NovelToon NovelToon
Kakak Atau Suami?

Kakak Atau Suami?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / trauma masa lalu
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Your Aunty

Kendati Romeo lebih tua belasan tahun, dengan segudang latar belakang militer, dia masih bersedia menikahi Ansela, yang kala itu masih duduk di bangku SMA.

Tapi tentunya, ini diikuti dengan beberapa kesepakatan. Berpikir bahwa hubungan mereka tidak mungkin bertahan lama, mengingat perbedaan usia mereka. Alih-alih suami dan istri, mereka sepakat untuk seperti kakak-adik saja.

Setidaknya, itulah yang dipikirkan Romeo! hingga ketika tahun berlalu, dunianya berahkir jungkir balik.

••

Dia mendapati, bahwa Ansela adalah seseorang yang paling dia inginkan, dan paling tidak bisa dia gapai, meski gadis itu disisinya.

Dengan tambahan persaingan cinta, yang datang dari sahabatnya sendiri, yang kepada dia Romeo telah berhutang nyawa, ini hampir membuatnya kehilangan akal.

“AKU BUKAN KAKAKMU! AKU SUAMIMU.”


••

Baca perjuangan sang Kapten, di tengah sikap acuh tak acuh sang Istri. ✨

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Your Aunty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11

Pukul 02.00 dinihari.

"Mami, Papi, Ansela pergi dulu yah." Ansela mengurai paksa pelukan Hana yang sangat tidak rela dirinya untuk pulang. Hana yang sangat ekspresif, jelas membutuhkan orang yang bisa menenangkannya. Dan siapa lagi, kalau bukan suaminya sendiri.

"Sudah Ma, lagipula Sela hanya sampai lulus disana. Setelah itu, dia akan kembali untuk tinggal disini."

Memikirkan tinggal beberapa bulan lagi kelulusan Ansela, Hana akhirnya mengangguk, meski tidak rela.

"Ya, baiklah. Romeo, kau sudah mengambil cuti kan?"

"Aku?" Romeo menunjuk dirinya dengan melongo. Melihat hal ini Hana kembali mereyok.

"Tuh kan Papi ... Romeo belum ambil cuti." Ujar Hana, yang kali ini sudah menyentak-nyantak kaki.

"Mih, kemarin-kemarin kan sudah tiga hari?" aju Romeo, yang masih tidak bisa diterima Hana.

"Iya, tapi mana bisa begitu, kalian kan baru menikah. Payah, tunggu disini." Hana tiba-tiba berbalik masuk dan naik ke atas, tak lama setelahnya, dia keluar dengan koper Romeo.

Beni yang melihat ini, hanya bisa mengusap tengkuk. Sebagai bagian dari militer, dia setuju denhan sang putra. Tapi mengingat istrinya, rasa takut Beni lebih tinggi. Jadi dia memilih menekan Romeo saja.

"Pi?"

"Tidak usah menambah masalah, dengan menolak Mamimu. Papi akan mengurus izin mu untuk seminggu kedepan."

Ansela dan Romeo sontak saling pandang. Hal ini tidak ada dalam pembicaraan atau rencana mereka sama sekali. Bagaimanapun, sejak awal pernikahan ini mendadak, jadi seharusnya tidak perlu ada yang seperti ini.

"Pergilah, dan ambil waktu untuk berdua. Masa baru menikah sudah mau LDR saja."

BIP. BIP. BIP.

"Ayo pengantin baru!" Seru Jordan yang sudah menunggu di mobil. Hari ini dia akan mengantar keduanya.

"Nah, itu Jordan sudah siap. Sudah pergi sana. Romeo ambil dan bawa barangmu, cepat. " Paksa Hana.

Hal ini menekan perasaan Romeo. Dia merasa tidak enak hati pada Ansela. Karena kalau dia ikut kesana, berarti dia akan tinggal di tempat gadis itu. Jadi sebelum semua terlanjur, Romeo menatap Ansela seolah meminta persetujuan, akan kedatangannya. Beruntung saja Ansela langsung mengangguk.

Sebenarnya dia tidak ingin, dan tidak terbiasa dengan kedatangan orang lain di Apartemennya. Tapi terlalu tidak enak hati bagi Ansela untuk menolak. Karena bagaimanapun Romeo adalah suaminya sekarang.

Dengan persetujuan bersama, mereka meninggalkan rumah menuju Bandara.

•••

Belum lama mereka dalam berjalan.

Tiba-tiba Jordan berkata, "Aku akan kesana nanti, ada urusan."

"Memangnya ada apa kau disana?"

"Mau mengganggu kalian bulan madu. Hahaha ...." Dengan kata-katanya sendiri, Jordan dibuat terpingkal-pingkal.

Romeo memutar bola matanya jengah.

Di belakang, Ansela sudah tertidur tentu saja. Disampingnya Romeo, mengurut-urut kaki gadis itu dalam pangkuannya.

Dari kaca Jordan melihat keduanya dengan kekehan.

"Wah, Istrimu masih muda tapi sudah renta."

Mendengar itu, Romeo menatap Ansela yang menutup mata pulas. Perjalanan hampir satu jam, dan gadis itu tidak mau melewatkan kesempatan untuk tidur.

"Mm, kau benar. Dia sangat mudah lelah."

Jordan mengangguk sambil mengetuk-ngetuk setir. Tetiba saja, dia merasa ingin memberi nasehat kepada sahabatnya itu, "Kau harus memperlakukannya dengan baik di masa depan. Siapa tahu, pernikahan kalian bisa bertahan. Lagipula, banyak yang dijodohkan, dan berhasil membangun hubungan mereka."

"Jangan khawatir. Apapun yang terjadi, aku pasti akan menjaganya."

"Kau juga harus mencari tahu apa yang dia suka---"

Ucapan Jordan terpotong dengan panggilan yang masuk dari ponsel Romeo. Padahal Jordan ingin sekali mengingatkan Romeo, agar bisa mencari tahu, tentang apa yang suka dan tidak disukai oleh Ansela.

Seperti tadi sore, saat dia memberi jus pada Ansela. Dia tidak memberi jus lemon itu tanpa alasan. Dia melihat beberapa foto gadis itu dan teman-temannya saat berkumpul, dan jelas sekali minuman gadis itu di dominasi jus lemon. Membuat Jordan merasa, Ansela pasti menyukai jus buatannya. Dan benar saja.

Sementara Romeo yang mengangkat telepon, tidak berbicara banyak dan lebih banyak diam. Hingga ketika akhirnya panggilan dimatikan, dia membuang nafas panjang.

"Ada apa?"

"Entah, nama kita nampaknya ada dalam pertimbangan pemindahan tugas."

Mendengar ini alis Jordan bertemu. Dia kembali mengetuk-ngetuk setir. Berpikir, kalau mereka di pindahkan, apalagi kalau dalam tugas luar, bagaimana dia akan bisa mendapatkan kekasih?

Sementara Jordan jatuh dalam pemikirannya, Romeo sibuk menatap Ansela. Dia benar-benar berharap itu tidak terjadi, atau bagaimana dia akan mengatakan pada Istri yang baru dinikahinya, bahwa dia harus pergi jauh.

•••

"Sela, sela, ... bangun kita sudah sampai."

Ansela membuka matanya berat, tampaknya sejam perjalanan tidak cukup untuk tidurnya.

"Ayo." Romeo memakaikan sendal berbulu oranye, pada kaki Ansela, sambil menuntun gadis itu keluar.

Sementara Jordan, ketika keluar, dia menarik sudut bibirnya. Saat ini dia memegang koper milik Romeo, karena sang pemilik koper, tidak memiliki celah untuk memegang lagi. Tangan kanan Romeo memegang koper, tas, botol air, hingga bantal boneka milik gadis itu. Sementara tangan kirinya sibuk merangkul Ansela yang jalan bermalas-malasan.

"Sela?"

Ansela berbalik mendengar panggilan Jordan. "Apa kau mau naik koper scooter? Ituloh, koper yang bisa dinaiki terus di setir."

Ansela melihat Jordan memperagakan, tiba-tiba teringat koper milik temannya, "Mau sih, ... tapi mau beli dimana? ini kan subuh."

"Lihat toko di depan jalan sana! itu buka." tunjuk Jordan. Dia tanpa meminta persetujuan segera berbalik, dan menaiki mobil keluar halaman Bandara, untuk pergi ke toko depan.

Ansela yang melihat itu, merasa terkesan.

"Apa Kak Jordan selalu sebaik itu?"

Romeo yang ditanya, sedikit lambat menjawab. Tapi begitu dia akhirnya mengangguk. Setahunya Jordan memang baik, tapi ini pertama kalinya dia terlihat sangat baik kepada perempuan, selain Ibunya, niilai Romeo. "Mm, biasanya dia memang baik." Jawab Romeo.

Tak butuh waktu lama, Jordan pun kembali. Dia kembali dengan koper ungu lilac. Membuat Ansela kegirangan, "Aaah, cantik sekali Kak. Terimakasih."

"Sama-sama."

Tapi suasana menjadi canggung, mana kala Ansela tiba-tiba terdiam.

"Sela kenapa?" tanya Jordan.

Ansela tiba-tiba menatap Romeo.

"Aku ingin barangku dipindahkan."

Insting Romeo mulai merasa ada yang tidak beres. "Kau ingin memindahkan isi koper itu, kesini?" Tunjuk Romeo pada koper yang satunya.

"Mm, benar Kakak. Masih ada tiga puluh menit lagi, tapi aku lelah." Ansela menundukkan kepalanya, memasang wajah memelas. Membuat Romeo menggaruk kepalanya, yang tidak gatal.

Dia memelototi Jordan, kali ini berpikir, sahabatnya itu telah membuat masalah. Tapi Jordan yang melihat ini, merasa tidak terima. Alasan dia membeli koper scooter untuk Ansela, berharap bisa membantu beban Romeo. Tidak tahu, kalau Ansela lebih tidak terduga dari yang dikira.

Akhirnya mau tidak mau, mereka pergi mencari sudut taman Bandara yang tersembunyi.

"Kak Jordan jangan ikut."

"Kenapa memangnya?" kaget Jordan.

"Nanti Kakak bisa melihat pakaian dalam milikku."

Ucapan Ansela begitu biasa saja, tanpa ada niat malu-malu. Tapi beberapa orang disekitar bisa mendengar, langsung memerah dibuat.

Sebastian sontak saja menarik Ansela menjauh, sambil mengkode Jordan, yang ditinggal dalam tawa syok.

Di sudut sana, sebenarnya Romeo juga sangat malu untuk memindahkan pakaian-pakaian Ansela. Apalagi saat tangannya tiba pada pakaian-pakaian dalam gadis itu.

Namun rasa malu dengan cepat menjadi heran dan penasaran, ketika dilihatnya pakaian dalam Ansela terlihat tidak wajar. Ya, alih-alih pakaian dalam, itu lebih kepada lingerie dan bikini.

"Sela, kenapa kau memakai ...." Kata-katanya tertahan, sangat malu untuk menyebutkan.

Tapi Ansela yang sedang duduk sambil makan roti, tidak merasakan kecanggungan sama sekali. "Oh, aku memang suka memakai dalaman jenis itu. Kebetulan Mami juga menambahkan beberapa koleksi lingerie kemarin." Ujarnya tanpa beban.

Romeo yang mendengar ini, hanya bisa mengusap wajahnya kasar. Dia tidak tahu harus bagaimana, apalagi di dengarnya bahwa sang Ibu lah, yang memberikan jenis dalaman itu pada Ansela. Sesuatu yang menurut pandangan Romeo, adalah ilegal.

Rasanya ingin dia menegur. Tapi menegur apa? apa yang akan ditegur? ... Roemo akhirnya tak punya pilihan selain melanjutkan diri menjadi pembantu Ansela.

Setelah selesai mereka pun kembali, karena harus berpisah dengan Jordan yang sudah akan kembali. Meskipun sempat kesal kepada Jordan, tapi kini kekesalan itu berganti syukur, ketika bebannya terkurang dengan Ansela yang menaiki koper scooter, dalam perjalanan mereka mengarah pada pesawat.

Gadis itu nampak senang, membuat Romeo menggeleng kepalanya. "Astaga, dia benar-benar kekanakan." Tapi begitu tidak sedetikpun Romeo melepaskan pandangan matanya dari Ansela. Takut-takut gadis itu akan kenapa-kenapa.

Tapi sayangnya baru juga dipikirkan, itu benar-benar terjadi. BRUK.

Ansela meringis menahan sakit, begitu juga dengan wanita paruh baya yang tadi hampir ditabraknya. Ya, untung saja Ansela berahkir menghindar walau dia akhirnya menabrak bangku tunggu.

"Pakai mata, kau pikir ini Bandara nenek moyang mu, seenaknya saja."

Ansela segera berdiri, hanya untuk saling terkejut ketika bertatapan dengan wanita itu.

"Kau! dasar gadis nakal, apa yang---"

Kata-kata wanita itu terhenti mendengar panggilan terahkir untuk penerbangannya. Dia ingin mengata-ngatai Ansela, tapi juga terhenti melihat Romeo yang masuk diantara keduanya dan menyembunyikan gadis itu di balik punggung.

"Astaga, akhirnya kau memilih pria tua sebagai mangsamu yah. Jadi ini apa? sugar daddy-mu."

Wanita itu jelas akan banyak bicara, tapi beruntung dia diseret cepat oleh orang yang bersama dengannya.

Romeo memegang kedua bahu Ansela, "Apa kau tidak apa-apa?" Dia memeriksa tangan dan kaki Ansela, takut jika ada memar disana. Meski begitu, tidak sekalipun dia bertanya tentang yang dikatakan wanita itu. Ya, mungkin tidak sekarang. Pikirnya.

1
Fairuz Nuna
bagus
Umie Irbie
kenapa anselanya penyakitan siiii,.😒😫
Umie Irbie
ngg suka sama sikap sela,. males nya kebangetan,. 😡😡😡😡😡😡 ngg masuk akal malas nya 😒
Umie Irbie
sweeet bngeeeet dialognya 😀
王贝瑞: Mampir juga kak ke My Secret Lover 😄
total 1 replies
Umie Irbie
romeo bodoh,. 😡😡 berarti ini bener2 ngg ada romantisnya donk 😫
Umie Irbie
ngg suka sama sifat malas sela😩😫 ngg suka wanita pemalas,. bisa di rubah ngg yaaaaa jadi mandiri dan punya martabat 🤭
Sweet_Fobia (ᴗ_ ᴗ )
Ngga kecewa sama sekali.
Umie Irbie
awal yg menarik 😀 mudah di fahami ceritanya 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!