Bayi Rahasia Yang Di Tinggalkan

Nata meninggalkan adik nya yang masih menunggu jawaban dari nya. Nata melenggang begitu saja keluar dari kamar nya menuju dapur menghampiri mamanya yang sedang menyiapkan makan malam.

Melihat mama nya yang sibuk, Nata langsung inisiatif membantu mamanya menata piring di meja dan meletakan beberapa menu masakan yang di masak mamanya.

"Kamu juga harus mulai belajar memasak, seorang istri harus bisa memasak sesuatu untuk suaminya.." ujar pak Anwar menarik kursi makan nya.

"Waaah.. apakah Nata sudah mau menikah..? Timpal mamanya menggoda Nata.

"Mungkin papa mulai bosan dengan masakan mama dan mau mencari istri baru..", balas Nata menggoda papa dan mamanya. Nata tertawa puas melihat ekspresi wajah papanya.

Maya hanya menggeleng kan kepala melihat tingkah anak dan suaminya.

"Sudah sana panggil Jona sama Gio.." suruh mamanya.

Nata melangkah keluar dapur menuju kamar nya.

"Jona.. ayo keluar makan.." teriak Nata di depan pintu.

"Iya sebentar.." jawab Jona dari dalam

Setelah nya Nata lanjut menuju kamar Gio dan mengetuk pintu kamar nya. Tidak ada jawaban, Nata kembali mengetuk pintu. Tetap tidak ada jawaban. Nata mendorong pintu kamar bertepatan dengan keluarnya Gio dari kamar mandi.

Gio yang hanya mengenakan handuk sebatas lutut, memamerkan bentuk tegap badannya. Pandangan Gio mengikuti arah pandangan Nata yang mengarah pada roti kotaknya. Gio tersenyum dan menghampiri Nata yang masih membeku di depan pintu.

Cup.. Gio melabuh kan satu kecupan di bibir Nata yang membuat Nata kembali ke dunia nyata. Nata kelabakan mendapati wajah Gio yang berada tepat di depan wajah nya. Nata bisa merasakan hembusan nafas Gio yang mint menerpa kulit wajah nya. Nata sontak menahan nafas nya agar tidak mengenai Gio.

Cup.. Gio kembali mengecup singkat bibir Nata.

"Hey..sayang.."panggil Gio meniup leher Nata

"Aah yaaa ? Nata meremang saat leher nya merasakan hembusan nafas Gio.

Nata kaget dan berusaha mundur tapi sayang kakinya malah tersandung kaki sendiri sehingga keseimbangan nya goyah. Nata reflek menarik Gio agar tidak terjatuh. Namun karena Gio yang tidak berdiri dengan benar, sehingga tubuh nya ikut jatuh dengan Nata di bawahnya. Nata yang mendapati Gio berada tepat di atas badannya menatap lekat wajah Gio yang sempurna tanpa cela. Tetasan air rambut Gio yang masih basah, aroma sabun mandi yang lembut membuat Nata menelan kasar saliva nya.

Gio mengusap lembut wajah Nata dengan jarinya. Sedangkan satu tangannya berusaha menahan berat badan nya agar tidak jatuh menimpa Nata. Gio menurunkan wajahnya perlahan.

Nata reflek memejamkan kedua mata nya, hingga yang terdengar bunyi kecapan. Gio menelusup kan tangan nya kebelakang leher Nata. Memberikan usapan lembut di leher Nata. Nata bisa merasakan aroma mint yang menguar dari rongga mulut Gio saat berciuman. Nata berusaha mengikuti permainan Gio dengan membalas melumat bibir atas Gio. Entah berapa lama mereka berciuman sampai nafas mereka naik turun seperti habis berlari jauh.

Tangan Nata berusaha menahan dada Gio agar tidak melanjutkan lagi.

"Stop..kita di tunggu di meja makan," Nata berusaha mendorong Gio dan duduk di ranjang.

"Baiklah..aku akan bersiap dulu.." gio memandang lembut perempuan di depannya.

Jari Gio bergerak mengusap sisa saliva di bibir Nata. Gerakan jari Gio yang sensual membuat Nata berdebar tak karuan.

"Kalau begitu aku akan keluar.." Nata langsung berdiri dari duduknya dan kabur begitu saja.

"Kalau kamu masih mau disini, aku juga tidak keberatan.." lagi lagi Gio menggoda Nata yang kabur dari kamar nya.

Gio hanya tersenyum melihat Nata yang dengan mudah nya di jahili.

Nata kembali kemeja makan dan menarik kursi di sebelah adiknya. Melihat wajah Nata yang merah merona membuat Jona ingin menggoda kakaknya.

Jona menaruh sikunya di meja menopang wajahnya.

"Apakah akhir-akhir ini cuaca jadi semakin panas maa ? Jona melirik kakaknya sambil menahan senyum.

"Tidak, sama sekali tidak panas.." jawab mama nya bingung.

"Apa cuma kak Nata saja yang kepanasan ? Jona menangkup wajahnya dengan dengan kedua tangannya dengan siku bertumpu di meja makan.

Maya menoleh kearah Nata dan benar wajah Nata seperti kepanasan. Maya meraba kening Nata untuk memeriksa nya.

"Tidak demam.." ucap Maya santai.

"Tidak ada yang sakit, itu reaksi alami orang yang jatuh cinta mungkin sebentar lagi kita akan punya menantu.." sahut papa Nata santai. Namun tidak dengan Nata yang tersipu malu.

Gio yang baru saja keluar dari kamar langsung ikut bergabung di meja makan, Gio memutari meja dan duduk di seberang Nata.

"Iyakaaah...? Ini berita bagus.." Maya jadi antusias menarik kursinya. ''Siapa laki-laki bodoh yang mau menerima perempuan malas seperti putri kita..? Seloroh Maya mengulum senyum nya.

"Aku setuju dengan ucapan mama.." sahut Jona cuek.

Badan Gio bergetar karena menahan tawa mendengar Maya dan Jona yang kompak mengatai Nata di depan nya langsung. Nata memutar wajahnya menoleh mama dan adik nya bergantian. Sedangkan Jona tidak bisa menahan tawa nya mendengar mamanya mengatakan Gio yang bodoh.

Anwar hanya memajukan dagunya menunjuk ke arah Gio. Seketika Maya mengikuti arah dagu suaminya dan langsung sadar dengan ucapannya yang mengatai Gio bodoh.

"Eemm..'' Maya menetralkan suasananya, "kalian sungguh punya hubungan seserius itu ? Maya langsung ke inti pertanyaan.

"Serius bi, sangat serius.." jawab Gio tegas

Maya hanya manggut-manggut mendengar jawaban Gio yang serius dengan putrinya. Kemudian beralih menatap putrinya.

"Apa kamu sudah siap menikah muda ? Tanya Maya lagi.

"Muda apanya ? Dulu kita menikah bahkan jauh lebih muda,," sahut Anwar pada istrinya.

Maya kembali menatap Nata dan menunggu jawaban dari mulut Nata.

"Kalau Gio memang serius, aku juga tidak keberatan ma, Menikah juga bukan hal yang buruk..'" jawab Nata kembali menyendok makanannya.

Gio tersenyum puas dengan jawaban Nata dan dengan santai Gio menaruh lauk di piring Nata. Membuat yang ada di meja makan melongo tanpa suara.

"Lihat ma, pa. Mereka sangat manis.." ujar Jona menatap kagum.

Maya dan suami nya saling pandang sejenak dan mengangguk pelan.

"Kalau kalian berdua sudah siap, kami sebagai orang tua tidak akan melarang lagi.." jawab Maya tenang.

Nata dan Gio sama- sama tersenyum senang mendengar jawaban mama nya.

"Lalu bagaimana dengan keluarga mu ? Kelak kalau kamu mengingat masa lalu mu, bagaimana dengan putri ku ? tanya Anwar melepas keraguan hati nya.

"Aku tidak akan melepaskan Nata, aku akan membuat orang tua ku menerima hubungan kami.." jawab Gio serius.

Anwar manggut- manggut mendengar jawaban Gio. Sekarang dia sudah tidak ada keraguan lagi melepaskan putri nya pada Gio.

Setelah diskusi panjang hubungan Gio dan Nata. Kedua orang tua nata sudah membuat keputusan untuk segera melangsungkan pernikahan mereka.