kamu semalem nggak makan?"

"Makan sih, dikit. Nggak ketelen."

"Makan dimana?"

"Di rumah Donny."

"Kenapa nggak ketelen?"

"Gimane mau ketelen, Mpok. Tuh bocah ditanyain dieeem bae. Dia sempet ngomong sih. Kayaknya Bahasa Perancis deh. Bukan Inggris pokoknya. Selebihnya diem. Dieeeemmm terus. Lah kita malah mending kalau dia nangis yak. Inimah kagak." Corey benar-benar terdengar seperti Bang Mandra di sinetron Si Doel.

"Terus sekarang gimana? Kakak nggak ngerti deh. Kok kamu bisa kepikiran mau ngambil cincin nenek. Padahal ke klinik paling banter 500 ribu kan? Cincin nenek itu harganya ratusan juta loh."

"Aye takut kalau aye dipolisiin, Mpok."

Lily menampar lirih pipi Corey.

"Ngomong yang bener. Jangan bercanda mulu."

Corey meringis.

"Aku takut di laporin polisi, Kak. Kita sih emang mau nyerahin tuh anak ke kantor polisi yak, tapi aku takut keluarganya bakal nuntut aku." jelas Corey.

"Terus kamu berencana ngambil cincin nenek buat nyelametin diri kamu?"

"Ahh...Kak Lily ngomongnya muter-muter mulu dari tadi."

"Iya deh maaf. Oh iya, dia cedera parah nggak sih?"

"Enggak, Kak. Tapi yaitu, masalahnya dia dieeemm aja ditanya. Agak takut sih aku, kalau dia ada cedera dalam."

"Ke rumah Donny, yuk."

"Kakak nggak apa-apa beneran ijin di kantor?"

"Nggak apa-apa udah."

"Nggak makan dulu?"

Lily menggeleng.

"Nggak mandi dulu?"

"Oh iya. Hahahaha.. hampir lupa. Wait a minute, okay?"

Corey mengangguk dan memainkan ponselnya.

Dia membuka gallery dan melihat-lihat fotonya dengan gank AADC nya. Nama gank yang awalnya tidak disukai oleh Corey karena mirip film jaman dulu dengan gank cewek.

AADC adalah singkatan dari Abdullah, Arman, Donny dan Corey.

Foto itu di ambil beberapa hari lalu saat mereka makan bersama di rumah Abdullah. Ada juga Haji Daim, kakek dari Dullah yang juga guru silat Dullah dan Corey, ada Cing Rukayah, ibu Dullah dan ada pula Zaenab serta Isa, kakak dan keponakan Dullah.

Donny terlihat kocak di foto itu, dia membuat ekspresi lucu dengan bibir manyun dan mata yang dibuat jereng, sedang Arman yang selalu tenang terlihat tampan dengan senyum manisnya. Dia sendiri berpose membuka mulut seperti orang kaget.

Tanpa Corey sadari dia memperhatikan detail tampilan Zaenab di foto itu. Zaenab adalah janda Bang Zainal yang meninggal 3 tahun lalu karena kecelakaan kerja.

Umur Zainab sebaya dengan Lily, tapi wajahnya tampak sedikit lebih tua. Entah karena dia sudah punya anak atau karena ada beban pikiran.

Karena seingat Corey dulu, Zaenab terlihat menarik dibanding sekarang. Bahkan bisa dibilang Zaenab adalah perempuan pertama yang disukai Corey.

Itu dulu sekali. Ketika Corey masih kecil dan Zaenab masih SMP.

Makin besar rasa itu menghilang. Apalagi Corey sadar usianya jauh di bawah Zaenab.

Tapi entah mengapa hari itu dia memperhatikan lagi Zaenab.

Ada notifikasi chat masuk dari Donny

"Lu jadi kerumah ngga?"

"Jadi bro, nungguin kakak gua." ketik Corey membalas Donny.

"Kakak lu yang mana, Kak Rose?"

"Kacau lu, mana mungkin dia mau tau urusan gua. Kak Lily lah." Corey membalas Donny dengan pesan suara penuh penekanan.

"Hahaha.. kan cuma nanya, bro." balas Donny juga dengan pesan suara.

Mereka lalu saling membalas chat. Donny bilang, gadis kecil yang ditabrak Corey semalam mulai menangis tadi pagi. Hal ini membuat Corey kelimpungan. Padahal tadi dia berpikir, daripada diam saja, gadis kecil itu lebih baik menangis. Sekarang dia kena batunya. Dia sudah ketar-ketir mendengar cerita Donny.

Lily mandi dengan cepat. Dia berganti pakaian dan mengenakan jaket baseball kebanggaannya. Dia tidak memakai bedak ataupun lipstick. Dia bahkan hanya menyisir rambutnya dengan tangan.

Corey melirik tampilan kakaknya.

"Kakak lupa pakai softlens tuh."

"Nggak usah. Orang kampung dah tau warna asli mata Kakak. Ayok ah buruan."

Mereka cukup berjalan kaki untuk ke rumah orangtua Donny.

Dilihatnya rumah itu lengang. Tidak ramai seperti bayangan Lily ataupun Corey.

Pintu depan terlihat terbuka.

Lily meminta Corey mengetuk pintu dan mengucap salam.

"Kaunya itu, Rey?" tanya seorang wanita yang dari kecil diketahui Lily hanya dipanggil Mamak Donny ataupun Namboru. Entah siapa nama aslinya.

"Iya, Namboru."

"Lily nya itu. Kaunya itu, Nang?"

"Iya, Namboru."

"Bah, ayolah masuk."

Lily dan Corey masuk ke rumah Donny yang sangat luas itu. Lily bertanya-tanya kenapa Corey tidak menginap disini saja semalam. Daripada dia kedinginan tidur di teras rumah. Tapi kemudian dia bangga dengan adiknya itu. Dia tau Corey tidak melakukan itu karena tidak mau merepotkan Mak Donny lebih banyak.

Gadis kecil itu nampak cantik dengan gaun yang nampaknya masih baru.

Corey makin tidak enak pada keluarga Donny.

"Salut."

(Hello)

sapa Lily pada gadis kecil itu. Dia iseng menyapa gadis itu dalam Bahasa Perancis. Seingat dia Corey bilang mungkin anak itu hanya bisa Bahasa Perancis.

Gadis tersebut juga terlihat kaget begitu mendengar sapaan itu.

"Salut."

"Ça Va?"

(apa kabar)

"Ça Va Mas Pal. Merci. Et Toi, Madamoiselle?"

(Tidak terlalu buruk. Terimakasih. Dan kabar anda, Nona?)

"Trèst bien. Merci."

(Kabarku baik banget. Makasih)

Semua yang ada di ruangan itu takjub melihat itu. Mereka tau Lily bukan berasal dari keluarga biasa. Tapi mereka takjub melihat Lily masih fasih berbahasa asing walau sepertinya dia tidak pernah menggunakannya. Dan lagi, ini Bahasa Perancis. Bukan Bahasa Inggris. Well, jangankan Bapak Donny dan Mamak Donny, Corey saja sampai melongo. Begitu pula dengan Donny.

Lily dan gadis kecil yang ternyata bernama sama dengannya itu lalu mengobrol banyak. Dari penjelasan Lily, Lily kecil ini baru saja datang ke Indonesia beberapa hari yang lalu.

Dia pindah dari Paris bersama kedua orangtuanya dan pamannya.

Waktu itu dia oleh orangtuanya ditinggal bersama pengasuhnya di sebuah taman. Tapi pengasuhnya malah asik bertelepon dengan seseorang hingga lalai terhadap Lily yang terus saja berjalan tanpa arah.

Indonesia yang panas dan macet tidak membuat Lily takut. Dia malah menikmati setiap moments hingga akhirnya dia tersadar dia telah berjalan terlalu jauh.

Dia yang sebelumnya begitu berani dan penasaran mulai takut dan kebingungan lalu berlari sambil memanggil nama pengasuhnya. Tiba-tiba saat dia berlari ke tengah jalan ada motor yang melintas dan dia tertabrak.

Kira-kira seperti kisah Lily yang dibenarkan Corey dan Donny.

"Terus kamu tau nggak, siapa nama ayah dah ibu kamu?"

"Tau, Nona. Namanya Antoinne Numa dan Giorgina Numa Watson. Aku juga tahu nama pamanku, namanya Jared Watson."

Nama terakhir yang disebut Lily kecil berhasil membuat Lily jatuh terduduk.

1
Ratna Shinta Dewi
Saran aja ni kak. Untuk bahasa asing dan bahasa daerah dikasih terjemahan. Semangat
Ratna Shinta Dewi
nama panjang Mpok Odah, Saodah bukan wkekwk
Meg Yorah: Bukan Kak..
Raudah nama panjangnya mah..hehe
total 1 replies
Ratna Shinta Dewi
secara wajar, manusia menyukai keindahan, nenek lebih sayang ke Rose krn cantik, tp ketulusan Lily memenangkan hati nenek
Ratna Shinta Dewi
jangan makan daging rendang nenek, gak baik buat nenek2, buat saya aja xixixi
Meg Yorah: Hehehe... Makasih komentarnya, Kak. Alhamdulillah, ini komentar pertama yang saya dapat. Tolong terus dukung saya ya, Kak. Terimakasih.
total 1 replies
Ratna Shinta Dewi
warga kok baik bgt sih, masak ada tetangga begitu 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!