NovelToon NovelToon
Di Tepi Senja

Di Tepi Senja

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Anggi Febriani

Kebanyakan orang-orang berpikir bahwa tidak ada cinta yang akan bertahan, apalagi di usia remaja, dan aku juga sependapat dengan mereka. Namun, dia membuktikan bahwa cinta itu benar-benar ada, bahkan anak remaja sekalipun bisa mendapatkan cinta yang akan menjadi pasangan hidupnya. Semua itu tergantung siapa orangnya.

Dari pengalaman ini aku juga banyak belajar tentang cinta. Cinta itu memang menyakitkan, tapi di balik semua itu pasti ada jalannya. Dia selalu mengajari ku banyak hal, yang paling aku ingat dia pernah mengatakan "rasa suka tidak harus dibalas dengan rasa suka." Dia lelaki yang dewasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Febriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 11

Walaupun aku tidak terlalu peduli bang Ray menerima hadiah ku atau tidak, tetap saja ada goresan kecil yang membuatku terluka. Semua manusia itu punya hati, tidak usah berpura-pura tidak peduli, tidak usah berpura-pura tidak sedih, tidak usah berpura-pura tidak sakit hati. Aku akui hatiku sakit ketika Kevin memberitahu ku yang sebenarnya. Memang tidak sesakit itu, tapi tetap saja ada rasa kecewa. Mungkin Kevin tahu kalau keceriaan ku tadi hanya berpura-pura.

Ketika aku hendak turun dari mobil, dia mengatakan perkataan yang sedikit melegakan ku, 'Memang tidak ada manusia yang sempurna Tar, kadang kita dihargai, kadang tidak, apalagi soal cinta. Aku mau ingatkan kamu, kamu jangan terlalu memikirkan dia yang memperlakukan kamu dengan tidak baik, anggap saja kamu tidak pernah memberi dia cokelat, anggap saja kamu tidak pernah mengenal dia. Aku yakin kamu pasti bisa melupakan dia dengan cepat. Aku tidak mau melihat kamu menangisi pria seperti dia. Tidak pantas Tar. Turunlah, nikmati malam mu. Sampai ketemu.' Kevin benar, aku tidak pantas menangis untuk pria seperti dia. Dia tidak mengenalku, hanya aku yang mengenal dia, lantas apa yang perlu ditangisi? Kesimpulannya aku tidak akan memberi hadiah kepada pria jika kami tidak memiliki hubungan yang pasti, misalnya seperti teman. Aku tidak mau lagi uangku terbuang sia-sia. Jika aku tahu begini, lebih baik aku memberinya kepada Kevin saja.

...***...

Aku tidak tahu ini kebetulan atau tidak. Aku dan bang Ray sama-sama terlambat datang kesekolah. Kami dihukum oleh Bu Laras dan dia mencatat nama kami di buku dosa. Aku merasa aku sangat sial pagi ini. Aku selalu pergi jam 07.00, biasanya tidak ada macat, terkecuali tadi, jalan raya macat total. Baik mobil maupun motor, keduanya tidak bisa jalan. Aku sudah pasrah, bahkan aku sudah mengatakan kepada papa lebih baik aku jalan saja. Di balik itu, papa tidak setuju dengan perkataan ku, papa bilang bahaya, aku tidak tahu bahaya darimana, kan semua mobil dan motor tidak bergerak. Meskipun demikian, aku tetap mendengarkan papa, aku tidak mau sesuatu yang merugikan ku terjadi dengan cepat (di usia muda).

Aku sama sekali tidak melirik bang Ray, aku mendengarkan perkataan Kevin kemarin. Aku terlanjur sakit hati, bagaimana mau menyembuhkan nya? Hanya dengan permintaan maaf? Sepertinya tidak akan mempan.

Aku pergi ke kelasku tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada bang Ray. Mulai saat ini aku akan menjadi cewek cuek yang tidak mengenalnya sama sekali. Aku tidak peduli, dia tidak penting di dalam hidupku.

Ku ketuk pintu kelas dengan menahan rasa malu yang luar biasa. Teman-teman sekelas ku berpikir aku tidak datang ke sekolah, begitu juga dengan guru yang masuk (terlihat dari tatapan bingung mereka). Untung saja guru agama yang masuk, jadi bapak itu tidak terlalu mempermasalahkan keterlambatan ku, dia memaklumi penjelasan yang beri kepadanya.

"Anak papa kok telat," jelas sekali Kevin mengejek aku. Sangat tidak lucu, tahu!

"Ini salah kamu juga, kan. Andai saja kamu jemput aku," ucapku tak mau kalah darinya. Jika dia bisa mengejekku, maka aku bisa menyalahkannya!

"Aku tadi bawa motor Tar, nanti kamu kedinginan."

"Kan bisa pinjam jaket kamu, biar kamu aja yang kedinginan."

"Tidak bisa, kalau aku yang kedinginan aku akan terkena flu, flu membuat kita tidak bisa ketemu selama beberapa hari. Lagipula aku tahu persis kamu, kamu tidak akan menjengukku ketika aku sakit, sedangkan kalau kamu sakit aku selalu menjenguk kamu. Lebih baik kamu yang sakit, kan?"

"Enak saja kamu! Kamu saja yang sakit, biar cewek-cewek yang suka sama kamu datang ketemu calon mertua mereka."

"Dasar kamu ini, tidak mau mengalah."

Pelajaran agama kali ini tidak membosankan. Setelah Pak guru selesai menjelaskan, dia membuat sesi tanya-jawab. Yang bisa menjawab dapat 30 poin. Lumayan sih 30 poin. Kalau nilai ulangan 70, bisa ditambah sama 30 poin dong. Kan jadi tidak remedial.

Teman-teman sekelas ku sangat suka ketika guru membuat sesi tanya-jawab. Mereka yang awalnya ngantuk kini bersemangat kembali. Aku dan kawan sekelas ku berebutan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pak guru. Siapa yang angkat tangan terlebih dahulu, dialah yang ditunjuk oleh pak guru untuk menjawab.

Sayangnya nasibku tidak seberuntung Kevin. Setiap pak guru mengajukan pertanyaan, dia pasti angkat tangan. Dia tahu semua jawabannya. Di satu sisi untung saja pak guru adil, walaupun Kevin yang terlebih dahulu mengangkat tangan, pak guru tidak menyuruh dia untuk menjawab, pak guru mengusahakan semua murid yang belum dapat poin dialah yang akan menjawab pertanyaan.

Kevin tidak kesal ataupun tidak marah kepada pak guru. Dia tahu kalau pak guru tidak memilihnya karena dia sudah menjawab dua pertanyaan. Kevin juga baik dan adil, jika teman yang duduk di dekatnya bertanya tentang jawaban, maka Kevin akan memberitahu. Sangat baik, bukan? Hanya saja kalau aku yang bertanya dia tidak memberitahu dengan benar. Dia sangat suka bermain-main dengan ku. Andai saja pak guru tidak di dalam kelas, aku sudah mencubit pipi Kevin sampai dia kesakitan.

"Akhirnya selesai," ucapku merasa lega. Otakku sudah habis diputar oleh pak guru. Pertanyaannya sungguh memusingkan.

"Ternyata kamu tidak tahu banyak tentang pelajaran agama ya Tar, mau aku ajarin?"

"Tidak usah, aku bisa belajar sendiri. Terimakasih atas niat baikmu."

Kevin menertawakan jawabanku. Dia sangat puas mengejek temannya yang satu ini. "Kamu jangan marah dong, ini aku serius mau ngajarin kamu. Kamu mau mulai darimana?"

"Udah deh Kev! Aku bisa belajar sendiri lho. Aku tahu kok kamu anak Tuhan banget."

"Iya jangan marah, maaf ya Tasya," ucap Kevin dengan nada lembutnya. "Aku bisa mengajari kamu lebih dekat dengan Tuhan, suatu saat nanti ketika kamu dan aku hidup bersama." Kevin berbisik kepadaku.

Aku hampir tertawa dengan perkataan Kevin. Tidak kusangka dia bisa menjadi makhluk yang menggelitik perutku. Dari siapa dia berbicara seperti itu? Untung saja kami sudah dekat, aku sudah mengenalnya, dan aku tidak baper mendengar omong kosongnya itu.

"Gila kamu, jangan gitu ya sama cewek lain, kasihan termakan omongan manis kamu."

Bel istirahat pertama akhirnya berbunyi. Kezia mengajakku ke kantin untuk jajan. Aku juga sedikit lapar, aku mengiyakan ajakan Kezia.

Indahnya kami, kami berbagi cerita saat berjalan ke kantin, kami juga tertawa bersama. Tidak lupa aku juga menceritakan tentang bang Ray kepadanya. Bukan aku saja, Kezia juga ikut kesal dengan perlakuan bang Ray. Di mata Kezia bang Ray sudah menjadi cowok yang tidak baik.

Ya siapa sangka kami akan bertemu dengan orang yang paling kami kesali. Aku tidak melihat dia lagi, melainkan dia yang melihat aku (Kezia yang memberi tahu). Biasanya aku akan menyapa dia setidaknya dengan tersenyum, sekarang aku tidak mau lagi, sudah cukup.

Aku dan Kezia sudah selesai membeli jajan kami, kami pergi meninggalkan kantin. Biasanya sebelum meninggalkan kantin, aku akan pamit kepada bang Ray, kali ini tidak. Kezia memberitahu ku kalau bang Ray dari tadi melihat ku, sepertinya dia ingin disapa, atau dia takut kehilangan penggemarnya. Sungguh menggelikan.

"Hebat ya kamu."

"Bukan hebat Kezia, hanya saja aku tidak terlalu menyukai dia, rasa suka ku kepadanya hanya biasa saja. Kalau aku menyukainya dengan sangat dalam, aku akan terluka."

"Makanya kamu jangan jatuh cinta sama orang, lebih baik sama Kevin saja, aku yakin dia tidak akan mengecewakan kamu."

"Gila kamu, tipe ceweknya bukan seperti aku. Dia saja tampan, tidak mungkin dia mau sama cewe gembel."

"Dasar kamu ini, kamu tidak sadar kalau kamu cantik dan kamu sudah lama disukainya."

"Maksud kamu?"

"Aku capek deh Tar! Aku kasih tahu kamu ya Tarasya sayang, dia sudah lama menyukai kamu."

"Dia? Dia siapa?"

"Manusia! Ayo ke kelas, pusing berbicara sama kamu."

Aku kan hanya bertanya. Aku mana mungkin tahu 'dia' itu siapa. Lagipula aneh jika ada yang suka denganku. Dia sudah tahu aku tidak seperti cewek lainnya, masih saja disukai.

1
Zetti Afiatnun
👍👍👍👍👍
Shoot2Kill
Ceritanya luar biasa, author semangat terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!