"Aku tidak mau menikah dengannya, Bu!"
Ibram tidak mampu menolak keinginan ibunya untuk menikahi gadis pilihannya. Padahal Ibram sudah punya gadis impian yang ia dambakan. Ibu menolak alasannya, terpaksa Ibram menerima pernikahan itu meskipun sang istri berusaha mencintainya namun hatinya masih enggan terbuka.
Bagaimana kelanjutannya? Tetap ikutin cerita baru Mami AL. Jangan lupa like, poin, komentar dan vote. Mohon untuk memberikan komentar yang bijak.
Selamat membaca 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 - Tak Suka Mendengar Arumi Dipuji
Ibram kembali bertemu dengan teman-temannya sepulang kerja. Ia juga sudah pamitan dengan Arumi. Sesampainya di sebuah kafe, Ibram duduk di sebelah Robi. "Sudah lama?"
"Baru saja sampai."
"Syahrul, Bagas mana?" tanya Ibram.
"Mungkin masih di jalan," jawab Robi karena mereka berempat tidak bekerja di tempat yang sama.
"Seminggu yang lalu kamu bertemu dengan Arumi, ya?" Ibram memastikan ucapan istrinya.
"Ya, aku kasihan lihatnya menenteng belanjaan dalam keadaan panas terik," kata Robi.
"Aku sudah memberikan uang belanja bulanan yang layak, kamu tidak perlu kasihan," ucap Ibram.
"Kamu cemburu, ya?" goda Robi.
"Dia istriku. Jadi dia tanggung jawabku," kata Ibram kesal.
"Bagus deh kalau kamu sadar," ujar Robi tersenyum.
"Makanya buruan nikah," cetus Ibram.
"Cari 'kan aku seperti Arumi," kata Robi.
"Untuk seperti dia aku tak tahu cari di mana."
"Jika kamu tidak berminat lagi dengan Arumi, aku siap menggantikan posisimu," Robi berkata secara terang-terangan jika jatuh hati pada Arumi.
"Enak saja! Mau dimarahi ibuku!" sergah Ibram padahal dia cemburu.
Robi malah tertawa.
"Tak ada yang boleh mengambil Arumi dariku!" tegas Ibram.
"Bilang saja kalau sudah cinta!" ledek Robi.
"Siapa yang jatuh cinta?" Ibram menyangkal.
"Lah, tadi yang barusan kamu ucapkan tadi apa?" tanya Robi.
Ibram terdiam.
"Bram, jangan sampai melepaskan berlian hanya demi sebuah imitasi!" nasihat Robi.
"Arumi bukan berlian, dia dibawahnya. Ada yang lebih darinya," kata Ibram.
"Siapa? Nadira?" tanya Robi menebak.
Ibram mengangguk mengiyakan.
"Aku bisa bantu kamu mendapatkan Nadira, tapi Arumi untukku!" kata Robi.
"Enak saja!" sergah Ibram.
"Jangan serakah dong! Satu-satu!"
"Arumi tidak akan aku lepaskan!" janji Ibram.
"Katanya tidak cinta, tapi enggan dilepas!" cibir Robi.
-
Ibram pulang ke rumah dengan wajah cemberut. Bagaimana tidak, selama obrolan dengan teman-temannya semua membicarakan Arumi. Entah kenapa ketika pria lain memuji istrinya dia merasa tak suka.
"Mas sudah pulang?" Arumi memberikan senyuman ketika suaminya berada di kamar.
"Ya," Ibram memasang raut wajah datar.
"Mau aku siapkan makanan?" tawar Arumi.
"Tidak, aku sudah kenyang," ketus Ibram.
"Minuman?" tawar Arumi lagi.
"Tidak juga."
"Apa Mas Ibram butuh sesuatu?" tanya Arumi sekali lagi.
"Aku bilang tidak, Arum!" jawab Ibram menaikkan nada suaranya.
Arumi terdiam.
"Jangan menawarkan apapun kepadaku!" tegas Ibram.
"Maaf, Mas!" lirih Arumi.
"Jangan tawarkan apapun, aku tidak suka. Paham!" sentak Ibram.
"Aku mau mandi dan ke mesjid!" lanjutnya. Ibram mengambil handuk di jemuran lalu melangkah ke kamar mandi.
Arumi menghela.
-
Sepulang suaminya dari masjid, Arumi menghampirinya yang sedang berada di ruang tamu. "Mas, apa aku boleh bicara?"
"Kamu mau bicara apa?" tanya Ibram tanpa menatap.
"Apa Mas lagi ada masalah?" Arumi bertanya dengan hati-hati.
"Tidak."
"Apa aku sudah melakukan kesalahan?" Arumi kembali bertanya.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Ibram menatap istrinya.
"Sepulang Mas dari kafe, aku melihat Mas Ibram menyimpan sebuah masalah. Apakah semua berasal dari aku?" Arumi bertanya dengan pelan dan lembut.
"Ya, semua dari kamu. Mereka memujimu, mereka membanggakan kamu. Apa memang hebatnya dirimu? Mereka hanya bertemu sekali tapi menganggap kamu seperti wanita paling baik dan sholehah," ungkap Ibram dengan nada kesal.
Arumi menggelengkan kepalanya, kenapa suaminya dapat berkata begitu. Padahal dirinya sama sekali tak pernah mengobrol dengan teman suaminya.
"Meskipun kita menikah karena perjodohan, aku tak suka mereka memuji kamu!" tegas Ibram.
"Aku minta maaf, Mas. Meskipun Mas Ibram belum menerimaku sepenuhnya tapi aku sama sekali tak memiliki niat untuk menggoda pria lain," Arumi berkata dengan mata berkaca-kaca.
"Aku minta padamu, jika mereka melihatmu di mana pun jangan ajak bicara!" Ibram mengingatkan istrinya.
"Iya, Mas!" janji Arumi.
Ibram lantas berdiri dari tempat duduknya kemudian melangkah pergi ke kamar.
Robi sm Anissa
biar sm² bs memperbaiki diri